Semakin lama dunia ini, semakin beraneka ragam persoalan yang muncul, dan semakin berat tantangan yang dihadapi. Tentu saja, kita harus berani menghadapi keruwetan-keruwetan itu, terutama yang dihadapi umat Islam pada masa kini dan akan datang. Dan kita memang harus siap. Dalam tulisan "Soal Ibadah Haji dalam Perang Teluk" (TEMPO, 16 Februari 1991, Agama) pemerintah mengatakan bahwa Indonesia akan menangguhkan jemaah hajinya ke Tanah Suci bila Perang Teluk II belum reda. Tentu, kebijaksanaan itu harus ditinjau kembali. Alasannya, sebelum meletus Perang Teluk II, toh sudah pernah ada Perang Teluk I, yang tak kalah bahayanya dibandingkan Perang Teluk II. Ada lagi yang lebih berbahaya dari itu. Yakni terciptanya konflik yang abadi di Timur Tengah yang diciptakan imperialisme modern dan zionis internasional yang mencaplok Palestina, dataran Golan, Jalur Gaza, dan lain-lain. Namun, ibadah haji tetap jalan. Memang, Nabi Muhammad pernah menangguhkan pelaksanaan ibadah haji, karena adanya ancaman dari kaum Quraisy. Dan waktu itu ancaman itu sendiri berada dalam wilayah tempat peribadatan. Jadi, jelas masuk akal kalau Nabi sempat menangguhkan ibadah haji. Tapi sekarang keadaannya berbeda, penangguhan itu hanya disebabkan oleh hanya faktor kecurigaan dan kekhawatiran. Apalagi pihak tuan rumah sudah siap menerima dan menjamin keamanan mereka yang pergi haji. Mau apa lagi? WAHYU GUNAWAN Jalan Gusti Hamzah 6 A Pontianak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini