WAKTU Wisma Nusantara masih berwujud kerangka yang menjulang dan teronggok begltu lama, serta bundaran HI belum lagi bebas becak, ada dua orang insinyur asing keluar dari Hl dan pergi naik becak. Yang seorang insinyur Amerika dan yang lain insinyur Rusia. Tukang becaknya, tentu saja, orang Indonesia, asli Tegal. Dan "pertempuran" Amerika-Rusia memang terjadi di mana-mana. Insinyur Rusia memandang kerangka Wisma Nusantara dan menghitung jumlah lantainya. Ia mencoret-coret angin sebentar dan kemudian berkata "Hmm, kamerad Rusia bisa menyelesaikan gedung semacam ini dalam 30 bulan." Insinyur Amerika lalu mengangkat jempolnya dan dengan teknik pandu menaksir tinggi bangunan itu. Ia mengerutkan dahi sejenak, lalu berkata, "Saya yakin dengan efisiensi Amerika, kami bisa menyelesaikannya dalam 24 bulan 10 hari." Merasa kalah, insinyur Rusia lalu bertanya kepada abang becak. "Orang Indonesia pasti lama sekali membangun gedung ini, ya?" Abang becak kita yang asli Tegal itu hanya memandang sebentar ke arah yang ditunjuk, lalu menjawab dengan malas. "Nggak tahu, ya, Tuan. Kayaknya sih kemarin belum ada." Kedua insinyur asing itu langsung tergigit lidah. Tetapi kehebatan kita memang bukan hanya itu. Sudah diceritakan turun-temurun bahwa Candi Prambanan dengan seribu arcanya itu hanya dibangun dalam waktu semalam oleh seorang pemuda yang sedang kasmaran, namanya Bandung Bondowoso. Prestasi-prestasi itu memang membuat bangsa kita dikenal dengan last minute surprise-nya. Di tangan kita semuanya jadi beres. Hari ini belum ada, besok pagi tiba-tiba sudah beres. Kalau jalan-jalan di sebuah kota tiba-tiba menjadi licin dalam waktu singkat, Anda tinggal bertanya: Siapakah pejabat yang akan datang? Kata overnight menjadi penting bagi kita. Dalam perbankan ada suku bunga pinjaman overnight yang mengindlkaslkan seret tidaknya persediaan dana. Tidak heran pula kalau Pramudya Ananta Toer dalam salah satu bukunya merasa perlu memperkenalkan sebuah kata baru dalam bahasa kita: seharmal, yaitu singkatan dari sehari-semalam. Bangsa kita pun pernah dalam seharmal tiba-tiba jatuh miskin ketika Pemerintah menggunting uang seribu menjadi seperak. Beberapa saudara kita pun ada yang dalam seharmal tiba-tiba menjadi lebih kaya karena nilai sedolar naik 50%. Baru sekarang ini saja kita mendengar pengumuman kenaikan harga BBM yang tidak berlaku efektif dalam seharmal. Padahal, dulu kita selalu tersirap kalau melihat Menteri Subroto muncul di layar televisi. Dunia perbankan pun pernah diguncang oleh keputusan tentang deregulasi yang dalam seharmal telah mengubah peta bisnls perbankan. Tetapi I April tentulah tak berkesan kalau tidak mengandung kejutan. Dalam seharmal semua operasi penerbangan dari Kemayoran dan Halim dipindahkan ke Jakarta International Airport Cengkareng (JIAC). "Ini gengsi, dan gengsi itu mahal harganya," itulah komentar yang paling saya sukai, dikutip oleh sebuah surat kabar Ibu Kota. Dalam perhotelan ada istilah soft opening, yaitu membuka hotel setingkat demi setingkat untuk melatih karyawannya mengenali semua prosedur operasi. Para tamu hotel pun biasanya mendapat korting besar sebagai pernyataan maaf atas pelayanan yang mungkin belum lancar. Maklum, ini 'kan bisnis jasa. JIAC pun sebenarnya sudah melakukan uji coba dengan memberangkatkan beberapa penerbangan domestik dari sana, rata-rata 200 penumpang sehari. Tentu saja soalnya menjadi lain ketika dalam seharmal tiba-tiba 6.000 penumpang memakai fasilitas itu. (Changi Airport memerlukan waktu enam bulan untuk memindahkan operasi dari Payalebar). Tetapi yang harusnya lebih disadari adalah perbedaan natur pekerjaan antara JIAC dan Halim plus Kemayoran. Di Halim dan Kemayoran natur kerjanya adalah mekanisasi, sedang di JIAC naturnya adalah komunikasi modern. Karena itulah kebingungan massal yang terjadi pada pengoperasian JIAC hari-hari pertama pada dasarnya adalah karena kegagalan sistem komunikasi. Dan ini dapat lebih dijelaskan karena memang belum semua perangkat komunikasi telah selesai terpasang. Banyak istilah atau ungkapan manajemen untuk menjelaskan keadaan ini. Tetapi mungkin lebih baik kalau sekali ini kita pakai istilah penerbangan. Toh tiap penerbangan merupakan manajemen yang khas. Para penerbang secara cermat mengikuti setiap langkah dan prosedur dengan ketepatan per sepuluh detik. Check dan recheck dilakukan secara cepat. Keputusan pun diambil secara cepat. Di ujung landasan pacu, ketika semua prosedur pralepas landas sudah beres, para penerbang lalu memacu pesawatnya. Tetapi bila tlba-tiba saja ada yang tak beres, mlsalnya karena oil pressure tiba-tiba merosot, maka Pak Kapten akan segera berseru: "Abort!" (sama dengan pengertian abortus). Maka, lepas landas pun dibatalkan. Dan prosedur dimulai lagl dari awal. Lha, yang bilang abort itu harus Pak Kapten. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini