Pemerintah Iran ingin menggelar dialog dengan Amerika Serikat berdasarkan sikap saling menghargai. Itulah perkembangan terakhir hubungan kedua negara yang membeku selama bertahun-tahun. Menurut Menteri Luar Negeri Iran, Kamal Kharrazzi, negosiasi baru-baru ini dengan negara Eropa, tentang program nuklir Iran yang menghasilkan pembukaan fasilitas nulklir Iran bagi penilik dari lembaga atom internasional, merupakan contoh penyelesaian masalah bagi Washington. Amerika memang gencar menuduh Iran memiliki program senjata nuklir. Juga menempatkan Iran sebagai satu dari tiga negara Poros Setan. "Iran siap bernegosiasi dengan semua negara, tak terkecuali AS," kata Kharrazzi pada Selasa pekan lalu.
Spekulasi lantas merebak beberapa hari ini tentang upaya pendekatan AS yang ingin membuka dialog terbatas dengan Iran, setelah AS memutuskan mengirim bantuan kemanusiaan bagi korban gempa bumi di Iran pada Desember silam. Bantuan kemanusiaan itu berarti AS melonggarkan sanksi ekonomi terhadap Iran. Dalam pendekatan ini, AS tak sekadar mengirim bantuan. Senator dari Partai Republik, Elizabeth Dole, turut pula mengawal pemberian tersebut. Inilah pertama kalinya seorang pejabat AS datang ke Iran setelah mahasiswa militan menyandera 52 warga AS di kedutaan AS di Teheran selama 444 hari (1979-1981).
Sebagai prakondisi, AS menuntut Iran menyerahkan anggota Al-Qaidah yang ditahan Iran, menghentikan program nuklir, dan menghentikan bantuan kepada militan Palestina. Sebaliknya, Iran ingin Washington menghentikan sanksi ekonomi yang sudah berlangsung sejak 1995. Selain itu, Iran juga meminta Washington menyerahkan anggota bersenjata kelompok oposisi Mujahidin yang bermarkas di Irak. Aksi kelompok ini dinilai melemahkan kepemimpinan kaum mullah di Iran.
Raihul Fadjri (AP, Reuters, Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini