TAK apa pun yang bisa membelokkan Corazon Aquino dari kunjungan ziarahnya. Lolosnya"Gringo" Honasan dan isu kudeta yang makin santer tak mencegahnya membatalkan perjalanan pertamanya ke Cina. Dan undangan pemerintah RRC agar Cory terlebih dulu mampir di Beijing pun ditolak. Kamis pekan lalu, dari Manila Cory bersama seorang saudara perempuannya dan dua anak gadisnya - Pinky dan Kris Aquino - langsung terbang ke Fujian, Cina sebelah selatan. Kali ini bagi Cory, 55 tahun, tak ada yang lebih penting daripada berziarah ke makam leluhur, di Desa Hongjian. Dalam darah anak pemilik perkebunan tebu terkaya di Filipina bagian utara ini memang mengalir darah Hongjian dari kakek buyutnya. Orangtuanya masih keturunan ketiga Kho Yuhuan, petani Hongjian yang mengembara ke Filipina abad ke-19. Tapi memang sulit bagi seorang presiden melakukan perjalanan pribadi. Lihat, begitu sampai di Hongjian, sekitar pukul 10 pagi, rombongan Cory disambut meriah oleh warga kampung. Semua orang keluar dari rumah, berkerumun di tepi jalan. Anak-anak kecil bernyanyi dan mengibarkan bendera Cina dan Filipina, di tengah bunyi trompet dan pukulan genderang. "Inilah saat yang paling berarti dalam hidupku," kata Cory dalam bahasa Cina dalam pidato sambutannya selama 5 menit. Kemudian Cory mengatakan bahwa banyak sekali orang Filipina berdarah Cina seperti dia. "Saya adalah kepala negara di Filipina. Tetapi saya boleh Anda sebut sebagai putri dusun sini," ujarnya sambil tersenyum. Lalu Cory menanam sebatang pohon cemara di halaman kantor Partai Komunis Cabang Hongjian, dan tak lupa sembahyang sambil menyalakan 3 batang hio di depan Kuil Xus, tempat nenek moyangnya disemayamkan. Presiden Filipina ini juga sempat bertemu dengan paman jauhnya bernama Kho Yuanxing, 73 tahun. Di desa ini masih sekitar 1.300 warga bermarga Kho, marga Cory. Sebelum mengakhiri kunjungannya di Hongjian, Cory berjanji akan membangun sebuah taman rekreasi di sana. Filipina, dibandingkan Indonesia atau Malaysia, memang punya sejarah berbeda sehubungan dengan warga keturunan Cina, hingga masalah rasialisme tak muncul di negeri Cory. Salah satu sebab pokoknya, soal agama, memang - keturunan Cina dan warga asli Filipina sebagian besar pemeluk Katolik. Ketika satu keluarga Cina hendak membaptis anaknya selalu dicari orangtua baptis dari dua etms: keturunan Cina dan asli Filipina. Otomatis, hubungan antara ayah baptis dan sang bayi begitu dekat, sehingga tak ada lagi garis rasialisme. Bukankah orangtua baptis harus selalu melindungi anak baptisnya, dan sebaliknya, bukankah anak baptis harus taat dan berbakti kepada orangtua baptisnya? Dengan latar belakang masyarakat seperti itu, tentu saja tak adakecemasan sama sekali bagi Cory untuk mengakui garis keturunannya ia tak bakal dicela karena keturunan Cina. Dari Hongjian barulah Cory ke Beijing. Ia disambut Presiden Yang Shangkun dan PM Li Peng - baru terpilih dan baru dikukuhkan dalam Kongres Rakyat yang selesai pekan lalu - dengan hangat. Ia juga bertemu dengan orang kuat Cina, Deng Xiaoping, yang kini menjabat Ketua PKC. Dalam pertemuan Sabtu pekan lalu itu, Cory memuji Deng, yang kini 83 tahun, sebagai, "salah seorang tokoh besar di abad ini." Lalu Deng menawarkan cerutu kesukaannya berlabel Panda kepada tamu negara wanita yang tak merokok itu. Yang penting, dalam pertemuannya dengan para pejabat Cina, agaknya Cory mendapat jaminan dari Li Peng bahwa Cina tak akan mendukung gerakan komunis yang telah merongrong pemerintah Filipina sejak 19 tahun lalu. "Para pemimpin Cina menjamin tak akan mencampun urusan dalam negeri kami," kata Cory. Didi Prambadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini