Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tubuh malang, tubuh dijual

Sebuah film tentang jual-beli organ tubuh ditayangkan di Inggris dan Kanada. Rusia dituding sebagai dalang perdagangan gelap itu.

27 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI sebuah cerita seram dari Inggris dan Kanada. Pekan lalu, televisi kedua negara itu menayangkan film The Body Parts Business, cerita tentang pengambilan organ tubuh manusia untuk diperjualbelikan. Dalam film tersebut, antara lain, dipertontonkan bagaimana seorang perawat sebuah rumah sakit di Argentina mencungkil biji mata seorang mayat dengan sebuah sendok teh. Selain itu, sang perawat juga diperlihatkan mencungkil indra penglihat seorang pasien yang secara medis masih hidup. Semua organ tersebut diambil untuk diperdagangkan. Film The Body Parts Business ini dibuat berdasarkan investigasi Bruce Harris, Direktur Lembaga Perawatan Anak-Anak Internasional, yang bermarkas di London. Selama kunjungannya di Honduras tahun silam, Harris memperoleh informasi mengejutkan dari anak-anak jalanan di Tegucigalpa. Menurut anak-anak telantar di ibu kota Honduras itu, sebanyak 800 orang raib diculik agen-agen pedagang organ tubuh manusia. ''Saya khawatir ini juga terjadi di belahan dunia lain,'' ujar Harris. Benar saja. Di Argentina, tetangga Honduras, Harris mendapat info bahwa sebuah rumah sakit di Buenos Aires, ibu kota negara itu, telah memereteli organ tubuh 66 korban kecelakaan lalu lintas. Menurut info yang sampai ke telinga Harris, pihak rumah sakit itu sengaja tidak memberikan perawatan yang layak pada korban kecelakaan lalu lintas tersebut dengan harapan mereka segera meninggal sehingga bisa diambil organ tubuhnya. Lebih mengenaskan, bahkan ada korban yang secara medis belum mati telah diambil organ tubuhnya. Akibat perbuatan paramedis yang tidak manusiawi itu, Harris menuduh rumah sakit tersebut menjadikan korban kecelakaan jalan raya sebagai donor potensial. Selama kunjungannya di Argentina, Harris menyaksikan seorang anak cacat mental yang terjungkal ke parit langsung dicungkil bola matanya dengan sebuah sendok teh oleh seorang perawat di tempat perawatan anak-anak terbelakang tersebut, sementara badan korban dibiarkan mengambang. Dari hasil penyelidikan Harris, diketahui bahwa bola mata itu dijual ke pasar gelap dengan harga sekitar Rp 14 juta per buah. Sayang, bagaimana transaksi dilakukan tak bisa disaksikan langsung oleh pemirsa. Yang dapat direkam Harris hanyalah adegan saat polisi menyerbu lembaga itu dan menangkap para pelakunya. Info dan kesaksiannya itu kemudian disampaikan kepada Judy Jackson, produser film asal Kanada, yang dua tahun silam pernah membuat film sejenis di India. Maka, dibuatlah film The Body Parts Business tadi. Dalam film The Body Parts Business ditayangkan juga sejumlah bukti, seperti dokumen ekspor-impor organ tubuh dari sebuah perusahaan di Rusia. Dalam operasinya, pelaku yang berpredikat ahli bedah menggunakan dokumen palsu berkop Badan Transplantasi Eropa, yang bermarkas di Belanda. Dengan mengatasnamakan lembaga nonprofit itu, sang ahli bedah Rusia tersebut mengirimi langganannya di Jerman, Italia, dan Israel. Belum jelas berapa keuntungan yang telah dikantongi sang ahli bedah. Tapi, menurut dokumen yang berhasil diperoleh Harris, perusahaan ini baru saja meneken kontrak pengiriman 600 ginjal dengan harga Rp 40 juta per buah. Tampaknya, harga itu masih merupakan tarif penawaran. Sebab, Harris dan Jackson juga memiliki dokumen pesanan pengusaha asal Inggris, Italia, dan Turki, yang minta agar perusahaan Rusia itu menurunkan harga. Sebelumnya, sebuah ginjal dihargai hampir Rp 200 juta. Tuduhan bahwa Rusia terlibat dalam perdagangan organ tubuh ini makin kuat. Harris dan Jackson mendapat info tambahan, yakni hilangnya organ-organ tubuh untuk riset, termasuk tulang iga dan kerangka badan, dari rumah-rumah mayat di Moskow. Di negeri itu, setiap mayat yang tidak diakui keluarganya otomatis dianggap menjadi milik negara. Dari situ kemudian diketahui bahwa perusahaan Rusia itu telah menjual lebih dari 2.000 ginjal, hati, dan paru-paru, 2.000 mata, serta 3.000 biji pelir (digunakan untuk krim awet muda). Lepas dari semua permainan itu, tentunya, bisnis ini tak akan marak jika cadangan organ tubuh yang dimiliki rumah sakit dunia mencukupi. Menurut Jackson, yang hadir di konferensi internasional transplantasi organ tubuh di Vancouver Mei silam, hampir semua rumah sakit di dunia kekurangan organ tubuh bagi pasien yang membutuhkannya. Tahun ini, di Amerika Serikat saja, diperkirakan 13 ribu orang membutuhkan transplantasi organ tubuh. Akibatnya, rumah sakit di sana bersaing untuk memperoleh organ tubuh yang diperlukan. Dikabarkan, petugas rumah sakit spesialis pencangkokan organ tubuh di negeri itu kerap mondar- mandir ke Brasil untuk memperoleh perangkat penyambung hidup itu. Ternyata tak sulit membawa ''harta'' itu ke luar negeri. ''Cukup menyimpan dalam sebuah cairan pengawet dan menempatkannya dalam kotak stiryfoam, Anda bisa membawanya dalam tas jinjing dalam pesawat,'' kata Jackson. Malah, tahun lalu, TV ABC pernah menayangkan kasus serupa dalam program acara 20/20. Dalam film itu dibeberkan beberapa mayat di rumah pelayanan pemakaman di Amerika telah kehilangan organ tubuhnya. Rumah pelayanan tersebut kemudian dituntut pihak keluarga mendiang karena belakangan terungkap bahwa mata, ginjal, dan hati korban dicuri petugas kamar mayat setempat untuk kemudian dijual secara ilegal. Andy Reza Rohadian dan Toeti Kakiailatu (Vancouver)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum