Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Ochanomizu, sebuah universitas khusus perempuan di kota Tokyo, Jepang, akan menerima mahasiswi dari kalangan transgender pada April 2020. Keputusan itu akan menjadikan Universitas Ochanomizu satu dari dua universitas negeri khusus perempuan yang menerima mahasiswi transgender.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kimiko Murofushi, Rektor Universitas Ochanomizu, berjanji akan menggelar jumpa pers untuk menjelaskan secara rinci terobosan kampus yang dipimpinnya. Rencana menerima mahasiswi dari kalangan transgender ini telah didiskusikan pihak universitas sejak tahun ajaran 2016 atau persisnya setelah menerima sebuah permintaan dari seorang calon mahasiswi transgender.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Membanding dengan Amerika Serikat, di Negara Paman Sam itu setidaknya ada lima universitas khusus perempuan yang telah menerima mahasiswi transgender sejak 2014. Sumber di Kementerian Pendidikan Jepang memuji keputusan yang dilakukan Universitas Ochanomizu karena hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Diharapkan banyak universitas akan mengambil langkah serupa terkait upaya memahami kebutuhan kelompok minoritas seksual, meskipun membuat keputusan semacam itu pada akhirnya tergantung pada masing-masing universitas," kata sumber tersebut, seperti dilansir dari Japan Times pada 3 Juli 2018.
Terkait kebijakan tersebut, Juru bicara Universitas Ochanomizu menjelaskan kebijakan itu akan berlaku bagi calon mahasiswi yang terlahir sebagai laki-laki tetapi kini diidentifikasi sebagai perempuan.
Masyarakat Jepang secara bertahap telah mengalami pergeseran. Mereka mulai mau membantu anak-anak dan pelajar yang mengalami perubahan identitas seksual seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender atau LGBT. Menurut survei yang dilakukan oleh biro iklan Dentsu Inc. pada 2015, satu dari 13 orang di Jepang diperkirakan menjadi anggota komunitas LGBT.
Beberapa wilayah di Jepang, ada yang mulai menerima hubungan pasangan kekasih dari kalangan transgender atau LGBT dan ada pula beberapa sekolah menengah pertama yang telah memperkenalkan seragam bebas gend.
JAPAN TIMES | ASAHI SHINBUN