Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung penuh serangan Israel ke Gaza di darat dan udara, menurut Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt pada Kamis, 20 Maret 2025. Ia menyalahkan Hamas atas kekerasan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia sepenuhnya mendukung Israel dan IDF serta tindakan yang telah mereka ambil dalam beberapa hari terakhir," kata Leavitt kepada wartawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Presiden menjelaskan dengan sangat jelas kepada Hamas bahwa jika mereka tidak membebaskan semua sandera, akan ada banyak hal buruk yang harus dibayar, sayangnya, Hamas memilih untuk mempermainkan kehidupan di media,” ujarnya dilansir dari Al Arabiya.
Leavitt mengatakan situasi ini sepenuhnya merupakan kesalahan Hamas karena menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Ia menambahkan bahwa Trump ingin semua sandera yang ditawan oleh militan Palestina dibebaskan.
Jumlah korban tewas menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza mencapai 590 orang. Di antara korban adalah anak-anak.
Israel melanjutkan serangan udara pada Selasa pagi yang mematikan. Ketenangan di wilayah Palestina yang berlangsung sejak gencatan senjata pertama pada 19 Januari 2025, berakhir sudah.
Atas serangan Israel ini, Hamas membalas dengan menembakkan roket ke pusat komersial Israel, Tel Aviv.
Israel mengatakan telah menutup rute utama utara-selatan wilayah itu saat pasukan memperluas operasi darat yang mereka lanjutkan pada hari Rabu.
Akibat serangan tersebut, petugas kesehatan kewalahan dan rumah sakit di seluruh Jalur Gaza hampir lumpuh karena membanjirnya pasien. Sementara itu selama 18 hari terakhir, tak ada truk bantuan yang bisa memasuki Gaza termasuk truk berisi perlengkapan medis.
Seperti diwartakan oleh Al Jazeera, dokter menyatakan sebagian besar korban cedera serius ini adalah anak-anak, wanita dan orang tua.
Tak ada obat-obatan dasar atau perlengkapan medis, yang ada hanya obat penghilang rasa sakit, anestesi dan kain kasa. Para dokter mengatakan bahwa sangat sulit dan penuh tantangan untuk merawat semua yang terluka. Hanya dalam tiga hari terakhir, rumah sakit di seluruh Jalur Gaza meminta sumbangan darah. Mereka tidak hanya menyaksikan kurangnya pasokan medis tetapi juga kekurangan unit darah.
Menurut pihak rumah sakit, selain persediaan medis yang memperburuk situasi, terjadi pula kelangkaan bahan bakar. Sebagian besar rumah sakit di Gaza berisiko kolaps dan ditutup jika tidak menerima bahan bakar dalam beberapa hari mendatang.
Pilihan editor: Polisi Kanada Tangkap Aktivis Lingkungan karena Merusak Dealer Tesla