Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler mancanegara sepanjang Selasa, 7 Desember 2021, di antaranya Houthi dan Iran gelar upacara pemakaman korban perang Yaman, Kedutaan Amerika Serikat di Tokyo peringatkan soal profiling oleh polisi Jepang, dan mengenal lebih dekat Nelson Mandela yang mengaggumi batik Indonesia dan Syekh Yusuf asal Makassar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketiga berita terpopuler internasional tersebut dirangkum dalam Top 3 Dunia.
1. Perang Yaman: Houthi-Iran Gelar Upacara Pemakaman di Bawah Gempuran Saudi
Perang Yaman terus meningkat, memaksa pasukan Houthi mengadakan upacara pemakaman 25 tentaranya di bawah gempuran udara Koalisi Saudi, Senin, 6 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemakaman berlangsung di tengah pertempuran sengit di Provinsi Marib yang kaya gas, dengan pesawat-pesawat tempur dari koalisi mengintensifkan pengeboman mereka di sana dan di ibu kota Sanaa serta daerah lainnya.
Houthi yang bersekutu dengan Iran, juga meningkatkan serangan lintas perbatasan ke Arab Saudi menggunakan drone dan rudal.
Seorang juru bicara koalisi pada Senin malam mengatakan satu rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman ke arah kerajaan telah dicegat di atas Riyadh. Warga melaporkan ledakan keras di seluruh ibu kota Saudi.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan di Twitter bahwa sebagai tanggapan atas serangan koalisi, kelompok itu telah melakukan operasi ofensif yang luas ke Saudi.
Selama 24 jam terakhir, koalisi telah melakukan 47 serangan udara terhadap sasaran Houthi di Marib, kata Sarea. Baca berita selengkapnya di sini.
2. Kedutaan AS di Tokyo Ingatkan Warganya Soal Profiling Rasial oleh Polisi Jepang
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tokyo memperingatkan tentang insiden dugaan profiling rasial non-pribumi oleh polisi Jepang.
Jepang adalah negara yang sebagian besar secara etnis homogen di mana beberapa orang menyamakan lebih banyak imigran dengan peningkatan kejahatan, meskipun tenaga kerja asing semakin dibutuhkan untuk menebus populasi yang menurun dan menua.
"Kedutaan Besar AS telah menerima laporan tentang orang asing yang dihentikan dan digeledah oleh polisi Jepang dalam dugaan insiden profiling rasial. Beberapa ditahan, diinterogasi, dan digeledah," kata kedutaan AS dalam unggahan di akun Twitter, Senin, 6 Desember 2021.
"Warga AS harus membawa bukti imigrasi dan memberitahu konsuler jika ditahan."
Tweet itu adalah langkah yang tidak biasa dari Amerika Serikat, sekutu utama Jepang.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS mengatakan kedutaan tidak memiliki apa-apa lagi untuk ditambahkan ke tweet tersebut, dan Badan Kepolisian Nasional Jepang belum bisa dimintai konfirmasi. Baca berita selengkapnya di sini.
3. Nelson Mandela, Pengagum Syekh Yusuf asal Makassar dan Batik Indonesia
Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, selain dikenal dunia sebagai tokoh non-apartheid, ternyata juga menjadi ikon batik bagi Indonesia. Mandela secara tidak langsung memang memiliki hubungan dekat dengan Indonesia.
Bahkan Nelson mandela menjadikan Syekh Yusuf, tokoh pahlawan asal Makassar yang diasingkan ke Afrika Selatan selama masa kolonial, sebagai panutannya dalam berjuang secara gerilya untuk meruntuhkan praktik apartheid di negerinya.
Presiden pertama Afrika Selatan berkulit berwarna ini dianggap sebagai sosok yang berjasa membuat Batik buatan Indonesia terkenal di dunia. Setelah berkunjung ke Tanah Air pada 1990, Mandela selalu mengenakan batik buatan Indonesia, yang kemudian menjadi pakaian resminya. Akibatnya, kemudian banyak rakyat Afrika Selatan berbondong-bondong mengikuti Mandela mengenakan batik buatan Indonesia tersebut.
Di antara banyak penghargaan yang diberikan kepada Nelson Mandela, hanya sedikit yang menyentuh perannya sebagai ikon mode. Kecuali di Tanah Air, dia dikenang karena membantu membawa kemeja batik buatan Indonesia ke khalayak global. Mantan wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan Nelson Mandela membuat batik buatan Indonesia mendunia. "Nelson Mandela membuat batik kami lebih dikenal secara internasional," katanya, pada Desember 2013 lalu, beberapa waktu setelah Nelson Mandela meninggal dunia.
Bahkan Jusuf Kalla memuji keberanian mantan presiden Afrika Selatan itu mengenakan baju batik saat pertemuan di PBB. Sebab biasanya pejabat Indonesia yang bepergian ke luar negeri cenderung bermain aman dengan jas dan dasi. Baca lebih lengkap tentang Nelson Mandela di sini.