Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, membantah pernyataan para dokter Italia bahwa virus Corona (COVID-19) mulai melemah. Menurut berbagai pakar epidemi di organisasi tersebut, virus Corona masih mengancam dan tidak ada bukti sains yang menyatakan bahwa dampaknya telah berkurang signifikan.
"Dalam hal penularan, tidak ada yang berubah. Begitu pula dalam derajat bahayanya, belum ada yang berubah," ujar pakar epidemi WHO, Maria Van Kerkhove sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 2 Juni 2020.
Diberitakan sebelumnya, dokter-dokter di Italia mengklaim bahwa pandemi virus Corona sudah mulai mereda. Hal itu ditunjukkan dari pengaruh virus Corona yang mulai melemah. Oleh karenanya, mereka makin berani untuk melonggarkan lockdown.
Pernyataan itu, salah satunya, disampaikan oleh Professor Alberto Zangrillo dari San Raffaele Hospital di Lombardia, titik awal penyebaran virus Corona. Ia mengatakan, secara klinis sudah tidak ada lagi yang namanya kasus virus Corona. Virus Corona, klaim ia, tak lagi bertaji.
Van Kerkhove bukan satu-satunya pakar epidemi yang membantah pernyataan Zangrillo. Martin Hibberd, pakar penyakit menular dari London School of Hygiene & Tropica Medicine, mengatakan bahwa tidak ada satupun temuan yang menunjukkan pengaruh virus Corona melemah.
Hibberd mengaku berani menyampaikan hal tersebut karena dirinya sudah memeriksa lebih dari 30 ribu genome virus Corona. Dari puluhan ribu genome yang diperiksa, tidak ada tanda-tanda perubahan genetik pada virus Corona walaupun hal itu tidak mustahil ke depannya.
"Dengan data dari 35 ribu genome virus, belum ada bukti perubahan signifikan terkait tingkat bahaya virus Corona," ujarnya.
Merespon kecurigaan berbagai pakar lainnya, Zangrillo mengklarifikasi pernyataannya. Ia, yang sempat menjadi dokter pribadi mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi, membantah klaimnya tidak berdasar. Ia berkata, dirinya mengacu pada penelitian sesama peneliti dan dokter, Massimo Clementi. Zangrillio berjanji akan mempubilkasikan penelitian Clementi sesegera mungkin.
"Kami tidak pernah berkata bahwa virusnya berubah. Apa yang kami coba katakan, interaksi antara virus dan manusia sudah berubah. Hal itu bisa karena karakteristik virus yang mulai berubah atau karakteristik pasien yang berubah. Itu yang perlu dibuktikan," ujar Zangrillo.
"Hasil penelitian sejauh ini sangat jelas, ada perbedaan yang mendasar antara tingkat viral pasien di bulan Maret dengan pasien di bulan Mei," ujar Zangrillo menambahkan.
Hingga berita ini ditulis, total ada 6,3 juta kasus dan 377 ribu kematian akibat virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia. Italia, yang sempat berada di posisi lima besar negara terdampak, memiliki 233 ribu kasus dan 33 ribu korban jiwa.
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini