Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner lolos dari maut. Seorang penyerang menodongnya dengan pistol berisi peluru dari jarak dekat di luar rumahnya di Buenos Aires, namun pistol itu macet dan gagal ditembakkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan itu terjadi ketika ribuan orang berkumpul di dekat rumahnya untuk memberi dukungan pada Cristina Fernandez de Kirchner yang didakwa korupsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pihak berwenang belum memastikan motif serangan terhadap Fernandez de Kirchner, mantan presiden sayap kiri negara Amerika Selatan itu.
Polisi menangkap seorang tersangka yang mereka sebut sebagai Fernando Andres Sabag Montiel, seorang Brasil berusia 35 tahun.
Surat kabar La Nacion, mengutip sumber polisi, mengatakan bahwa Montiel telah bekerja sebagai sopir dan menyewa kamar di lingkungan Villa Zagala ibukota. Polisi menemukan 100 peluru ketika mereka menggerebek rumah itu.
Kantor Presiden Alberto Fernandez menyerukan diakhirinya "retorika kebencian," dan presiden mengatakan serangan itu adalah yang terburuk sejak negara itu kembali ke demokrasi beberapa dekade lalu.
Video ilustrasi serangan beredar melalui video dan foto yang menjadi viral mulai Kamis malam. Serangan digambarkan dengan pistol yang didorong ke arah kepala Fernandez de Kirchner, sebelum dia berjongkok dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Pendukung di luar rumahnya kemudian menangkap seorang pria.
Oscar Parrilli, seorang senator dengan koalisi berkuasa yang dekat dengan wakil presiden, mengatakan kepada radio lokal bahwa Wapres terkejut tetapi tidak apa-apa. "Untungnya, dia memiliki semangat yang utuh," katanya.
Para pemimpin politik di seluruh kawasan, pejabat AS dan Paus Fransiskus dari Argentina mengutuk serangan itu, yang terjadi dengan latar belakang kemerosotan ekonomi parah akibat inflasi tinggi dan merosotnya nilai mata uang peso.
Fernandez de Kirchner, seorang tokoh politik paling kuat di Argentina, menghadapi tuduhan korupsi potensial terkait dengan skema dugaan untuk mengalihkan dana publik saat menjadi presiden antara 2007 dan 2015. Seorang jaksa dalam beberapa pekan terakhir menuntut hukuman penjara 12 tahun.
Ratusan ribu orang Argentina turun ke alun-alun utama ibu kota pada hari Jumat untuk menunjukkan solidaritas terhadap upaya pembunuhan mengejutkan itu, yang memicu dukungan di negara yang dicengkeram oleh polarisasi politik mendalam dan krisis ekonomi.
Plaza de Mayo yang bersejarah di Buenos Aires, di sebelah kantor kepresidenan Casa Rosada, pada hari Jumat dipenuhi kerumunan pendukungnya yang mengibarkan bendera bersama dengan serikat pekerja sekutu dan aktivis lainnya.
Reuters