BANYAK kemajuan dicapai manajemen Metro Advertising Marketing Services memasuki tahun 1985 ini. Tahur lalu, perusahaan iklan di Jakarta itu, di tengah resesi, masih bisa menaikkan omset penjualan jasanya 10% dibandingkan sebelumnya. Pada kuartal terakhir tahun itu, perusahaan juga berhasil menghilangkan pengeluaran lembur. "Sekarang tak ada lagi kerja lembur karena jadwal kerja sudah mapan," ujar Henry Saputra, direktur pengelola Metro. Perbaikan dan kemajuan mulai terasa sesudah Metro dua kali memanfaatkan jasa pensiunan tenaga eksekutif dua perusahaan iklan terkemuka di AS melalui IESC (International Executive Service Corps). Lembaga swasta independen ini memang dikenal banyak memberikan bantuan dengan menyediakan tenaga eksekutif pensiunan (berjumlah sekitar 10 ribu dari pelbagai keahlian) tanpa memungut bayaran. Sejak masuk ke Indonesia, 1968, sudah sekitar 1.400 eksekutif pensiunan dimanfaatkan pelbagai perusahaan dan instansi pemerintah. Pemakai jasa itu biasanya hanya diwajibkan membiayal per)alanan dan penginapan sang eksekutif bersama istri di sini selama tiga bulan. Biayanya "paling banter" US$ 32 ribu. Kata Jack F. Boire, direktur operasi IESC di Jakarta, besarnya biaya itu bisa diperkecil jika perusahaan pemakai jasanya dianggap kurang mampu. Sisa kekurangannya akan disubsidi IESC yang, memang, mendapat sumbangan dari berbagal perusahaan besar. Sejauh ini, menurut Jack, IESC tak pernah menolak permintaan calon pemakai jasa hanya, "Karena alasan klien tak sanggup membayar." Kasus Metro, mungkin, bisa dijadikan contoh. Perusahaan itu hanya mengeluarkan US$ 7.000 untuk mendatangkan Forrest Owen, wakil presiden biro iklan terkemuka BBDO di New York, pada 1981. Dua minggu pertama Owen berusaha mengenali setiap staf dan karyawan di situ, sebelum mengalihkan pengetahuannya mengenai manajemen periklanan, sistem informasi, efektivitas, dan efisiensi - hingga akhirnya Metro tak perlu sampai kerja lembur. Tenaga kedua adalah Edward Swan, juga bekas eksekutif dengan pengalaman 20 tahun di biro iklan J. Walter Thompson. Karena di sini dia hanya tinggal dua setengah bulan, Metro cuma mengeluarkan US$ 5.500. Di situ dia banyak membantu tenaga Metro dalam mengembangkan kreativitas pada sebuah pesan iklan. Hasilnya juga sudah terasa. Singkat kata, menurut Henry, "Dibandingkan dengan ilmu yang diperoleh, tenaga mereka sangat murah untuk blsa dimanfaatkan." Banyak ilmu bisa ditimba dari para eksekutif yang rata-rata sudah puluhan tahun memimpin perusahaan raksasa, seperti Mobil Oil, perusahaan penerbangan Pan Am, dan Xerox itu. Ketika didirikan oleh sekelompok pengusaha terkemuka seperti David Rockefeller, pada 1964, cita-cita IESC adalah membantu perusahaan di negara berkembang secara tak terbatas. Hingga tahun lalu sudah 9.000 proyek di 77 negara diselesaikannya. Pemerintah AS dikabarkan memberikan bantuan US$ 6 juta untuk organisasi ini. KATA Jack Boire, untuk mendatangkan tenaga sukarela ini, pengusaha lazimnya diminta mengetahul leblh dulu problem usahanya dan apa yang diperlukan untuk memecahkannya. Sesudah konsultasi, dan dibuat spesifikasi problem, permohonan lalu dibuat. Sekitar tiga bulan kemudian, sesudah kantor pusat mencari, tenaga yang dimmta akhlrnya blsa siap. "Setiap proyek biasanya memakan tiga bulan, tapi bisa diperpanjang jika diperlukan," ujarnya. Karena mudahnya prosedur dan manfaatnya terasa besar, biro iklan Matari sampai delapan kali memanfaatkan tenaga IESC, sejak 1978. Selain membantu pengembangan manajemen, mereka juga memberikan jasa client service, riset, dan pengembangan kreativitas. Matari banyak memetik hasilnya. "Mereka kemari betul-betul untuk bekerja, disiplin mereka bisa ditiru," ujar Ken T. Sudarto, direktur utama Matari Inc. Sekembali nereka ke AS, Matari toh masih bisa memanfaatkan mereka untuk, misalnya, mengatur pertemuan dengan orang-orang bisnls setempat. Nah, kalau sudah begitu, mengapa Anda tidak mencoba?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini