Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan mengnganti nama varian virus monkeypox atau cacar monyet untuk mengatasi kekhawatiran tentang konvensi penamaan asli. “Virus yang baru diidentifikasi, penyakit terkait dan varian virus diberi nama untuk menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis apa pun, serta meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata, atau kesejahteraan hewan,” tulis WHO dalam pengumumannya pada Sabtu, 13 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Varian Kongo dan Afrika Barat direklasifikasi sebagai Clade I dan Clade II, yang terakhir memiliki dua subclade. Nama-nama baru akan segera diumumkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebuah kelompok ahli global memutuskan konvensi penamaan baru sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyelaraskan nama penyakit cacar monyet, virus, dan varian atau clades dengan praktik terbaik saat ini.
WHO juga sedang mengembangkan nama baru untuk virus monkeypox secara keseluruhan, termasuk penyakit yang disebabkannya, setelah protes atas potensi stigmatisasi. WHO juga memperingatkan di awal pandemi COVID-19 agar tidak menyebut virus itu sebagai "virus China" atau "virus Wuhan" karena potensi diskriminasi.
Perubahan nama untuk monkeypox dapat mengoreksi asumsi tentang asal usul virus. Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) asal usul cacar monyet tidak diketahui , meskipun virus ini ditemukan pada tahun 1958 dalam sekelompok monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Dalam praktik terbaiknya untuk nama penyakit menular, WHO memperingatkan agar tidak menggunakan lokasi geografis, nama orang, spesies hewan, dan referensi spesifik lainnya. WHO mengatakan sedang mengadakan "konvensi terbuka" untuk mengganti nama monkeypox.
"Siapa pun yang ingin mengusulkan nama baru dapat melakukannya," kata WHO di Twitter .
CDC melaporkan 11.177 kasus cacar monyet di AS pada 12 Agustus serta 31.799 kasus global. Kasus-kasus terus bermunculan terutama di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain. Namun pejabat WHO telah memperingatkan bahwa wabah tersebut juga menyebar di luar komunitas homoseksual. Sejumlah kasus cacar monyet di AS telah dilaporkan terjadi pula pada anak-anak dan wanita.
WHO menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat pada bulan Juli. Awal bulan ini Gedung Putih menyatakan darurat kesehatan untuk cacar monyet.
Baca: Tertinggi, Kasus Cacar Monyet AS Tembus 10.000
THE HILL