Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Awas, Darah HIV

15 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG namanya sumbangan, jelas berarti bagi si penerima. Tapi lain halnya kalau sumbangan itu mengandung penyakit. Inilah yang ditakutkan para penerima darah ketika Kamis pekan lalu tersiar kabar bahwa Kepala Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Advent, Bandung, Jan M. Kainama, menemukan 9 kantong darah pasokan dari PMI Cabang Bandung tercemar virus HIV(human immunodeficiency virus). Virus yang menakutkan itu terkenal sebagai penyebab penyakit AIDS, yang bisa menurunkan kekebalan tubuh dan hingga kini belum ada obat penyembuhnya.

Kebutuhan darah rumah sakit swasta itu memang dipasok dari PMI Cabang Bandung, dan menurut Jan selama ini mereka tidak pernah meragukan darah kiriman yang sudah menjalani tes di PMI itu. Bahwa belakangan RS Advent juga mengadakan pemeriksaan ulang darah tersebut, itu adalah demi keamanan pasien. Dengan tes Pesona, yang ongkos pemeriksaannya sebesar Rp 180 ribu dibebankan pada pasien, cairan merah itu diteliti kembali. Tak dinyana, dari 300 labu darah yang dites, 9 di antaranya tercemar virus HIV. Kontan saja darah-darah yang terinfeksi itu dikembalikan ke PMI.

Berita ini dibantah Kepala Unit Transfusi Darah PMI Cabang Bandung, Erlina Kartadibrata. Ia yakin sekali bahwa darah-darah pasokannya sudah steril. "Kami telah mengetes darah-darah itu dengan menggunakan tes Elisa. Hasilnya negatif," ujarnya. Dari 5.000 kantong darah yang mereka pasok tiap bulannya, 200-300 di antaranya memang diambil oleh RS Advent. Dan Dokter Erlina mengakui, dari sekian ratus kantong yang diambil RS Advent pada 8 Oktober itu, 3 labu dikembalikan sehari sesudahnya. Alasannya, tercemar virus HIV. Namun, ketika PMI melakukan sendiri tes ulang sampai 3 kali, hasilnya tetap negatif.

Pengetesan itu dilakukan dengan metode tes Elisa, satu-satunya metode yang menurut Erlina dipakai di Indonesia untuk pengetesan virus HIV. "Memang, tes ini belum bisa menunjukkan jenis virus yang terkandung dalam darah tersebut, tapi hanya memberikan tanda bahwa ada virus dalam darah tersebut," tuturnya. Tes yang dilakukan di RS Advent pun menurut Erlina menggunakan metode yang sama.

Lalu, soal tes Pesona? "Pesona itu hanya nama yang dikarangnya sendiri untuk program yang dia buat. Tapi, metoda pemeriksaannya sama seperti yang dilakukan di PMI, dan metode ini merupakan standar nasional," kata Erlina, yang menyayangkan pernyataan pers RS Advent yang dianggap terlalu gegabah sehingga meresahkan masyarakat. Pesona, Elisa, atau apa pun namanya, kalau menunjukkan hasil yang berbeda, jelas perlu diklarifikasi.

Ambon

Terbukti sudah, keadaan darurat sipil yang sudah diberlakukan di Maluku sejak awal Juli lalu tak bisa menghentikan pertikaian. Sepanjang pekan lalu, kekerasan menyebabkan aparat keamanan dan warga sipil tewas. Senin pekan lalu di Pulau Saparua, Maluku Tengah, seorang anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Sersan Dua Asrofi, terbunuh di Desa Sirisori Amalatu. Wakil komandan regu itu ditembak orang tak dikenal dengan senjata rakitan saat menghalau aksi penyerangan.

Esoknya, sekelompok orang bersenjata menyerang Desa Suli, Maluku Tengah, dan menyebabkan 21 orang tewas, termasuk seorang anggota Brimob. Hari Kamis, 3 tentara dari anggota Kodam Sriwijaya tertembak saat menghalau massa bersenjata yang sedang menyerang warga Galala, Ambon. Korban sampai akhir pekan lalu masih dirawat dalam keadaan kritis di Rumah Sakit Pangkalan TNI-AL, Hallong.

Menurut Pangdam Patimura, Brigadir Jenderal I Made Yasa, kemesraan antara aparat dan warga mulai luntur lagi. "Itu bisa dibuktikan dengan reaksi masyarakat yang sering menolak aparat keamanan," katanya. Menurut dia, selain matinya Asrofi, ada tiga tentara lain dari kesatuan 403 yang diculik dan hilang sampai saat ini.

Batam

Sungguh sial nasib nelayan di Selat Malaka. Padatnya lalu-lintas kapal di lokasi berkarang itu menyebabkan beberapa kali terjadi tabrakan yang menyebabkan tumpahnya minyak. Dua pekan lalu, kapal pengangkut minyak MV Natuna Sea juga menumpahkan 40 ton minyak mentah setelah menabrak karang di Suar Batuberhenti, Kepulauan Riau, dan hingga kini nelayan setempat tak lagi bisa menangkap ikan karena laut belum juga diber-sihkan.

Menurut Wali Kota Batam, Nazief Soesila Dharma, ada 1.536 nelayan yang minta ganti rugi akibat pencemaran itu, terutama menyangkut tambak dan keramba ikan yang rusak dan ikan yang mati. Entah mengapa, tabrakan yang menyebabkan matinya jaring kehidupan nelayan itu tak segera diatasi.

Direktur Tanker Pacific Management (Singapura), Samuel H. Norton, pemilik kapal itu, mengatakan akan bertanggung jawab atas para nelayan yang telah menderita sakit akibat tumpahan minyak itu. "Kami akan mengganti kerugian akibat pencemaran itu. Namun, kami perlu mengecek pulau mana saja yang terkena tumpahan itu," katanya. Sulit dimengerti, mengapa perusahaan tanker itu memerlukan waktu lebih dari dua minggu untuk melakukan pengecekan, padahal dalam pertemuan antara pemerintah Kodya Batam dan TNI-AL, Kamis pekan lalu, sudah diketahui bahwa enam dari 8 kecamatan di Pulau Batam tercemar berat.

Lampung Selatan

Di saat cuaca Indonesia sedang miskin hujan, mengagetkan mendengar tewasnya enam warga Dusun Sidodadi, Lampung Selatan, akibat banjir, awal pekan lalu. Banjir itu memang dadakan karena hanya dengan hujan deras selama satu jam, aliran air itu berhasil menyeret puluhan rumah dan merendam dua dusun. Si bandang itu juga menerjang jembatan, merendam sawah yang siap dipanen, kebun kopi, kolam ikan, dan menghanyutkan puluhan binatang piaraan.

Sesungguhnya banjir dari Sungai Uluway ini pernah terjadi pada 1981, dan menewaskan 16 orang. Warga segera minta ditransmigrasikan. "Tapi, hingga banjir kedua, pemerintah masih diam," ujar Karta, seorang warga, dengan kesal.

Pemda, kata Gubernur Lampung Oemarsono, tak akan memindahkan warga, dengan alasan tanah di kawasan itu subur. Lo, apa akan ditunggu korban berikutnya? Warga saja yang salah menentukan lokasi pembangunan rumahnya. "Karena itu, sebaiknya mereka pindah ke lokasi yang lebih aman. Sebab, transmigrasi lokal hanya menimbulkan inefisiensi," ujar Oemarsono.

Surabaya

Gara-gara sampah, warga Keputih, Surabaya, harus "berperang". Sejak Rabu pekan lalu, suasana di areal tempat pembuangan sampah Kelurahan Keputih mirip medan perang. Dengan bersenjatakan bambu runcing, tongkat, pentungan besi, dan batu, warga berjaga-jaga sambil menutup jalan masuk ke kawasan itu dengan portal.

Yang diajak "perang" adalah iringan truk pembawa sampah yang dikawal Satuan Polisi Penertiban Pemda Surabaya, Keamanan Rakyat, dan sejumlah preman. Mereka memaksa menerobos jalan yang ditutup itu. Kedatangan para preman itu tak membuat jagoan Keputih ciut. Mereka malah menyerbu. Akibatnya, dua mobil patroli hancur, petugas kocar-kacir, bahkan seorang petugas yang tak gesit dipukuli. Tak puas, warga membakar kantor pemeriksaan sampah. Polisi kini sedang menginterogasi seorang warga yang dianggap menggerakkan aksi tersebut.

Perlawanan ini merupakan puncak kekesalan masyarakat Keputih kepada pemda karena sejak 1978, lahan 40 hektare di Keputih itu dijadikan tempat pembuangan sampah Kota Surabaya. Warga lalu menuntut pengelolaan yang baik, penyediaan air bersih, dan Puskesmas. Namun, karena pengelolaan yang tak becus, bau busuk dan penyakit saluran pernapasan dan mata menjadi santapan warga sehari-hari. Permohonan warga tak pernah didengarkan. Sejak tiga pekan lalu, masyarakat melawan dengan menutup jalan menuju areal itu. Persoalan Keputih ini segera jadi masalah warga Surabaya karena timbunan sampah ini menyebar ke seluruh kota.

Wali Kota Surabaya, Sunarto Sumoprawiro, mengancam akan mengerahkan polisi, Satpol PP, dan Kamra untuk membuka paksa portal di TPA. Pensiunan kolonel itu juga mengancam akan memblokir warga Keputih. "Kami akan sikat. Wargaku bukan Kelurahan Keputih saja," ujar Cak Narto. Ia mengklaim didukung warga 163 kelurahan lain di Surabaya, dan akan menyerbu warga Keputih.

Ditekan seperti itu, masyarakat Keputih malah makin berani. "Kami tetap menuntut TPA Sukolilo ditutup total. Kalau preman-preman dikerahkan, kami akan pilih melawan. Itu jihad," ujar Fathoni, Koordinator Forum Masyarakat Keputih Korban Sampah Sukolilo (Formakosas).

Kutai

Sudah sawahnya dicemari, digebuki pula. Begitu nasib warga Marangkayu, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Bermula dari sawah dan tambaknya yang dicemari PT Unocal (TEMPO, 28 Agustus), warga menuntut ganti rugi Rp 2 miliar. Tapi perusahaan itu cedera janji. Sebanyak 120 warga lalu memblokir jalan masuk ke perusahaan tambang minyak asal Amerika Serikat itu. Akibatnya, mereka tak bisa berhubungan dengan pihak luar. Kebutuhan makanan pun diangkut melalui udara.

Dua pekan setelah pemblokiran, Ahad pagi pekan lalu, warga yang sedang duduk-duduk di tenda tiba-tiba diserang polisi dan Brimob, menyebabkan 22 orang luka-luka tertembus peluru karet. Polisi juga menangkap dua warga yang membawa senjata tajam. Menurut Kepala Satuan Serse Polresta Bontang, Senior Inspektur R. Simarmarta, pembubaran aksi itu karena warga dinilai telah membahayakan kepentingan umum. "Mereka menyiapkan senjata-senjata buatan di dekat kanal, termasuk panah, batu, bom molotov, dan senjata tajam lainnya. Kalau didiamkan, ini kan membahayakan," ujarnya.

Alasan itu dibantah warga. "Kami hanya memasang tenda di luar pagar Unocal. Tidak benar warga menyiapkan bom molotov segala," kata Buherah. Selasa pekan lalu, DPRD Kal-Tim meminta Kepala Polisi Daerah Brigadir Jenderal Bachrumsyah untuk bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan anak buahnya dan mencopot komandan polisi yang bertindak brutal terhadap warga. Jawaban bekas Kapolda Aceh itu? "Apa yang dilakukan anak buah kami masih dalam prosedur. Apakah aksi blokade itu akan dibiarkan sampai berbulan-bulan?"

Sekretaris Fraksi Golkar, Herlan Agussalim, menyesalkan sikap polisi yang arogan itu. Ia juga menyesalkan sikap PT Unocal yang ingkar janji. "Dalam pertemuan lalu, perusahaan itu bersedia memberikan ganti rugi kepada warga yang sawahnya tercemar," katanya. Menurut Kepala Humas PT Unocal, Samsulistyo, pihaknya tak keberatan mengganti, "Asal bisa dibuktikan perusahaan kami mencemari lahan warga." Sebaliknya, warga punya bukti hasil penelitian Sucofindo Samarinda, yang menemukan berbagai senyawa minyak melebihi ambang batas normal di sawah mereka.

Ahmad Taufik dan laporan dari daerah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus