KETIKA ekonominya masih baik dan ekspor minyaknya lancar, Nigeria membiarkan imigran gelap datang mencari nafkah. Jumlahnya meningkat terus -- ditaksir mencapai dua juta orang. Tapi karena dilanda resesi dunia, Nigeria akhir-akhir ini berpikir bahwa imigran gelap sebanyak itu merupakan beban nasional, lantas mengusir mereka. Senin lalu adalah batas waktu bagi mereka untuk meninggalkan Nigeria. Sekitar separuh dari imigran gelap ini adalah warga negara Ghana. Lainnya dari Benin, Togo, Chad, Niger, Kamerun dan Volta Hulu. Ada ancaman hukuman penjara bila mereka masih berada di Nigeria setelah 31 Januari. Maka sudah ribuan membanjiri pelabuhan Apapa dan pelabuhan udara internasional Lagos. Lebih banyak lagi arus manusia menuju kota-kota perbatasan dengan kendaraan darat, atau berjalan kaki. Tetapi exodus itu tidak mengalir selancar yang diharapkan semua pihak. Di Apapa, mereka menumpuk di dermaga, berhari-hari menunggu kapal yang akan mengangkut mereka ke Ghana. Ketika kapal Black Star yang dikirim pemerintah Ghana bersandar di dermaga, mereka berjejal menaiki tangga. Ada yang memanjat tali kapal. Beberapa orang jatuh ke laut. Di lapangan udara internasional Lagos, ibukota Nigeria, ceritanya hampir sama. Dua perusahaan carter menaikkan harga karcis pesawat mereka 20%. Para sopir taksi meminta bayaran jauh lebih tinggi dari biasanya. Dan banyak orang mencari keuntungan dengan membeli harta benda mereka yang akan pulang itu dengan harga sangat rendah. Melalui jalan darat, mereka sering tertahan di pos perbausan. Nigeria dan Ghana dipisahkan oleh Benin dan Togo. Benin tidak mengizinkan orang Ghana lewat sampai Togo membuka perbatasannya. Dan Togo tidak mau menerima mereka sampai Ghana membuka kembali perbatasannya. Ghana menutup perbatasannya dengan Togo September lalu untuk menghentikan arus penyelundupan. Menurut pemerintah Lagos pengusiran orang asing itu adalah karena mereka tidak mempunyai visa, izin kerja, ataupun izin tinggal. Dalam akhir kunjungan empat harinya di India, Presiden Shehu Shagari dari Nigeria mengatakan: "Kehadiran mereka telah meningkatkan kejahatan di negeri kami." Kerusuhan konon terjadi di kotakota Nigeria Utara -- Maiduguri, Kano dan Kaduna -- Oktober lalu. Sedikitnya 450 orang tewas, berpangkal pada arus imigran gelap. Suatu komisi pemerintah yang menyelidiki sebab-sebabnya kemudian mengusulkan pengusiran. Kerusuhan Oktober itu hanya suatu alasan. Pengusiran itu sebenarnya berlatar belakang ekonomi. Orang asing semula datang berbondong-bondong ke Nigeria mencari lapangan kerja. Sekarang, dengan harga minyak jatuh, rakyat Nigeria sendiri pun menderita kesulitan. Nigeria, negara penghasil minyak ke-7 terbesar di dunia, tak dapat sesuka hatinya memompa minyak lebih banyak daripada jatah yang ditentukan OPEC. Resesi dunia mencekam Nigeria, dan pengangguran meningkat. Pengusiran secara besar-besaran itu merupakan keputusan pemerintah Nigeria yang mendapat dukungan rakyatnya. Di Lagos sekarang terbaca banyak tulisan yang berarti: "Ghana, pulang !" Pemrintah Ghana meminta bantuan PBB. supaya warganya di Nigeria diperlakukan sebagai pengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini