Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Truk-truk qadhafi

Sengketa chad-libya memasuki babak baru. 3000 tentara chad merebut jalur aouzou dari libya. selang 20 hari kemudian, libya berhasil merebut kembali. as mulai terlibat dengan mengirim bantuan militer.

19 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENGKETA Chad -- Libya memasuki babak baru. Sepekan terakhir ini, hampir tiap hari pesawat tempur Libya gencar menjatuhkan bom di berbagai Wilayah Chad. Sebuah pesawat tempur Tupolev-22 milik Libya sempat dirontokkan tentara Prancis -- sekutu Chad -- di atas N'djamena, Senin pekan lalu. Adapun babak baru itu dimulai ketika Chad menyerang pangkalan udara Libya di Maaten-es-sara dua pekan berselang. Terobosan 3.000 pasukan Hissene Habre ini sangat mengejutkan, karena pangkalan Maaten-es-sara terletak 100 km dari perbatasan kedua negara. Berarti ribuan kilometer dari N'djamena, ibu kota Chad. Tak salah lagi, Chad yang selama ini dikenal sebagai underdog justru tampil sebagai agresor. Serangan itu kabarnya menewaskan 1913 warga Libya -- korban terbesar sejak Libya dipukul mundur awal tahun ini. Mula-mula markas Libya di Oasis Fada dapat direbut Chad, Januari silam. Di situ sekitar 90 tank T-55 Libya hancur. Tiga bulan kemudian, pangkalan udara Quadi Doum digasak. Di pangkalan yang diperlengkapi sistem pertahanan udara modern ini, 75 tank dilumpuhkm. Puncak kemenangan Chad terjadi 8 Agustus silam, ketika 3.000 pasukan berani mati Hissene Habre berhasil merebut Jalur Aouou yang kesohor dan disengketakan itu. Maka, untuk pertama kali dalam 14 tahun terakhir, Chad menguasai seluruh wilayahnya "secara utuh". Sayang, gebrakan Habre di Jalur Aouou -- yang diduga kaya bahan mineral itu -- tak didukung Prancis. Paris, yang tampaknya tak ingin terlibat konfrontasi langsung dengan Libya, menolak memberikan perlindungan udara bagi pasukan Chad. Selang 20 hari kemudian, Libya berhasil merebut kembali Jalur Aouzou. Sejumlah pengamat menduga, keberhasilan tentara Qadhafi kali ini terutama karena meniru strategi pasukan Chad: menggunakan truk untuk mengangkut pasukan dan meninggalkan barisan tank di belakang. Selama ini, pasukan Libya -- tentara dengan persenjataan terbaik di Afrika -- mengandalkan perlengkapan berat dengan teknik mutakhir dari Uni Soviet. Menurut Pusat Pengkajian Masalah-Masalah Internasional di London Libya kini memiliki 489 pesawat tempur, termasuk jenis Tupolev dan MiG buatan Soviet dan Mirage buatan Prancis. Sebaliknya, Chad -- satu negara termiskin di dunia yang tak memiliki pasukan udara hanya mengandalkan perlengkapan sederhana. Tapi justru itu yang cocok untuk medan gurun berbukit yang begitu sulit. Dalam upaya merebut Aouzou yang diklaimnya sebagai wilayah Libya, Qadhafi tampak mempertaruhkan segalanya. Selama "bertualang" di Chad, sekitar 5.000 tentara Libya tewas dan US$ 1 milyar amblas di sana. Selain itu, juga timbul ketidakpuasan di kalangan militer Libya. Tak heran jika Qadhafi bangga telah berhasil merebut kembali Aouzou, hingga merasa perlu mengundang wartawan asing ke sana. Ia sama sekali tak menyangka pasukan Chad justru bakal menyerang jauh ke wilayah kekuasaannya. Agresi Habre ini ditentang Paris, tapi didukung AS. Harian Washington Post memberitakan rencana bantuan pemerintahan Reagan untuk Chad, termasuk memasok rudal antipesawat udara Stinger -- yang kemampuhannya sudah dibuktikan gerilyawan Afghanistan. Pekan lalu AS telah mengirim empat pesawat berisi senjata ke N'djamena -- sebagian dari bantuan darurat sebesar US 10 juta dari Presiden Reagan untuk Chad. Washington, yang sudah lama memimpikan kelatuhan Qadhafi, jelas tak menyia-nyiakan kesempatan. Sementara itu, Paris khawatir atas campur tangah AS yang semakin mencolok. PM Prancis Jacques Chirac kembali mendesak kedua pihak untuk menyelesaikan masalah Aouzou secara damai. "Chad dan Libya lebih baik mengurus ekonomi dan rakyatnya, daripada berperang," katanya. Imbauan senada juga disuarakan negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU). Atas desakan Prancis dan OAU itulah, Jumat pekan lalu, Libya dan Chad menyetujui gencatan senjata. Mulai berlaku pukul 11 waktu setempat -- waktu salat Jumat, menurut pihak Tripoli -- gencatan senjata itu hanya bertahan satu jam. Menurut Chad, Libyalah yang pertama kali melakukan pelanggaran. F.S., Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus