Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warisan Rasisme di Bendera

Penembakan di gereja warga kulit hitam berujung pada perdebatan tentang bendera lambang rasisme. Belum mencapai titik akhir.

29 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rabu malam dua pekan lalu, di Gereja Charleston, South Carolina, Amerika Serikat, seperti biasa, adalah waktu mengkaji Alkitab. Dylann Storm Roof, 21 tahun, duduk di antara peserta. Setelah satu jam di gereja bersejarah milik warga kulit hitam Amerika itu, sekitar pukul 09.00, Roof yang berkulit putih ini menembak sepuluh anggota jemaat.

Tembakan itu menewaskan sembilan orang. Satu korban bertahan hidup. Menurut jemaat gereja yang menyaksikan peristiwa itu, Roof sempat meneriakkan kalimat kebencian kepada warga kulit hitam. Roof ditangkap di Shelby, North Carolina, sehari setelah penembakan.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dalam pidato pernyataan duka di Gedung Putih, mengeluhkan penembakan massal yang sering terjadi selama ia menjabat. "Sebagai bangsa, kita harus memperhitungkan fakta bahwa kekerasan massal semacam ini tak terjadi di negara maju lain," ujarnya Kamis dua pekan lalu. Wali Kota Charleston Joe Riley mengungkit motif kejahatan Roof: rasisme. "Satu-satunya alasan seseorang bisa datang ke gereja dan menembak orang-orang yang berdoa adalah kebencian," kata Riley.

Roof diketahui menggunakan beberapa simbol supremasi kulit putih. Dalam foto di akun Facebook miliknya, tampak Roof duduk di atas mobil dengan pelat berlambang bendera konfederasi, bendera Negara Konfederasi Amerika yang menerapkan perbudakan terhadap orang-orang kulit hitam. Di foto lain tampak Roof mengibarkan bendera itu. Inilah yang lalu membangkitkan perdebatan lama di kalangan politikus dan masyarakat di belahan selatan Amerika tentang masih boleh atau tidak bendera konfederasi dikibarkan.

Kalangan yang mendukung penurunan bendera menganggapnya sebagai lambang perbudakan, rasisme, dan Perang Saudara—perang paling berdarah di Amerika pada abad ke-19. Bukan hanya itu, bendera konfederasi juga merupakan ikon kelompok rasis Ku Klux Klan dan gerakan neo-Nazi. "(Penembakan) ini simbol terorisme rasis. Simbol itu harus turun," kata Presiden Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) Cornell Brooks, seperti dilansir CNN, Rabu pekan lalu.

Kelompok pro-bendera menyebutkan itu justru bagian dari kebanggaan sekaligus kenangan terhadap tentara yang tewas dalam perang. "Kami bangga terhadap diri kami dan dari mana kami berasal," kata demonstran pendukung bendera konfederasi. Lambang konfederasi juga sudah menjadi bagian dari budaya pop karena merupakan simbol perlawanan. Lambang ini digunakan dalam aksi panggung band atau artis rock Kid Rock, Tom Petty, dan Ted Nugent.

Kini Obama meminta agar bendera konfederasi dimuseumkan. Namun permintaannya terganjal Undang-Undang Warisan Budaya South Carolina—negara pertama yang memisahkan diri dan memicu Perang Saudara—yang ingin menyisakan warisan sejarah konfederasi secara riil. Karena itu, satu-satunya cara menghentikan pengibaran bendera kontroversial tersebut adalah dengan mengumpulkan persetujuan dua pertiga anggota dewan negara bagian.

Perdebatan baru dimulai lagi. Meski demikian, tampak sinyal positif dari kubu pro-bendera yang memikirkan ulang sikap mereka. Salah satunya di Negara Bagian Mississippi. Anggota dewan dari Partai Republik, Roger Wicker, berkata, "Sebagai keturunan orang Amerika pemberani yang berjuang dengan konfederasi, saya tak melihat bendera Mississippi menyinggung. Tapi, bagi saya, semakin jelas bahwa warga negara lain merasakan hal yang berbeda, bahwa bendera itu menggambarkan kesan yang salah tentang negara bagian kita."

Atmi Pertiwi (CNN, Huffington Post, LA Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus