Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bahasa Indonesia menerjemahkan marketplace menjadi lokapasar.
Makna marketplace menyempit menjadi hanya untuk pasar online.
Penyempitan makna terjadi karena kebutuhan untuk membedakan pasar fisik dengan digital.
ORANG berbelanja kini ke marketplace, tidak lagi ke pasar konvensional. Produsen besar ataupun kecil juga memajang produk mereka di sana. Pada pertengahan September 2024, Pemerintah Kota Yogyakarta bahkan menargetkan cendera mata di pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Beringharjo dan Pasar Klitikan, akan mendominasi toko online seperti Tokopedia pada akhir tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahasa Indonesia menerjemahkan marketplace dengan lokapasar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring mendefinisikan lokapasar sebagai “dunia atau tempat (biasanya mengacu kepada sistem daring) yang mempertemukan sekumpulan penjual dan pembeli dan menyediakan fasilitas transaksi”. Badan Bahasa mengumumkan penggunaan istilah ini pada 27 Februari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara morfologis marketplace dihasilkan dari penggabungan dua kata, yakni market (pasar) dan place (tempat). Mungkin, supaya tidak pasaran dan enak ditulis serangkai, penyusun KBBI mengganti kata tempat dengan loka, maka jadilah lokapasar.
Jika dicermati, dua kata pembentuk lokapasar sudah mengandung makna tempat. Menurut KBBI pula, loka berarti “dunia; tempat”, sementara pasar bermakna “tempat orang berjual beli; pekan”. Karena itu, lokapasar sebenarnya adalah pengulangan kata yang tidak perlu alias lewah. Kalau kita tetap ingin menerjemahkannya jadi kata majemuk, padanan yang lebih tepat adalah lokaniaga (tempat berniaga).
Kemubaziran pada lokapasar sama seperti pada tenggat waktu. Tenggat sudah mengandung unsur waktu, jadi keduanya tidak perlu digunakan secara bersamaan. Cukup tenggat atau batas waktu saja.
Karena pasar sendiri sudah mencakup makna tempat, loka hanya jadi tempelan dan tidak ada gunanya secara semantik dalam lokapasar. Namun loka tak bisa berdiri sendiri, meskipun tergolong kata benda. Ia membutuhkan kata lain yang bermakna kegiatan atau hasil perbuatan untuk melengkapinya. Pola seperti itu kita temukan pada istilah lokawisata (daerah wisata) dan lokakarya (sanggar kerja).
Meskipun demikian, penerjemahan marketplace dengan lokapasar tidak akurat. Saya cuplik satu kalimat dari buku Business Made Simple (2021) karya Donald Miller: “As you attempt to build your company or your career, know that you can beat just about anybody in the marketplace as long as you wake up every day and take action”. Di sini marketplace bermakna dunia usaha secara umum. Sebagai variasi, Miller kadang menggunakan istilah open market (pasar terbuka).
Makna lokapasar dalam KBBI menyempit dari penjelasan tentang marketplace dalam tiga kamus utama bahasa Inggris, yakni Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Merriam-Webster Dictionary, dan Collins English Dictionary. Ketiganya tidak memaknai marketplace sebagai khusus tempat niaga di Internet sebagaimana definisi KBBI.
Ini karena market-place atau marketplace sebenarnya sebutan umum untuk pasar dalam bahasa Inggris sejak dahulu kala. Misalnya, pada drama “The Two Gentlemen of Verona” dalam The Works of William Shakespeare, Volume 4 (1891), Shakespeare menulis: “Ay, sir; the other squirrel was stolen from me by the hangman boys in the market-place...”. Kata market-place di situ mengacu pada pasar tradisional.
Mengapa kita mempersempit makna marketplace menjadi pasar daring? Saya menduga ada kebutuhan untuk membedakan pasar fisik dengan pasar digital. Masalahnya, KBBI kemudian membuat makin rancu dengan memperkenalkan lokapasar khusus untuk pasar daring.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo