Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pedro Quinto begitu terkejut dan terpukul saat melewati bagian bea cukai dan imigrasi di Bandara Internasional O'hare di Chicago. Mendarat di kota itu pada Senin silam, pemuda Meksiko 27 tahun ini harus melewati sebuah proses pemeriksaan tak lazim: dia mesti menjalani scan sidik jari dan kamera digital sebagai bagian dari cek biometrik. Prosesnya cuma makan waktu 10-15 detik lebih lama. Tetap saja Quinto merasa terpukul. "Rasanya seperti menjadi orang tahanan," dia memberi alasan.
Dari Argentina datanglah Julio Mendoza, 25 tahun. Saat ia menginjak Miami, bukan kehangatan Florida yang menyambutnya di bandara, melainkan prosedur cek mirip-mirip penjaringan penjahat dan teroris itu. Maka Mendoza pun menyemburkan amarahnya. "Saya bukan penjahat, bukan teroris. Saya merasa diperlakukan seperti penjahat atau teroris," ujarnya.
Quinto dan Mendoza jelas tak sendirian "disetrum" aneka peralatan canggih itu pada awal pekan silam. Selama setengah jam, dari pukul 05.30 hingga 06.00, 27 ribu warga asing yang memasuki bandara dan pelabuhan AS harus melewati prosedur baru ini. Disebut US-VISIT (Teknologi Indikator Status Imigrasi dan Pengunjung Amerika Serikat), inilah sistem untuk mencegah penjahat dan teroris menginjakkan kaki dan beroperasi di bumi Amerika. "Ini mudah saja bagi orang biasa, tetapi sulit bagi teroris untuk menghindarinya," ujar Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri AS, Tom Ridge, saat memulai program US-VISIT ini di bandara Hartsfield-Jackson, Atlanta, Georgia.
Program ini dimulai Senin lalu di 115 bandara internasional dan 14 dermaga besar. Nantinya akan ditambah 50 titik perbatasan darat. Semua pengunjung yang masuk ke AS harus disidik biometrik (lihat boks Beginilah Sistem Biometrik Bekerja) kecuali wisatawan dari 28 negara. Antara lain Jepang, Australia, Singapura, serta kebanyakan negara Eropa.
Setiap tahun, sekitar 24 juta orang asing berkunjung ke Amerika. Namun, sejak insiden September 2001, pemerintah Presiden George W. Bush seperti kehilangan akal menghalau terorisme dari negeri itu. Bush membuka dua "wilayah perang" dalam menghajar terorisme. Pertama, mengejar dan menghabisi teroris di luar negeri. Kedua, menjaga tanahnya bersih dari anasir teroris. Gencarnya pemerintah Bush dalam memimpin perang terhadap terorisme telah menjatuhkan rezim di dua negara. Taliban di Afganistan dan Saddam Hussein di Irak.
Sementara itu, untuk melindungi tanah Amerika sehingga tak lagi terulang insiden memalukan dan menyedihkan di rumah sendiri, berbagai kebijakan pengamanan diskriminatif diterapkan dengan gencar. Misalnya pengawasan imigran gelap, pengetatan izin visa, dan yang terkini itu tadi, cek biometrik di setiap pintu masuk ke Amerika.
Pengetatan prosedur masuk ke AS yang gila-gilaan ini mendapat protes keras dari berbagai negara, terutama negara yang mayoritas penduduknya muslim. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi semasa masih menjabat deputi perdana menteri pernah mengalami hal yang oleh Mahathir Mohamad disebut sebagai penghinaan. Petugas keamanan bandara di Amerika tetap meminta Badawi membuka sepatunya padahal dia seorang wakil kepala pemerintahan dari negara sahabat Amerika.
Belum lama ini pemerintah AS bahkan meminta agar ada penempatan air marshal (polisi udara) bersenjata di setiap pesawat yang masuk ke Amerika. Kontan saja kebijakan ini menuai banjir kritik, termasuk dari sekutu Amerika sendiri. Agen perjalanan tersohor di Inggris, Thomas Cook, yang menerbangkan ribuan wisatawan setiap minggunya menyeberangi Atlantik, menolak ide ini. "Kalau polisi udara muncul, kami akan membatalkan penerbangan," ujar seorang pegawai di Thomas Cook.
Paranoia pemerintah Bush memang luar biasa. Apalagi menjelang Natal lalu. Sejak pemerintah Amerika menyatakan negerinya dalam status oranye (amat waspada) pada 21 Desember lalu, belasan penerbangan internasional telah mendapat perlakuan luar biasa. Beberapa penerbangan British Airways ke Washington dibatalkan dan ada yang ditunda berjam-jam. Penumpang diberi tahu bahwa untuk mendaratkan pesawat mereka diperlukan izin dari 22 badan pemerintah Amerika.
Tiga hari kemudian, pesawat British Airways 223 mendarat di Bandara Dulles, Washington, DC, didampingi sebuah pesawat tempur. Penundaan atau pembatalan pesawat dari London ke Washington ini tidak diberi batas waktu. Tindakan ini dilakukan setelah ada informasi intelijen—dari hasil penyadapan—yang menyatakan penerbangan ini akan menjadi target teroris.
Terakhir, pada pekan lalu, muncul US-VISIT yang rupanya sudah digodok lama. Dengan program ini, sidik jari dan profil pengunjung akan dicek silang dengan data dasar para penjahat dan teroris yang ada di beberapa kantor pemerintah.
Seperti kebijakan lain yang mendapat kritik pedas, sistem ini dihujat bertubi-tubi sebagai invasi pribadi. "Demi keamanan, pemerintah Amerika menerapkan pendekatan yang amat luas dengan melihat setiap orang sebagai calon teroris," ujar Timothy Edgar, konselor legislatif Uni Kebebasan Sipil Amerika (UCLA).
Apa boleh buat. Banjir kritik silakan lewat, tapi pemerintah AS jalan terus. Di Brasil, pihak imigrasi memberlakukan aturan serupa bagi warga Amerika. Ini membuat geram Washington. Juru bi-cara Departemen Luar Negeri, Richard Boucher, menuntut Brasil merevisi kebijakan yang dianggap tanpa persiapan matang. Maklum, tak seperti di Amerika, yang hanya perlu waktu dalam hitungan detik, di Rio proses ini perlu 15-20 menit per orang. Bila langkah Brasil diikuti semua negara, antrean warga AS di berbagai bandara internasional di dunia niscaya menjadi pemandangan baru yang menarik.
Purwani Diyah Prabandari (Washington Post, CSM, Independent, BBC)
Beginilah Sistem Biometrik Bekerja
Tiap organ tubuh manusia memiliki karakteristik yang unik. Bahkan manusia kembar identik pun sebetulnya masih bisa dibedakan dari keunikannya. Inilah dasar-dasar utama yang dilakukan untuk mengidentifikasi seseorang. Ketika identifikasi itu dilakukan menggunakan perangkat elektronik, inilah yang disebut sebagai sistem identifikasi biometrik.
Untuk setiap orang, bagian tubuh yang dianggap paling unik sehingga dapat membedakan satu dengan lainnya adalah wajah, sidik jari, telapak tangan, mata, dan suara.
Suatu sistem biometrik dapat saja hanya melacak identitas berdasarkan satu ciri fisik, misalnya wajah. Tapi sistem ini juga mampu melacak identitas dari gabungan beberapa sistem pelacakan bagian tubuh berbeda.
Pada dasarnya, sistem biometrik bekerja dengan menangkap citra bagian tubuh dari individu yang hendak diperiksa identitasnya. Data yang diperoleh lalu dianalisis dengan peranti lunak komputer khusus, kemudian dicocokkan dengan pangkalan data dari pelaku kriminal atau teroris yang telah diketahui dan tersimpan sebelumnya. Jika ditemukan kecocokan, sistem akan menampilkan peringatan bahwa kemungkinan besar individu yang sedang diperiksa adalah pelaku kriminal atau teroris. Proses pemeriksaan ini hanya berlangsung dalam hitungan menit.
N. Dody Hidayat
- Biometrik
Teknik pengidentifikasian individu melalui ciri-ciri fisik atau tingkah laku mereka yang unik, seperti:Mata: Memetakan iris atau pembuluh darah dalam retina di belakang mata. Gambar pola di sekitar pupil untuk setiap orang adalah unik.
Wajah: Memiliki petunjuk yang dapat membedakan, berupa tonjolan ataupun cekungan yang disebut titik nodal. Program komputer FaceIt dapat mengenali 80 titik nodal ini, misalnya jarak antar-mata, lebar hidung, kedalaman rongga mata, tulang pipi, garis rahang, dan dagu. Pada sistem lain, pemindaian hanya difokuskan pada area sekitar mata dan hidung.
Tangan: Sidik jari jempol dicetak, lalu dengan program komputer diubah ke format gambar tiga dimensi. Citra sidik jari itu diperoleh dengan alat pemindai optis yang menghasilkan citra 500 titik perinci.
Suara: Setiap orang memiliki pola akustik yang unik.
- Kamera Video Pengintai
Ditempatkan di posisi yang mampu menangkap wajah orang di kerumunan. Misalnya, di muka pintu masuk atau di dalam lift. Ketajaman resolusi kamera ini harus tinggi. Syarat lain, kamera harus mampu menyorot berkeliling. Contoh kamera ini adalah kamera CCTV (closed circuit television).- Pendeteksian
Wajah atau retina mata yang tertangkap kamera pengintai terkunci dalam bingkai. Algoritma pencarian dijalankan untuk menemukan bentuk kepala, bentuk pola dan warna retina, alur sidik jari, atau tinggi-rendah nada suara yang serupa di pangkalan data.Komputer dan Peranti Lunak Pemroses
Komputer pemroses terhubung langsung dengan kamera pengintai sehingga proses pelacakan dan pengenalan wajah terjadi saat itu juga (real time).- Pangkalan Data
Gambar wajah, sidik jari, foto retina wajah, dan suara dari pelaku kriminal atau teroris yang telah diketahui disimpan dalam sebuah pangkalan data yang terdapat di komputer pemroses.- Pencocokan
Data baru dicocokkan dengan data yang tersimpan di pangkalan data. Jika ditemukan kecocokan, sistem akan membunyikan peringatan dan menayangkan hasilnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo