Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Hal menuturkan kata

Tampaknya kurang percaya saling bertukar kata, bertukar pengalaman. kita banyak kehilangan kata yang mampu menunjukkan langsung pada kenyataan. menuturkan kata harusnya seimbang dengan menuturkan pengalaman

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONON kabarnya manusia dibedakan dari makhluk lainnya dari penggunaan kata. Bunyi-bunyi yang keluar dari kerongkongan yang didorong oleh arus hawa dari arah rongga dada dan yang diatur oleh letak dan gerak lidah serta bentuk mulut, telah melahirkan suatu perkakas yang ajaib bagi manusia untuk saling berhubungan. Setelah berkembang selama berabad-abad maka bunyi-bunyi tersebut telah menjadi sedemikian kompleksnya. Menampung isyarat, tanda dan makna, demikian pula nama-nama yang kombinasinya sudah bertambah berlipat-ganda. Belum lagi pengalaman keanehan, rasa heran, penemuan cita-cita dan kehendak, keinginan tahu serta keisengan yang selama ini telah dikembang-biakkan oleh yang namanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata-kata mengisi pasar dengan kegiatan tawar-menawar. Mampir ke dapur menjadi omongan dapur. Mengalir tak henti-hentinya dalam ruang-ruang seminar, dan berbuih-buih dalam lorong lobby. Terpateri di lempeng-lempeng timah, bersatu dengan tinta dan kertas untuk kemudian berceceran di harian dan majalah, menjadi senjata yang penuh kuasa, kata orang. Kata-kata yang langka khusus dikarang untuk mengisi marmar pada pusara dan monumen yang penting-penting. Dan tersimpan dalam pustaka untuk menambah isi kepala. Lalu bagai gelembung-gelembung udara ia naik ke angkasa dan turun dalam bursa ide, entah di kaki lima atau di kampus-kampus tempat orang cerdik cendekia, kemudian dihisap oleh benak kepala menimbulkan bermacam-macam keadaan. Kelucuan, kecemasan, kecurigaan, ketakutan, kebencian, harapan, keletihan dan lain-lain. Dengan kata-kata yang telah biasa di antara kita, bisa dikatakan bahwa: 'kata telah menjadi bahan studi yang menarik bagi tingkah polah manusia dalam masyarakat', atau 'kata menunjukkan orangnya, apakah ia ekstrim kanan, ekstrim kiri atau dan lain-lain'. KUDA TANPA KEKANG Kelelahan spirituil memang gampang melibatkan kita ke dalam lingkungan bahasa yang tak jelas artinya. Kata-kata mendlambur tanpa kekang, seperti kuda lari tanpa kekang, akibatnya semua orang lari menepi ke trotoir, jalanan jadi sepi tapi sarat dengan kecemasan. Rasanya seperti banyak kata hilang dari perbendaharaan kita. Nampaknya kita kurang percaya untuk saling bertukar kata, bertukar pengalaman. Keinginan untuk memperkaya diri berkembang tak seimbang dengan keinginan untuk memperkaya pengalaman. Kata-kata berseliweran tanpa berpijak kepada pengalaman, sehingga banyak pengalaman tak bisa diungkapkan untuk dimiliki bersama. Seolah-olah untuk berkata-kata orang harus menahan diri agar tidak mengucapkan apa yang sebenarnya dialami. Hilangnya sesuatu kata, menunjukkan pula hilangnya salah satu dimensi dari pergaulan kita. Mungkin itu yang bernama kepercayaan. Kata-kata yang kita ucapkan cenderung meningkari diri sendiri. Kita banyak kehilangan kata yang mampu menunjuk langsung pada kenyataan. Kata-kata lebih banyak berfungsi untuk membumbui dan memoles kenyataan. Obat-obat pelezat seperti Ajinomoto, Sasa dan Miwon saban hari memukul gendang telinga kita. Bak masakan ia membuat perut kita mual, bak cerita ia membuat kita bosan dengan adegan yang itu-itu juga. Dalam keadaan seperti ini maka kata hati harus dikeluarkan dengan amat berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan sesama. Sebab dianggap bahwa perasaan sesama lebih penting dibanding dengan kenyataan bersama. Kata mengungkung kenyataan dalam batas-batas kepentingan tertentu. Jarang yang mengerti sungguh-sungguh apa yang sedang terjadi. Hanya kalangan tertentu yang benar-benar mengerti apa yang terjadi. Dengan demikian maka kata bukan lagi menjadi milik bersama. Sebab tidak ada kata-kata yang dianggap layak untuk menilai apakah sesuatu kata yang diucapkan memang memadai dan sesuai dengan tindakan yang dilakukan. INVALID Dari sini makin bertumbuh suatu keahlian untuk merumuskan kata-kata yang hanya dapat difahami oleh kalangan tertentu. Dan muncullah bahasa-bahasa lokal- yang berkembang sendiri sendiri tanpa mengacuhkan satu terhadap yang lain. Gosip, rerasan dan bisik-bisik makin lama makin berkembang sebagai jalan keluar untuk menampung sisa kata yang ada. Dataran pengalaman yang luas tak dianggap sebagai tempat yang sah bagi percaturan kata. Kata-kata terkucil bagai orang invalid yang harus tinggal di pusat rehabilitasi. Selagi kata-kata hanya berkembang dalam urutan perintah dan laporan, maka kita akan dipenuhi dengan ungkapan-ungkapan mengenai keberhasilan dan sukses. Dan kurang mampu bicara soal harga dari kesuksesan tersebut. Jalur perintah dan pelaksanaan perintah menyebabkan berkata hanya menjadi suatu aktifitas reduplikasi belaka. Dalam hubungan ini, sudah dialami bahwa untuk memberi dukungan pun harus dengan susah payah mencari tempat yang setepat-tepatnya, agar jangan sekedar menjadi tindakan-tindakan yang sebenarnya tak diperlukan lagi. Hal menuturkan kata mestinya seimbang dengan hal menuturkan kekayaan pengalaman yang ada. Mempersempit horison pengalaman dengan kata-kata - bagaimana pun efeknya - akan merupakan suatu kerja yang meletihkan. Keletihan rohani seperti ini akan menyebabkan kita semakin kering dan semakin mengada-ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus