Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan membantu Myanmar, yang baru dilanda gempa bumi dahsyat hingga menyebabkan jatuhnya banyak korban dan kerusakan parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan membantu (Myanmar),” kata Trump pada Jumat saat ditanya wartawan soal gempa yang diprediksi menewaskan lebih dari 10.000 orang. “Ya, mengerikan apa yang terjadi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Antara, ia pun memastikan bahwa Gedung Putih telah menghubungi otoritas Myanmar.
Tanggapan cepat Trump terhadap permintaan bantuan dari pemimpin junta, Min Aung Hlaing, disampaikan ketika Myanmar menghadapi sanksi Barat dan meningkatkan ketergantungannya pada Cina dan Rusia.
Gempa bumi bermagnitudo 7,7 yang terjadi di Myanmar pada Jumat telah merenggut sedikitnya 1.000 korban jiwa dan melukai 2.300 orang lainnya.
Seberapa parah kerusakan yang disebabkan oleh gempa tersebut masih belum jelas karena junta Myanmar membatasi akses internet dan sosial media masyarakat.
Junta Myanmar, yang mengambil alih pemerintahan sipil pada 2021, mengatakan jumlah korban diperkirakan akan bertambah dan Myanmar menyambut bantuan internasional.
Gempa bumi Myanmar adalah bencana alam besar pertama sejak Donald Trump memotong badan bantuan Amerika Serikat untuk internasional seperti dilansir The Express. Trump menjanjikan bantuan sebagai tanggapan atas gempa dahsyat Myanmar pada hari yang sama saat staf terakhir dibebastugaskan dari tugas mereka di Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).
Departemen Luar Negeri AS mengatakan sedang membentuk tim di Myanmar. Juru bicara Deplu AS Tammy Bruce mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah akan menggunakan permintaan bantuan dan laporan dari wilayah tersebut untuk membentuk tanggapannya.
Namun, seorang mantan pejabat USAID mengatakan sistem itu sekarang "berantakan", tanpa kemampuan untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan atau untuk memindahkan bantuan.
Sarah Charles, mantan pejabat senior USAID yang mengawasi tim tanggap bencana dan pekerjaan kemanusiaan secara keseluruhan di bawah pemerintahan Biden, mengatakan sistem itu tanpa orang atau sumber daya untuk bergerak cepat untuk menarik keluar para penyintas dari bangunan yang runtuh dan menyelamatkan nyawa.