Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Donald Trump pada Senin menawarkan jabatan duta besar AS untuk PBB kepada Elise Stefanik, politisi Partai Republik asal New York. Tokoh pro-Israel yang tidak memiliki pengalaman diplomasi tersebut dilaporkan telah menerima tawaran tersebut, demikian konfirmasi sumber senior yang dekat dengan transisi kepresidenan kepada CBS News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The New York Post pertama kali melaporkan tawaran tersebut, dengan pernyataan dari Trump dan Stefanik. CNN juga memberitakan berita tersebut, mengutip dua sumber.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya merasa terhormat mencalonkan Elise Stefanik untuk bertugas di Kabinet saya sebagai Duta Besar AS untuk PBB. Elise adalah pejuang America First yang sangat kuat, tangguh, dan cerdas,” kata Trump dalam sebuah pernyataan kepada CBS News.
Stefanik mengonfirmasi penerimaannya atas peran tersebut dalam sebuah pernyataan kepada Post.
“Saya benar-benar merasa terhormat mendapatkan pencalonan Presiden Trump untuk bertugas di kabinetnya sebagai Duta Besar AS untuk PBB,” kata Stefanik.
"Selama percakapan saya dengan Presiden Trump, saya menyampaikan betapa saya merasa sangat rendah hati menerima pencalonannya dan berharap dapat memperoleh dukungan dari rekan-rekan saya di Senat Amerika Serikat."
Jabatan tersebut memerlukan konfirmasi Senat.
Stefanik, sekutu Trump yang vokal dan setia serta anggota DPR dari Partai Republik nomor 4 yang menjabat sebagai ketua Konferensi Partai Republik di DPR, akan mengambil peran yang dipegang Nikki Haley selama pemerintahan Trump yang pertama.
Stefanik termasuk di antara penanya yang paling keras terhadap tiga rektor perguruan tinggi yang memberikan kesaksian di depan Komite Pendidikan dan Ketenagakerjaan DPR pada Desember lalu tentang bagaimana mereka menangani insiden yang diklaim antisemit di kampus mereka setelah serangan 7 Oktober oleh Hamas terhadap Israel.
Banyak anggota parlemen dari Partai Republik bersikeras bahwa presiden tidak berbuat banyak untuk membasmi unjuk rasa pro-Palestina.
Claudine Gay dari Universitas Harvard, Liz Magill dari Universitas Pennsylvania, dan Sally Kornbluth dari Institut Teknologi Massachusetts hadir di hadapan panel. Para presiden mengatakan mereka tidak meremehkan bahasa antisemitisme tetapi juga menghargai kebebasan berpendapat. Pada akhirnya, Gay dan Magill mengundurkan diri.
Stefanik berulang kali menegaskan selama dengar pendapat bahwa slogan “dari sungai ke laut” dan “globalisasi intifada” sama saja dengan seruan untuk melakukan genosida. Faktanya, Israel yang melakukan genosida di Gaza selama setahun terakhir dengan korban jiwa warga Palestina sedikitnya 43.600 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Sejak perang Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, Stefanik telah mendukung rancangan undang-undang yang menargetkan perkemahan mahasiswa pro-Palestina yang didirikan pada musim semi lalu sebagai protes terhadap perang tersebut.
Setelah Senat mengonfirmasi pencalonannya, ia akan menggantikan Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield, yang telah menjabat posisi tersebut di selama pemerintahan Biden.
Selama setahun terakhir, Thomas-Greenfield memveto beberapa upaya di PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, seiring dengan semakin terisolasinya AS secara internasional karena dukungannya yang kuat terhadap Israel dan upaya perangnya.
CBS NEWS | MIDDLE EAST MONITOR