Melengkapi keterangan Saudara Agus Sunyoto dari Pesantren Nurul Haq, Surabaya (TEMPO, 29 Mei 1993, Komentar), kami berdua ingin menambahkan beberapa informasi: 1. Nabi Muhammad saw. baru mendirikan mesjid setelah hijrah ke Medinah. Jadi, istilah ''mesjid'' dalam ayat-ayat Quran yang diwahyukan di Mekah (Al-A'raf 29 dan 31 Al-Isra' 1 dan 7 Al- Kahfi 21 Al-Jin 18) bukan berarti bangunan yang kini kita kenal, melainkan harus diartikan secara harfiah, yaitu ''tempat sujud'' atau ''baitullah.'' Yang dimaksudkan Mesjid al-Haram pada Surat Al-Isra adalah baitullah berbentuk kubus (Ka'bah) di Mekah, sedangkan Mesjid al-Aqsa adalah baitullah di Yerusalem yang disebut Bait al-Maqdis (Arab) atau Bet ha-Maqdesh (Ibrani). 2. Bait al-Maqdis didirikan Nabi Sulaiman a.s. (bertakhta 970-930 SM), sebagai pelaksanaan cita-cita ayah beliau, Nabi Daud a.s. (bertakhta 1010-970 SM). Lihat kitab Dibre hayyamim/Tawarikh I 22 : 6-10. Rumah Allah ini dirobohkan Nebukadnezzar pada tahun 586 SM, ketika raja Babilonia itu menaklukkan Yerusalem. Yang tersisa hanyalah tiang-tiang dan sebuah dinding yang kini disebut haet ha-mabka (Dinding Ratapan). Pada masa Nabi Muhammad saw., Bait al-Maqdis tinggal pelatarannya saja. Baru pada masa khalifah Abdul-Malik ibn Marwan (685-705 M/65-86 H) dari Bani Umayyah, di tempat itu didirikan mesjid yang sudah tentu dinamai Mesjid al-Aqsa, dan merupakan tanah suci (Al-Haram) ketiga bagi umat Islam sesudah Mekah dan Medinah. 3. Peristiwa Isra-Mikraj merupakan penegasan dari Allah bahwa ajaran-ajaran Nabi Muhammad s.a.w., seperti salat dan haji, merupakan kelanjutan dari syariat para nabi Bani Israil. Nabi Daud a.s. salat tiga waktu sehari, yaitu petang, pagi, dan tengah hari (Tehillim/Zabur 55:17). Nabi Sulaiman a.s. menegaskan bahwa di mana pun umatnya berada hendaklah salat menghadap Bait al-Maqdis. Dalam Quran juga disebutkan tiga waktu salat (Al-Isra'78), tapi pelaksanaannya dijabarkan oleh Nabi Muhammad saw. menjadi lima waktu. Jika melakukan perjalanan (musafir), Nabi selalu salat tiga waktu sehari, dengan menggabungkan lohor-asar serta magrib-isya. 4. Ibadah mengunjungi baitullah (bet elohim) disebut hajj dalam Quran serta hagg dalam Taurat/Torah (huruf Arab ha dan jim identik dengan huruf Ibrani heth dan gimel). Sama seperti di Mekah, di Palestina pun terdapat tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. yang disebut Maqam Ibrahim (Quran S. Ali Imran 97) atau Magom Abrahem (Bereshith/Genesis 19 : 27). Kata labbaik yang diucapkan jemaah haji (untuk menjawab panggilan Allah) adalah ucapan Nabi Ibrahim a.s. (Bereshith 22:1) dan Nabi Musa a.s. (We'elleh shemoth/Exodus 3:4). Menurut Sirah Ibnu Hisyam (Jilid I hlm. 24), dahulu Bani Israil pun ikut serta dengan saudara- saudara mereka, Bani Ismail, menunaikan ibadah haji ke Mekah, sebagai sesama keturunan Ibrahim. Dalam Tehillim/Zabur 84:5-6 tersurat kerinduan kepada baitullah: ''Sungguh diberkati mereka yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berteguh hati menunaikan haji. Dan ketika tiba di Lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air.'' Lembah Baka tiada lain adalah Mekah! (Quran S. Ali Imran 96). Dalam bahasa Arab dan Ibrani, kata baka berarti ''berderai air mata'' atau arti yang lain ''pohon balsam''. Kedua arti ini sangat cocok untuk Mekah. Suasana ibadah haji yang penuh haru dan syahdu menyebabkan air mata tidak terbendung, dan di Mekah memang banyak pohon balsam (genus Commiphora) penghasil gom yang dalam berbagai farmakope disebut Meccan balsam. DRS. H. IRFAN ANSHORY DRA. H. NIA KURNIA SHOLIHAT Jalan Khatulistiwa 10 Kopo Elok Bandung 40227
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini