Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia pada Minggu, 10 Agustus 2024, diurutan pertama berita tentang umat Hindu di Bangladesh yang melarikan diri pasca-penggulingan Perdana Menteri Hasina. Salah satu alasan umat Hindu di Bangladesh menjadi sasaran amukan massa adalah karena mereka dianggap cenderung lebih mendukung Liga Awami yang dipimpin Hasina, ketimbang memilih oposisi yang mayoritas terdiri dari partai-partai garis keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diurutan kedua top 3 dunia, berita tentang Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat yang menawarkan hadiah hingga US$10 juta untuk informasi tentang 'CyberAv3ngers,' yakni sebuah kelompok peretas dari Iran. Sedikitnya enam warga negara Iran yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) diduga telah berpartisipasi dalam peretasan terhadap AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut top 3 dunia selengkapnya
1. Ini Alasan Massa Mengamuk hingga Bakar Rumah Umat Hindu di Bangladesh
Di tengah situasi Bangladesh yang memburuk pasca penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina, ratusan umat Hindu di negara tersebut memilih melarikan diri. Upaya ini disebabkan karena umat Hindu, yang merupakan kaum minoritas, menjadi sasaran amuk massa.
Rana Das Gupta, ketua organisasi minoritas agama di Bangladesh, mengatakan serangan terhadap umat Hindu telah mengakibatkan sedikitnya dua orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka.
Beberapa orang yang rumahnya diserang mungkin terlibat langsung dalam politik Liga Awami, tetapi sebagian besar adalah umat Hindu biasa,” kata Das Gupta. “Oleh karena itu, ini jelas merupakan kekerasan komunal dan terarah.”
Dewan Persatuan Hindu Budha Kristen Bangladesh mencatat ada sekitar 45 dari 64 distrik di negara tersebut telah menjadi sasaran. Banyak rumah, bisnis atau kuil milik komunitas minoritas Hindu dirusak massa pada pekan ini.
Baca selengkapnya di sini
2. AS Tawarkan Hadiah US$10 Juta untuk Tangkap Kelompok Peretas Iran
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga US$10 juta untuk informasi tentang 'CyberAv3ngers,' sebuah kelompok peretas dari Iran. Program Rewards for Justice (RFJ) Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pemberitahuan terhadap sedikitnya enam warga negara Iran yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang diduga telah berpartisipasi dalam peretasan terhadap AS.
Hamid Homayunfal, Hamid Reza Lashgarian, Mahdi Lashgarian, Milad Mansuri, Mohammad Bagher Shirinkar, dan Reza Mohammad Amin Saberian disebutkan dalam pemberitahuan RFJ. Lashgarian, yang menurut RFJ berada di balik berbagai operasi siber dan intelijen, disebutkan sebagai kepala Komando Siber-Elektronik IRGC (IRGC-CEC) dan komandan Pasukan Quds IRGC.
Baca selengkapnya di sini
3. Kewarganegaraannya Dicabut Mahkamah Agung Inggris, Ini Sosok Shamima Begum
Mahkamah Agung Inggris pada Kamis, 8 Agustus 2024, resmi mencabut status kewarganegaraan Shamima Begum, 24 tahun. Lewat putusan itu, Begum pun kini tidak punya kewarganegaraan atau stateless.
Putusan Mahkamah Agung Inggris itu sama dengan keputusan yang diambil Kementerian Dalam Negeri Inggris.Kasus ini telah menjadi kontroversi di kalangan masyarakat Inggris. Bahkan, keputusan Kementerian Dalam Negeri Inggris mengarah pada sejumlah gugatan hukum pada pemerintah. Walhasil, kasus Begum pun dinaikkan ke tingkat Mahkamah Agung, meski pada akhirnya keputusan tidak berubah dan kewarganegaraan Inggris Begum resmi dicabut.
Begum lahir di Inggris dari kedua orangtua warga negara Bangladesh. Secara teori, Begum harusnya berhak atas kewarganegaraan Bangladesh. Namun Begum tak memilikinya karena Pemerintah Bangladesh telah memutuskan bahwa Begum tak akan pernah diberikan status kewarganegaraan Bangladesh. Kasus dicabutnya kewarganegaraan Begum bermula saat berusia 15 tahun, dia terbang ke Suriah pada 2015 untuk bergabung dengan kelompok radikal Islamic State (ISIS).
Baca selengkapnya di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini