Pernahkah Anda membayangkan seseorang yang bersenjata seadanya harus berhadapan dengan bandit-bandit yang bersenjata lengkap, sementara di seberang jalan sana saudara-saudaranya hanya menyaksikan pertarungan tak imbang itu tanpa berusaha membantunya? Tentu Anda merasa simpati kepada orang tak berdaya tersebut sekaligus jengkel kepada saudara-saudaranya yang hanya berpangku tangan cari aman saja. Keadaan seperti itulah yang kini terjadi di Bosnia- Herzegovina, yang sudah setahun lebih muslim Bosnia harus berjuang sendiri bukan hanya melawan kebiadaban Serbia dan Kroasia, tetapi juga kemunafikan Barat dan PBB. Sementara itu saudara mereka sendiri, muslim sedunia, yang mestinya menjadi tumpuan harapan akhir bagi perjuangan mereka, ternyata hanya bisa mengecam dan mengutuk tanpa melakukan tindakan yang lebih dari itu. Bahkan, saat AS, Rusia, dan Masyarakat Eropa mengambil langkah penyelesaian baru yang dianggap ''lebih realistis'', dunia Islam tetap bungkam. Padahal, langkah AS dkk. ini sangat merugikan pihak muslim Bosnia karena kemungkinan besar mereka hanya mendapatkan wilayah ''seadanya'' setelah sebagian besar wilayah mereka direbut dengan cara kekerasan oleh Serbia dan Kroasia. Ini berarti langsung atau tidak langsung dunia menyetujui tragedi pembersihan etnis yang berlangsung di Bosnia. Sungguh tragis. Selama ini kita menuding dan menyalahkan AS karena tidak melakukan tindakan yang memadai di Bosnia. Tapi cobalah tanya pada diri sendiri: Kita sendiri sudah melakukan apa selama ini? Tudingan dan teriakan itu justru memperlihatkan betapa besar ketergantungan kita kepada Barat dalam menyelesaikan masalah- masalah yang menimpa dunia Islam sendiri. Setahu saya, setiap manusia memiliki nurani. Nurani inilah yang akan memunculkan rasa kasih, iba, dan keadilan di hati setiap manusia saat dibutuhkan. Maka, sungguh sulit dimengerti bagaimana ada orang dapat melakukan kekejian luar biasa seperti yang dilakukan oleh orang Serbia. Sepertinya mereka memang diciptakan untuk tidak memiliki nurani. Sama dengan ketidakmengertian saya terhadap dunia Islam: sementara ribuan saudara kita terbantai hebat, kok kita cuma diam saja. Begitu sibukkah kita sehingga tidak punya waktu untuk mengurusi masalah kemanusiaan yang sangat urgen ini? Apa risiko dan kesulitan yang akan kita hadapi bila pemerintah Indonesia sedikit saja lebih aktif menggalang dukungan kongkret dari negara-negara OKI dan GNB dalam menghadapi aksi pembersihan etnis ini? Jawablah, Saudaraku. Hari Aria Soma Jalan Angkow 19, Trikora Halim Perdana Kusuma Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini