Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Upaya menyetop perang

Untuk pertama kalinya persatuan mujahidin afghanistan (iuam) bertemu dengan uni soviet dalam perundingan tingkat atas di taif, arab saudi. ivam menuntut perjanjian jenewa dibatalkan, minta ganti rugi.

10 Desember 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMPURAN-gempuran para pejuang Mujahidin, sejak penandatanganan perjanjian Jeneva, akhirnya membuat Soviet menyerah. Hari Sabtu pekan lalu, negara superkuat itu untuk pertama kalinya bersedia berunding langsung dengan Mujahidin. Memang sebelumnya kedua belah pihak pernah juga bertemu di Islamabad, Pakistan, 27 November lalu. Tapi pertemuan itu hanya diwakili oleh pimpinan eselon rendah dari kedua belah pihak. Hasil pertemuan Islamabad, antara lain, pertukaran tawanan perang (3 perwira Soviet ditukar dengan 30 pejuang Mujahidin), dan perundingan tingkat atas ini. Tempat perundingan tingkat atas kali ini disepakati dilangsungkan di Taif, di pantai Laut Merah, Arab Saudi. "Ini adalah langkah lain untuk menghentikan pertumpahan darah dan menciptakan perdamaian di Afghanistan," ujar Yuli Volonstov, Duta Besar Soviet di Afghanistan yang juga deputi pertama menteri luar negeri Uni Soviet yang dikenal sangat dekat dengan Mikhail Gorbachev. Tak seperti perundingan sebelumnya, pertemuan Taif membicarakan hal-hal penting, bukan sekadar pertukaran tawanan perang. Maka, bukanlah kesombongan kalau Persatuan Mujahidin Afghanistan (IUAM) menyatakan pertemuan itu sebagai kemenangan. Dan itu terutama karena "pertemuan itu tak dihadiri oleh wakil dari pemerintah Kabul". Soalnya, Mujahidin sekarang merasa di atas angin karena ketika PBB mengadakan perundingan final di Jeneva, 15 April lalu, pihak Mujahidin tak disertakan. Sebab, pihak Kabul tak bersedia melakukan perundingan bila Mujahidin diundang. PBB dan pihak Pakistan yang punya inisiatif mengalah. Dan sebelumnya, Soviet tak pernah mau berunding langsung dengan Mujahidin, yang dianggapnya sebagai pemberontak. Kini, dalam perundingan di Arab Saudi, tuntutan IUAM tak sekadar penarikan total dan segera pasukan Soviet. Mereka juga menuntut ganti rugi dan minta pembersihan semua ladang ranjau. Yang terdengar paling keras, Mujahidin minta agar perjanjian Jeneva dibatalkan. Tuntutan pihak Mujahidin itu akan dibicarakan dalam konperensi internasional lanjutan. "Konperensi itu sangat mendesak," ujar Deputi Menteri Luar Negeri Soviet Vladimar Petrovsky tanpa keterangan lebih lanjut. Bila Soviet memerlukan perundingan internasional -- tak segera menyetujui tuntutan pihak Mujahidin, meski tak juga menolaknya -- itu karena masih ada persoalan yang mengganjal. Yakni keterlibatan Pakistan. Hari Jumat pekan lalu, misalnya, kantor berita Soviet ass melaporkan, sekitar 20 ribu pejuang Mujahidin, didukung oleh 1.200 milisi Pakistan, menyerang daerah daerah strategis Jalalabad setelah menguasai pos-pos perbatasan. Menurut kementerian luar negeri Soviet, serangan itu tak menunjukkan itikad Mujahidin untuk menyelenggarakan konperensi internasional. Sementara itu, pihak Mujahidin menjawab bahwa sebelum tentara Soviet sepenuhnya ditarik, mereka tak akan membiarkan rezim Kabul dan pendukungnya mengambil napas. Keterlibatan Pakistan -- salah satu persoalan bagi perdana menteri baru Nyonya Benazir Bhutto -- memang nyata. Setidaknya negeri itu mengizinkan Mujahidin mendirikan markas besar dan kamp-kamp latihan, dan memberi izin Amerika Serikat mengirimkan bantuan kepada Mujahidin lewat Pakistan. Pihak Mujahidin, diwakili oleh Burhanuddin Rabani -- ketua Jamiat-i-Islami, kelompok Mujahidin terbesar -- bersedia melakukan perundingan internasional lanjutan, dengan syarat: perantara perundingan harus negara netral. Rabani tak menyebutkan negara mana saja yang bisa ia terima. Cuma, ia menekankan sekali lagi bahwa pengembalian hak menentukan diri sendiri kepada rakyat Afghanistanlah, seperti yang sering ia katakan, yang paling penting bagi pihak Mujahidin. Dalam soal terakhir inilah tampaknya Soviet harus berpikir dua kali. Sebab, pihak Soviet tetap menghendaki agar pemerintahan di Afghanisatan melibatkan Partai Demokrasi Afghanistan (PDPA), yang sekarang berkuasa. Penentuan nasib sendiri oleh rakyat bisa berakibat disapunya orang PDPA. Bukan rahasia lagi bahwa sebagian Mujahidin, terutama dari garis keras seperti Hezb-i-Islami, berambisi untuk membersihkan orang-orang pro-Soviet. Bisakah pertemuan lanjutan mencari jalan damai?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus