Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Desa KNPI: Suara Para Peserta

Tanggapan para peserta Desa Pemuda Indonesia (DPI) kecamatan Kualuh Hulu Kab. Labuhan Batu, Sumatera Utara. (kom)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMI menyampaikan sebuah berita yang isinya tanggapan para peserta Desa Pemuda Indonesia (DPI) Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara -- agar bapak-bapak yang berkompeten dalam pembangunan dapat mengetahui keadaan DPI yang sebenarnya. Dan kalau dapat, datanglah untuk melihat kenyataannya. Tanggapan ini berupa pernyataan dari para warga DPI yang berasal dari masing-masing propinsi: Mukhsin Saleh (DKI Jaya): Kami sangat sesalkan pemberitaan Sdr. SP. Hutabarat (Asisten Lapangan P3 RSU Damuli), mengenai "tidak selektipnya peserta Desa Pemuda Indonesia KNPI utusan langsung dari propinsi. Mungkin Saudara tidak mempelajari syarat-syarat menjadi peserta DPI --antara lain: (1) bersedia menjadi penghuni tetap, (2) putera daerah asal, bukan pendatang. (3) sudah berkeluarga, (4) sehat jasmani-rohani, (5) tidak tersangkut G.30.S/PKI, (6) berkemauan keras, (7) umur 25 - 30 tahun, (8) pendidikan lulus SD sampai SLTA. Pemuda yang bagaimana yang saudara anggap selektif itu? Apa yang harus mengeluarkan uang imbalan jasa? RS. Surbakti (Sumatera Utara): Benar soal pangan di DPI 90% krisis. Terhitung Juni 1978 sudah kehabisan beras, bahkan bibit padi pun kami jadikan beras. Ini bukan kesalahan kami semata-mata. Bulan Januari 1978, kami beberapa peserta DPI, datang bertanya kepada Sdr. SP Hutabarat selaku pembimbing: bagaimana kalau kita menanam padi dengan cara balik damen. Dijawab: kalau ditanam bulan Januari (1978), dapat menghasilkan 6 (enam) kaleng setiap rantai, karena waktu padi itu akan bunting akan kurang hujan. Maka kami yang hadir waktu itu bersepakat menanam padi pada musim palawija karena di samping menghasilkan dapat menekan pertumbuhan lalang. Tanaman padi kami baik sekali pertumbuhannya hujan pun cukup. Yang tidak sanggup kami berantas adalah kepinding tanah dan walang sangit yang sama-sama ngamuk. Jadi jelasnya bukan tidak cukup, melainkan karena banyaknya musuh padi. Kami gagal menyediakan bahan pangan bukan karena royal. Saya sangat tidak setuju ucapan Sdr. SP Hutabarat tentang "tidak selektifnya peserta DPI. Peminat Sumatera Utara sangat banyak, tapi dua kotamadya dan 7 kabupaten tidak bisa memasukkan caIonnya karena utusan 2 (dua) orang tiap propinsi sudah menjadi ketetapan. Sebelumnya sudah diberangkatkan pula ke Jakarta untuk mengikuti pendidikan dan latihan oleh Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga bersama KNPI. Apakah peserta DPI dari daerah masing-masing yang kurang selektif, ataukah Sdr. SP Hutabarat yang kurang selektif menjadi pembimbing? Weekly Franch Is. Wally (Irian Jaya): Gagalnya Desa Bhineka Tunggal Ika/Desa Pancasila di Damuli Kabupaten Labuhan Batu, karena pengganti-pengganti peserta diambil bukan dari daerah asal-melainkan dari sekitar Damuli. Undang Solihin (Jawa Barat): Kalau memang peserta pengganti yang dapat diandalkan, lebih baik peserta dari propinsi yang asli dikembalikan saja ke daerah masing-masing. Kami didatangkan ke DPI, lalu DPI dihuni saja oleh masyarakat Labuhan Batu. Thamrin (Sulawesi Selatan): Penyaluran kredit Rp 2.000/bulan setiap KK, adalah bohong. Kredit 78/79 baru kami terima Rp 4.000. Sedang menurut Sdr. Hasri Lubis (Staf P3RSU Pusat), kredit 78/79 sudah harus dibayar sejak Apr 7. Menurut Sdr. Lubis, bantuan beras 30 kg dan Rpl.OOO per KK bukan bantuan DPP KNPI, melainkan bantuan P3RSU yang merupakan kebijaksanaan project manager. Sedang menurut Sdr. Hargianto DPP KNPI, bantuan itu dari DPP untuk mengatasi krisis pangan di DPI. Yang ingin kami ketahui: dari mana? Effendy Yani (Kalimantan Barat): Tanaman karet yang hidup rata-rata 50%. Pemupukannya pun tidak tepat waktunya Di daerah kami sudah cukup kami diseleksi mengenai bertani. Untuk mengerjakan tanah seluas 2 Ha, kami yakin tidak mampu walaupun anak petani kalau hanya dengan tenaga 1 (satu) KK saja. Dengan demikian pemberitaan Sdr. SP Hutabarat pada Harian Angkatan Bersenjata adalah bohong. Amwaranas (Sumatera Barat): Peserta yang terlambat pengolahan tanahnya, duanjikan oleh BaE)ak Manager Unit P3RSU Damuli, akan dibantu bibit palawija. Kenyataannya sampai saat ini tak kunjung tiba alias nol besar. Bibit padi yang diberikan untuk musim tanam 78/79 mengalami kerusakan, sehingga banyak yang tidak tumbuh. Tipis harapan kami untuk optimis di DPI ini. Soso Mentara (Sulawesi Tengah): Konsep rencana kerja P3RSU untuk kegiatan DPI, tidak ada yang tepat waktunya. Contoh: pengolahan tanah untuk penanaman padi 78/79, yang seharusnya dilaksanakan awal Mei s/d pertengahan Juli, ternyata baru dimulai pertengahan Juni s/d September. Areal tanaman karet, dikatakan setiap peserta memperoleh 1000 batang. Kenyataannya tidak merata, ada yang 700 batang, 750 dan seterusnya. Achmad Umar (Sumatera Selatan): Karena kehabisan bantuan bibit dari Unit P3RSU, areal saya hanya dapat ditanami 1 (satu) Ha saja. Sedang menurut janjijanji Bapak Manager Unit P3RSU Damuli, peserta yang tidak kebagian bibit akan diberi bibit palawija. Tunggu punya tunggu akhirnya areal yang satu Ha tidak ditanami apa-apa, kecuali rumput dan lalang. Engelberth Ngenget (Sulawesi Utara) Awal mula kami menanam karet. P3RSU mengatakan, jika ada tanaman karet yang mati akan segera disisip dengan bibit yang sama (okulasi) tetapi tiba saat penyisipan hanya toom tinggi yang hidup di semak belukar. Apakah ini salah satu kemajuan DPI yang disebut Desa Percontohan? Kami yakin tidak mungkin dapat melunasi kredit dengan hasil getah stoom. Sumardi Sy. (Yogyakarta): Kesehatan kami di DPI, sangat mengerikan. Benar ada satu unit balai pengobatan, tapi tidak berfungsi sama sekali. Sejak mula kami masuk, dikatakan Balai Kesehatan sudah siap dengan segala obat-obatan Ternyata sampai saat ini balai tersebut semacam balai hantu, karena sudah dikerumuni lalang dan kayukayu anggrung. Apakah balai pengobatan tersebut pantas kami rawat? Penghuni banyak yang sakit, mengakibatkan kami kocar-kacir mencari keselamatan di luar DPI. Lurah kami sendiri pernah sakit sampai hampir menghembuskan nafas terakhir. Kami laporkan ke P3RSU untuk memohon bantuan. Kami dibentak-bentak. Janganlah kami dianggap tidak berguna. Baharuddin Aly (Aceh): Hasil panen peserta yang pulang dan yang belum datang, kalau tidak dijual Asisten Lapangan P3RSU SP Hutabarat, disimpan untuk persiapan tahun mendatang -- lumayan tak usah cari sana-sini. Ini juga salah-satu sebab terjadinya krisis DPI. Menurut ir. Jiman, Manager Unit Damuli, macetnya KUD DPI disebabkan kurang mampu mengorganisasi diri dalam bentuk kegiatan KUD secara sehat. Kalau memang kami tak mampu, kenapa beliau tidak mendidik, karena beliau juga salah satu pelindung KUD DPI (penasehat)? Yusuf Harun (D.I. Aceh): Kami sebagai Ketua Seksi Olah Raga DPI KNPI, ingin menanyakan biaya fasilitas olahraga sebesar Rp 250.000. Untuk keperluan Olahraga telah kami ambil Rp 125.000 dari P3RSU Unit Damuli. Setelah kami minta lagi untuk dipergunakan, ternyata Unit Manager P3RSU (Sdr. Leman Ginting) mengatakan bahwa kami "terlalu maju". Setelah berselang beberapa bulan, ada berita uang tersebut akan dipergunakan untuk penghijauan lapangan. Ternyata hingga saat ini lapangan kami telah menjadi hutan. Bagaimana kami dapat melunasi kredit Bank Dunia dengan hasil dari 700-800 batang karet yang belum tentu hidup semua itu? Boyari (Riau): Krisis pangan di DPI disebabkan beberapa faktor. Sebagian hasil padi gogo yang kami peroleh kami gunakan untuk hal-hal sebagai berikut: (a) pengolahan tanah termasuk perawatan karet (b) membeli bibit palawija (c) penanaman dan perawatannya (d) pengolahan dan penanaman padi sawah (e) pembayaran pengobatan keluarga yang sakit. Setelah tiba saatnya, panen palawija atau padi sawah ternyata tidak mencapai target alias gagal, disebabkan oleh hama dan binatang seperti kera dan babi hutan Jadi adanya berita seolah kami ingin cepat "hidup senang" dan "lalai", benar-benar kami tidak mengerti. Vicky Supit (Sulawesi Utara): Manja dan cengengkah kami, seandainya kami hanya mengharapkan dapat merasakan ikan asin seminggu sekali? Yang bagaimanakah yang dikatakan petani pionir yang ulet? Orang bekerja dengan perut kosongkah yang disebut petani yang punya jiwa kepeloporan? Yudian Rasid (Bengkulu): Sebenarnya yang tidak selektif adal3h oknum P3RSU yang diterjunkan langsung ke lapangan untuk menangani Desa Pemuda Indonesia. Baikkah moral dan budi pekerti mereka? Kanapa Asisten Lapangan/Staf P3RSU yang menangani DPI tidak pernah memberi bimbingan di bidang teknik pertanian/lapangan? Semaun (NTB): Areal saya boleh dikatakan setiap tahun mengalami banjir, sehingga sebagian tanaman karet mati, apalagi yang lain. Seandainya seterusnya seperti itu, apakah bisa cemerlang hidup saya di masa mendatang? Penutup: Kepada bapak-bapak yang berwewenang kami mohon perhatiannya. Kami akan pulang satu per satu, jika pertanian ini masih dikerjakan dengan cara mencangkul seperti nenek kami dahulu. MUKHSIN SALEH WEEKLY FRANCH S. WALLY Lurah & Sekretaris Desa Pemuda Indonesia KNPI, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus