Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEBUAH buku bisa juga sebuah kekacauan. ”Kau gabungkan catatan perjalanan, celoteh moralistis, perasaan, catatan, coretan, diskusi tanpa teori, dongeng yang tak mirip dongeng, kau salin beberapa lagu rakyat, kau tambahkan omong kosong yang seakan-akan legenda, padahal itu karanganmu sendiri, dan kau sebut semua itu sebuah fiksi”—itulah sederet kata yang dikutip dari Gunung Sukma (atau, dalam bahasa Inggris, Soul Mountain) karya Gao Xingjian: sebuah centang-perenang setebal 560 halaman, yang untuk mudahnya disebut ”novel”. Gao pasti berbicara dengan sedikit cemooh tentang keseniannya sendiri.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo