Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Bensin Murah Bukanlah Tulah

Vitol, raja minyak dari Swiss, menjual bensin yang lebih murah ketimbang milik Pertamina. Tak perlu alergis pada kompetisi.

12 November 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEHADIRAN bensin murah Vivo sekali lagi menunjukkan ada irasionalitas dalam penetapan harga bahan bakar minyak di negeri ini. Vivo bisa dijual dengan harga lebih murah daripada Premium dari Pertamina, padahal kualitasnya lebih bagus.

Selama ini, masyarakat telanjur percaya bahwa harga bensin yang ditetapkan pemerintah itu adalah harga yang berpihak pada rakyat. Pemerintah seolah-olah membantu rakyat dengan menetapkan harga bensin Premium.

Politik subsidi harga gaya rezim Orde Baru itu keliru. Munculnya bensin murah Vivo menjungkirbalikkan semua anggapan itu. Vivo, yang notabene lebih bagus ketimbang Premium- bensin itu beroktan (research octane number atau RON) 89- dijual dengan harga Rp 6.100 per liter. Harga itu jauh lebih murah ketimbang Premium, bensin keluaran PT Pertamina (Persero) yang beroktan lebih rendah (RON 88) dan dilego Rp 6.450 per liter.

Datangnya bensin Vivo ini jelas bukanlah tulah, melainkan berkah. Kompetisi dalam penyediaan bahan bakar ini layak disambut. Sudah terlalu lama masyarakat kita dirugikan lantaran pemerintah terlalu campur tangan soal harga Premium. Pertamina tak bisa menjual harga yang lebih murah karena Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memang menyebutkan harga Premium beroktan 88 tak bisa mengikuti pasar. Saat harga minyak dunia jatuh, konsumen Indonesia tetap membayar mahal harga Premium.

Bensin murah Vivo memanfaatkan "celah" itu. Vitol menjual bensin beroktan 89 yang tak diatur regulasi. Vitol Group, salah satu pedagang minyak terbesar di dunia, lewat PT Nusantara Energy Plant Indonesia, akhir Oktober lalu resmi mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar umum pertama Vivo. Lokasinya di Cilangkap, Jakarta Timur.

Vitol adalah perusahaan minyak asal Belanda yang kini berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Di bisnis retail, lewat bendera Vivo Energy, Vitol telah mencengkeramkan kukunya di 16 negara Afrika. Di Turki, Vitol juga telah mengakuisisi Petrol Ofisi, penggenggam 23 persen pangsa pasar bahan bakar minyak negeri itu. Di Indonesia, Vitol sempat kurang sedap karena dikaitkan dengan nama pendiri Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Di luar soal kepemilikan itu, masuknya bensin Vivo ini patut diapresiasi. Vivo menghidupkan kompetisi di pasar retail bahan bakar murah yang mati suri. Selama ini, tak ada pemain selain Pertamina. Perusahaan minyak dunia, seperti Shell, Total, ataupun Petronas, hanya berani bermain di bahan bakar minyak pada kelas yang lebih mahal, yakni yang beroktan 90 ke atas.

Pekerjaan rumah pemerintah selanjutnya adalah menjaga agar kompetisi berlangsung fair. Pemerintah mesti membebaskan Pertamina berkompetisi secara sehat dengan melepas kendali harga pada bensin beroktan 88. Tanpa kendali harga, Pertamina akan lebih leluasa melawan pemain dunia seperti Vitol.

Tanpa amendemen Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi, niat pemerintah memperbanyak perusahaan swasta yang terjun ke bisnis retail terbukti bak gayung tak bersambut. Ketika pertama kali keran penjualan bahan bakar minyak retail ini dibuka, saat undang-undang ini akan disahkan, ada tak kurang dari 200 perusahaan swasta yang mendaftar memasuki sektor distribusi. Namun kemudian jumlahnya surut. Kini kita hanya mendengar nama Shell dan Total.

Tak perlu alergis dengan nama asing di bisnis minyak. Sudah banyak buktinya, kompetisi yang fair membuat konsumen lebih untung. Harga bisa lebih kompetitif, pelayanan juga akan semakin baik. Kendali harga pada Premium harus segera dihapuskan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus