Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Mati Ketawa di Laut Tangerang

Mustahil pembangunan pagar bambu di laut Tangerang berlangsung tanpa sepengetahuan alat negara.  

14 Januari 2025 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/J. Prasongko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Nelayan sudah melaporkan pagar laut di pesisir Tangerang kepada pemerintah daerah pada Mei 2023.

  • Setelah riuh di jagat maya, Kementerian Kelautan dan Perikanan baru mengakui jika pagar bambu itu tak berizin.

  • Tropical Coastland boleh dibilang perluasan PIK 2.

DALANG pematok pagar laut di Tangerang, Banten, layak dinobatkan sebagai misteri terbesar awal tahun ini. Tak ada yang mengetahui siapa orang di balik pemasangan patok-patok bambu sepanjang 30 kilometer meskipun petunjuknya terang benderang.

Para pejabat, dari tingkat menteri hingga perangkat desa, menggelengkan kepala. Padahal nelayan sudah melaporkannya kepada pemerintah daerah sejak Mei 2023 saat patok bambu baru sepanjang 400 meter. Setelah panjangnya berkilo-kilo meter pada September tahun lalu, penjabat bupati melaporkan kepada pemerintah provinsi, namun tak ditindaklanjuti.

Pengakuan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bahwa ia tak tahu siapa pemasang pagar bambu tersebut tak masuk akal. Bagaimana mungkin menteri dan anak buahnya tak mengetahui apa yang terjadi di laut Tangerang, yang lokasinya hanya sekitar 40 kilometer dari kantor pusat mereka di Jakarta? Kementerian ini juga punya organisasi dan alat yang lengkap untuk mengetahui apa yang terjadi di pelupuk mata.

Di negara ini agaknya setiap kejadian harus viral terlebih dahulu agar aparat bertindak. Setelah riuh di jagat maya, Kementerian Kelautan mengakui jika pagar bambu itu tak berizin. Trenggono kemudian menyegelnya tapi tak langsung membongkarnya. Alasannya, dia masih menunggu pemilik aslinya untuk membongkar sendiri sembari menyiapkan denda administrasi.

Jika mau, aparat sebenarnya bisa bertindak sejak lama. Nelayan di pesisir utara Tangerang saja berkali-kali memergoki pemasangan pagar bambu tersebut. Rute melautnya terganggu, para nelayan mengadukannya kepada aparat. Tapi, ya itu, laporan mereka tak digubris.

Sekali lagi, jika aparat mau, mereka bisa menelusuri juga pengakuan penduduk yang terlibat dalam pematokan. Ada penduduk yang mengaku dibayar Rp 100 ribu per hari untuk memasang patok, tapi tak tahu siapa yang mengordernya. Bagi aparat aparat yang profesional dan belum tercemar, informasi ini bisa menuntun pada dalang pagar laut tersebut.

Kelucuan tak habis di situ. Saat publik mulai mengaitkan pemagaran dengan proyek Pantai Indah Kapuk Tropical Coastland yang digarap oleh Agung Sedayu Group, pengembang Pantai Indah Kapuk 2, muncul klaim dari sejumlah orang yang mengaku sebagai nelayan di sana. Mereka mengaku sebagai pemasang pagar laut tadi. Alasannya, untuk menahan abrasi sekaligus pemecah ombak.

Klaim ini jelas mengada-ada. Jika ingin menahan abrasi dan memecah ombak, mereka harusnya menanam mangrove. Memasang pagar bambu sepanjang lebih dari 30 kilometer membutuhkan dana besar. Biaya material dan jasa pemasangan sedikitnya bisa menghabiskan Rp 5 miliar. Masyarakat mana yang mau swadaya mengeluarkan uang untuk membangun pagar, yang ujung-ujungnya malah mempersulit mereka sendiri untuk melaut?

Pejabat dan aparat tampaknya pura-pura tidak tahu bahwa petunjuk untuk mengungkap siapa dalang pagar laut terhampar di darat. Di pesisir utara Tangerang yang menghadap pagar laut sedang dibangun PIK Tropical Coastland, Proyek Strategis Nasional yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo pada Maret 2024. PIK Tropical Coastland bersebelahan dengan PIK 2 di pantai timur Tangerang, yang juga digarap oleh Agung Sedayu Group. Karena itu, Tropical Coastland boleh dibilang merupakan perluasan dari PIK 2.

Di laut dipagari, di darat pun nelayan dipaksa dengan berbagai cara supaya melepaskan lahan dengan harga murah. Sungguh bebal jika ada pejabat atau aparat yang belum melakukan apa-apa, langsung menafikan kedua hal tersebut tak berhubungan.

Dengan segunung petunjuk yang seterang cahaya tersebut, amat lucu jika pemerintah dan penegak hukum tak bisa mengungkap siapa sebenarnya dalang pematok pagar bambu di laut Tangerang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus