Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang lucu dan yang porno di peking

Kehidupan masyarakat di peking dari hari ke hari terus berubah. koran "harian rakyat" yang biasanya kaku dan angker, sudah berani tampil santai.

12 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI Peking, mungkin akan terdengar lelucon. Dan suara tertawa. Suasana mencekam dan penuh kekakuan yang jadi ciri khusus Cina di zaman kaum radikal berperanan dewasa ini setapak demi setapak sedang menuju ke arah suasana yang lebih "santai". Tentu saja ini menurut ukuran Cina. Pertanda ini makin nyata saja dengan terjadinya hal-hal baru akhir-akhir ini di daratan Cina. Ini nampak misalnya pada organ partai terkemuka Jen-min Jih-pao (Harian Rakyat). Sejak Pebruari yang lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah koran partai yang biasanya "kaku" dan "angker" serta penuh dengan retorik-retorik dan slogan-slogan komunis itu. menampilkan kartun sehalaman penuh. Gambar-gambar penyenang hati yang dibuat oleh beberapa pembaca itu melukiskan secara artistik liku-liku kehidupan sejak kaum radikal tersingkirkan dalam bulan Oktober yang lalu. Sebuah sketsa berjudul "Selamat datang musim semi" menggambarkan seorang pengusaha asing sambil tersenyum mengepit kontrak dan menggumam: "prospek yang cerah. Kemudian ada seorang pensuplai pornografi bertopi lucu sambil menjinjing sebuah tas dengan tulisan "Film cabul" sedang melongo sambil mengatakan Bisnis ini telah buyar". Chiang Ching juga telah dituduh sebagai orang yang memasukkan film-film porno. Film Emanuelle? Bukan. Deep Throat? Bukan. Ternyata film cabul" itu adalah The Suld of Musik - sebuah film musikal populer untuk segala umur dengan bintang Julie Andrews. Dalam penerbitan pertama dengan wajah baru itu tak lupa dimuat sebuah catatan dari redaksi. Katanya. rakyat sudah muak dengan hal-hal yang begitu membosankan selama Harian Rakyat itu dipegang oleh kaum radikal. "Burjuis" Dalam pada itu kampanye pers, radio dan diskusi-diskusi politik untuk menelanjangi tumpukan kesalahan dan kejahatan "Komplotan Empat" belum juga usai. Pada bulan-bulan yang lalu yang jadi fokus serangan tak lain dari Chiang Ching. Kejahatannya terhadap komunisme dibeberkan secara terperinci. Termasuk juga cara hidupnya yang "burjuis". Sekarang yang jadi sasaran adalah anak ajaib dari Shanghai" Wang Hungwen. Wang yang berumur 39 tahun dan berasal dari keluarga tani, memuncak bintangnya dari seorang buruh tekstil di Shanghai jadi orang nomor dua setelah Mao hanya dalam waktu 6 tahun. Di koran-koran ia dituduh sebagai pengadu-domba antara tentara dengan milisi. Wang melakukan uni, katanya, untuk memaksakan Chiang Ching diangkat sebagai pengganti Mao. "Kekuatan apa Wang Hung-wen itu?" demikian tanya sebuah artikel dalam Jen-min Jih-pao baru-baru ini. "Ia tak lain dari elemen burjuis seasli-aslinya. Dengan menjual tampang sambil mengibarkan bendera pimpinan komite sentral ia menuntut ini dan itu. Ia tak pernah membaca buku dan membaca koran dan waktunya sebagian besar dihabiskannya untuk melihat film-film jorok. Ia hidup dengan sangat berlebih-lebihan. Koran itu mengutip kata-kata cacian yang dialamatkan pada Wang dalam sualu rapat kritik, mencap Wang sebagai "papan nama berkilat-kilat dari Komplotan empat". Apakah cap-cap dan kutukan yang diberikan kepada orang muda tokoh radikal yang ganteng itu benar, entahlah. Yang jelas, belum berakhirnya kampanye pengutukan atas "kejahatan" kaum radikal membuktikan bahwa para pengikut radikalisme belum tersapu bersih seluruhnya. Apabila serangan terhadap yang sudah jenuh, masih ada sasaran lain yaitu Chang Chun-chiao dan Yao Wen-yuan. Sementara itu, sas-sus yang sekarang sedang beredar di Peking mengatakan bahwa Wang Hungwen yang sedang terkurung sudah mulai "bertaubat". Katanya ia pernah mengeluh: "Kalau aku mati, Marx pun pasti tak akan menerimaku di sisinya". Peng Chen Sementara itu seorang tokoh terkemuka yang terganyang Revolusi Kebudayaan, dikabarkan telah direhabilitir kembali. Sampai 1967, sebelum ia dipecat dan digantikan oleh tokoh radikal Chang Chun-chiao, orang itu, Ch'en Pihsien, memegang kedudukan sebagai walikota Shanghai. Siaran radio yang dipancarkan dari Kunming mengatakan bahwa Ch'en telah kembali ke arena politik. Ia sekarang memegang jabatan sekretaris propinsi Partai dan salah satu wakil ketua Komite Revolusioner propinsi Yunnan Kedudukan ini identik dengan pangkat wakil gubernur. Sebegitu jauh, pengangkatan kembali Ch'en merupakan rehabilitasi terpenting sejak "Komplotan Empat" diberangus. Dalam lima tahun terakhir ini banyak sekali tokoh-tokoh tua yang tersingkirkan selama Revolusi Kebudayaan telah dipulihkan kembali baik kedudukan maupun pangkatnya. Misalnya saja Marsekal Ho Lung dan Jenderal Yang Cheng-wu. Namun, sebegitu jauh Ch'en Pi-hsien tak berhasil membuat come back. Maklumlah Shanghai adalah bentengnya kaum radikal pengikut janda Mao. Muncul kembalinya Ch'en telan mengundang spekulasi akan kemungkinan baliknya Peng Chen, bekas walikota Peking dan pejabat partai tinggi pertama yang jadi korban Revolusi Kebudayaan. Desas-desus tersebar bahwa sejak tahun 1975, Peng Chen telah beberapa kali mengadakan perjalanan keliling Cina, dalarn rangka kembalinya ke arena politik. Kesibukan ini terputus dengan munculnya kembali gerakan anti-kanan di awal tahun silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus