Kami tertarik membaca rubrik Kesehatan, TEMPO, 29 Mei 1993, yang mengulas perubahan golongan darah B menjadi O. Penemuan tersebut pernah ditulis dalam majalah Coffee & Cocoa International tahun 1982. Di situ disebutkan penelitian dari Lindsey Kinball Institute, New York, yang menemukan bahwa Alpha galactosidase, suatu enzim yang disarikan dari kopi, dapat mengubah golongan darah B menjadi golongan O. Seorang penulis mengulas artikel tersebut dalam harian Sinar Harapan (sekarang Suara Pembaruan), 24 Mei 1982. Yang membedakan sel darah merah golongan B dari golongan O adalah adanya kelebihan satu molekul D-galactose dalam sel darah merah golongan darah B. Enzim galactosidase dimanfaatkan oleh peneliti tersebut untuk melepaskan satu molekul D-galactose yang berlebih tadi sehingga susunan molekulnya sama dengan sel darah merah golongan O. Bila diteliti lebih lanjut, komponen molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem A, B, dan O ada empat macam, yaitu D-galactose, N-Acetyl galactosamine, N-Acetyl glucosamine, dan L-fucose. Yang kelebihan N-Acetyl galactosamine akan menjadi golongan A, dan kelebihan D-galactose menjadi golongan B. Tidak berkembangnya atau lambatnya perkembangan penelitian hal itu dalam 1011 tahun terakhir ini mungkin sekali dipengaruhi oleh hal berikut. 1. Pertimbangan antara manfaat dan risiko. Risiko itu antara lain kontaminasi bakteri dan virus, stabilitas sel darah golongan O yang dihasilkan selama penyimpanan. 2. Pertimbangan manfaat dan biaya. Belum dikemukakan berapa biayanya dan tentunya dilakukan secara terpisah, kantong demi kantong. 3. Pertimbangan urgensi mengubah golongan darah B atau A menjadi golongan O. Bagaimana dengan unsur penentu ''antigen'' sel darah merah lain, sedangkan masih ada belasan antigen lainnya. Secara relatif, yang lebih banyak manfaatnya mungkin mengubah sel darah merah golongan AB menjadi golongan O. Karena, hampir semua bank darah di dunia sering menghadapi dilema dengan donor golongan AB ini, sebab jarang orang mempunyai darah golongan ini. Bila suatu bank darah (di Indonesia adalah Pelayanan Usaha Transfusi Darah) mendapatkan 10 atau lebih pemilik darah golongan AB (yang hanya akan dapat diberikan kepada pasien golongan AB pula), sering dalam tiga minggu hanya ada 1-2 orang pasien berdarah AB, bahkan kadang-kadang tidak ada permintaan darah AB ini. Jadi, risikonya, golongan darah AB ini banyak terbuang, padahal golongan darah AB ini sulit diperoleh. DR. H. MASRI RUSTAM Kepala PUTD Pusat PMI Jalan Kramat Raya 101 Telp. 3909591-3909818 (langsung) Jakarta Pusat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini