Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar menyerukan peningkatan kerja sama di antara delapan negara berkembang dengan mayoritas penduduk Islam atau D-8. Alasannya, kata dia, ketimpangan antara negara-negara maju dan negara berkembang kia lebar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"COVID-19 bahkan memperdalam gap dan ketimpangan yang ada ini," katanya saat menghadiri KTT D-8 Bangladesh secara virtual, Rabu, 7 April 2021.
Ia menjelaskan D-8 didirikan pada 24 tahun lalu dengan tujuan untuk meningkatkan posisi negara berkembang dalam perekonomian dunia dan menyejahterakan rakyatnya. Dengan ketimpangan yang masih ada, Mahendra mengajak agar menjadikan pandemi sebagai momentum memperbaiki kerja sama di antara negara anggota D-8.
"D-8 harus menjadi platform untuk mengelola dengan lebih baik dan pada akhirnya mengoordinasikan kerja sama yang lebih baik untuk mengalahkan virus ini. D-8 harus menjadi gaya positif dan menjadi bagian dari solusi menangani pandemi," katanya.
Dalam sambutannya, Mahendra menggarisbawahi dua isu penting. Pertama, D-8 harus mendukung dan memastikan akses yang adil terhadap vaksin COVID-19. "Dalam hal ini, kita perlu mendukung platform COVAX sebagai satu-satunya platform untuk memastikan akses yang setara dan harga vaksin yang terjangkau untuk semua," ujar dia.
Kedua, D-8 perlu mendorong pemulihan ekonomi dengan fokus pada keunggulan negara-negara anggotanya. "Sebagai platform negara-negara terkemuka di dunia Muslim, kita memiliki Keunggulan komparatif pada industri halal dan keuangan Islam," tutur Mahendra Siregar.