FEBRUARI ini masa yang paling sibuk untuk perdamaian Timur Tengah. Usaha ini melibatkan lima benua. Suatu Komisi 11 orang dari Socialist International terbang dari London menuju Libanon, Yordania, Israel, dan Tunisia untuk mengumpulkan fakta. Hasil penemuan mereka akan diajukan dalam sidang tahunan gerakan sosialis itu di Sydney, Australia, April mendatang. Masih pada awal Februari, Raja Hussein dari Yordania menjadi tuan rumah dalam suatu pertemuan segi-tiga dengan Raja Hassan II dari Maroko dan Presiden Libanon, Amin Gemayel. Mereka membicarakan rencana penarikan mundur tentara Israel dari Libanon. Pekan ini, kelima komisi yang dibentuk dalam perundingan Israel-Libanon dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan mereka di tempat baru, Netanya, kota di sebelah utara Tel Aviv. Selama ini mereka bertemu di kota perbatasan utara Israel, Kiryat Shemona, atau di luar Beirut, Khalde. Masalah yang akan mereka bicarakan, setelah pertemuan babak ke-11 (31 Januari), masih tetap sama: penarikan mundur tentara Israel. Hal ini tampaknya berada pada jalan buntu. Dewan Nasional PLO (parlemen Palestina dalam pengasingan) akan bersidang 14 Februari di Aljir, Aljazair, untuk menggariskan pendirian PLO mengenai Usul Reagan bagi padamaian Timur Tengah. Mereka juga akan membicarakan kelanjutan Usul Liga Arab yang ditetapkan tahun lalu, dalam pertemuan puncak Fez, Maroko. Sementara itu Perdana Menteri Libanon, Shafik Wazzan, dan Menlunya, Elie Salem, akan baada di Tunisia pekan ini atas undangan Presiden Habib Bourguiba. Februari mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Israel. Presiden Yitzhak Navon, yang populer itu, diperkirakan akan mengumumkan rencananya apakah dia akan mengundurkan diri dari jabatannya dan mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Buruh yang beroposisi. Bila dia berhasil, dia mungkin akan menjadi saingan berat bagi Perdana Menteri Menachem Begin dalam pemilihan umum yang akan datang. Pemilu itu bisa terjadi lebih cepat, bila komisi yang melakukan penyelidikan mengenai pembantaian di Sabra dan Shatila mempersalahkan pimpinan di Israel. Pembantaian terhadap ratusan pengungsi Palestina di kedua kamp itu dilakukan oleh suatu kelompok milisi Kristen. Israel mempunyai tanggung jawab militer atas kedua daerah itu setelah penyerbuan ke Libanon. Februari ini juga akan menyaksikan penundaan suatu rencana yang disusun sejak November lalu. Begin tidak jadi mengunjungi Washington sebagaimana direncanakan semula. Presiden Reagan konon tidak bersedia menerimanya sampai tercapainya suatu penyelesaian besar dalam soal penarikan mundur pasukan Israel dari Libanon. Ini tercantum dalam surat Reagan kepada Begin yang disampaikan oleh Philip C. Habib ketika utusan khusus Presiden Amerika itu, bertemu dengan Begin, 13 Januari. Para pembantu Begin mengatakan bahwa isi surat itu "bersahabat." Tetapi di Washington seorang pejabat tinggi Gedung Putih mengungkapkan hal sebaliknya. Begin, setelah menerima surat Reagan itu, konon mengatakan kepada seorang pembantu dekatnya, "saya tidak buru-buru " Dia mengulur waktu, meskipun ada tekanan diplomatik terhadap Israel. Bahkan pemerintahan Reagan kini mempertimbangkan sanksi militer dan ekonomi terhadap Israel, atas desakan Mesir. Sanksi? Presiden Hosni Mubarak tidak membicarakannya dalam pertemuan dengan Presiden Reagan di Washington pekan lalu. Tetapi, kata seorang pejabat Gedung Putih, "Sementara orang tidak bekerja dalam bahasa ancaman, bujukan tampaknya tidak jalan." Mubarak mengatakan bahwa perdamaian di Timur Tengah akan lebih cepat tercapai jika Amerika Serikat "melangkah lebih maju dalam mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri." Dalam kunjungan keduanya ke Washington dalam masa 15 bulan, Presiden Mesir itu juga bertemu dengan sekitar 30 pemimpin masyarakat Yahudi di Kedutaan Besar Mesir di Washington. Kepada mereka, Mubarak memberi jaminan bahwa Mesir menghendaki "hubungan yang baik, kukuh dan tetap" dengan Israel. Tetapi sejak serbuan Israel ke Libanon, Juni lalu, Mesir memanggil pulang duta besarnya, Saad Murtada, "untuk konsultasi". Murtada belum kembali ke posnya. Sejauh ini Mesir adalah negara Arab satu-satunya yang mendukung usul penyelesaian Timur Tengah yang dikemukakan Presiden Reagan (1 September). Menjelang akhir Februari Raja Hussein akan datang lagi ke Washington. Dan saat itu dia diharapkan akan menyatakan Yordania ikut serta dalam pembicaraan penyeksaian Timur Tengah berdasarkan Usul Reagan. Tapi dia masih menunggu mandat dari Dewan Nasional PLO yang bersidang di Aljir, 14 Februari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini