Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Ratusan orang yang memprotes mandat vaksin COVID-19 dan pembatasan pandemi dengan memblokir jalan-jalan di luar parlemen Selandia Baru pada Selasa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Reuters Rabu 9 Februari 2022, demonstran memblokir jalan dengan truk dan karavan, terinspirasi oleh demonstrasi sopir truk di Kanada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pengunjuk rasa "Konvoi untuk Kebebasan" tiba dari seluruh penjuru Selandia Baru dan berkumpul di luar gedung parlemen di ibu kota Wellington. Unjuk rasa ini menjelang pidato pertama tahun ini oleh Perdana Menteri Jacinda Ardern.
Para pengunjuk rasa sebagian besar tidak menggunakan masker, memegang plakat yang menyerukan "kebebasan" dan bersumpah untuk berkemah di luar parlemen sampai pembatasan COVID-19 dicabut.
Protes, yang mungkin berlangsung selama berhari-hari, terinspirasi oleh blokade pengemudi truk yang sedang berlangsung di ibu kota Kanada, Ottawa, terhadap langkah-langkah ketat pemerintah untuk memerangi pandemik COVID-19.
Ardern tidak menemui para pengunjuk rasa, dan kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa para pengunjuk rasa tidak mewakili pandangan mayoritas.
“Mayoritas warga Selandia Baru telah melakukan segala yang mereka bisa untuk menjaga satu sama lain tetap aman,” kata Ardern saat konferensi pers.
Dalam pidato parlemen pertamanya, Ardern mengatakan bahwa pandemi COVID-19 tidak akan berakhir dengan varian Omicron, dan Selandia Baru harus bersiap untuk lebih banyak varian virus tahun ini.
Pemerintah Ardern telah memberlakukan beberapa pembatasan pandemi terberat selama dua tahun terakhir ketika pemerintah berusaha mencegah penyebaran virus corona.
Kebijakan tersebut membantu Selandia Baru menjaga infeksi dan kematian tetap rendah. Dengan penduduk lima juta orang, Selandia Baru sejauh ini memiliki sekitar 18 ribu kasus COVID yang dikonfirmasi dan 53 kematian.
Namun, langkah pemerintah juga membuat marah banyak orang yang menghadapi isolasi rumah tanpa akhir, dan puluhan ribu ekspatriat Selandia Baru yang terputus dari keluarga di rumah karena perbatasan tetap disegel.
Langkah-langkah tersebut juga telah menghancurkan bisnis yang bergantung pada wisatawan internasional. Popularitas Ardern anjlok dalam 1News Kantar Public Poll terbaru yang dirilis bulan lalu, karena publik menandainya karena penundaan vaksinasi dan penghapusan pembatasan.
Pemerintah Selandia Baru mengatakan pekan lalu bahwa negara itu akan membuka kembali perbatasannya ke seluruh dunia secara bertahap hanya pada Oktober.
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.