Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Ketika Sapi Memakan Salbutamol

Sapi yang tercemar obat berbahaya ini seharusnya ditarik dari pasar. Pemeriksaan makin diperketat.

29 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEAMANAN pangan ternyata masih menjadi persoalan serius di negara ini. Setelah heboh beras plastik belum lama berselang, kini kita dihadapkan pada fakta baru: banyak perusahaan penggemukan sapi (feedloter) nasional terbukti menggunakan salbutamol sebagai campuran pakan ternaknya.

Keterlaluan, memang. Salbutamol merupakan obat asma, masuk kelompok beta2-agonist. Golongan obat ini manjur untuk melebarkan saluran pernapasan dalam waktu singkat. Bagi hewan, salbutamol bisa mengurangi lemak dan merangsang pertumbuhan otot secara cepat. Bayangkan, dalam sebulan, bobot sapi bisa bertambah hingga 15 persen.

Lain sapi, lain manusia. Bagi kita, konsumsi salbutamol secara serampangan berbuntut gawat, bisa mengakibatkan kram otot, gangguan penglihatan, detak jantung tak teratur, komplikasi pada kehamilan, bahkan dapat berujung kematian.

Dugaan bahwa para feedloter nasional menggunakan salbutamol sudah lama muncul. Pada November 2011, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian telah mengeluarkan edaran yang intinya melarang penggunaan beta2-agonist pada hewan. Jenis obat yang dilarang antara lain salbutamol dan clenbuterol.

Masalahnya, aturan tersebut tak sungguh-sungguh ditegakkan. Instansi yang berwenang cuek bebek. Baru empat tahun kemudian, Maret lalu, Kementerian Kesehatan melakukan uji atas sampel pakan ternak yang digunakan perusahaan penggemukan.

Ajaib, Badan Pengawas Obat dan Makanan menyatakan tak pernah menemukan daging sapi yang tercemar salbutamol di pasaran. Padahal tes yang dilakukan Kementerian Pertanian atas sampel hati dan daging yang diambil secara acak mengkonfirmasi adanya residu obat berbahaya itu. Temuan tersebut telah dilaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan, tapi tak ditanggapi. Selain tak cekatan, lembaga pemerintah yang berwenang melakukan pengawasan itu bahkan seolah-olah tak peduli.

Pantas saja kita terus-menerus didera kasus buruknya kualitas dan keamanan pangan. Pemerintah seharusnya cepat bereaksi. Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan perlu segera menarik daging sapi yang tercemar obat berbahaya ini dari pasar. Pemeriksaan ketat kudu dilakukan terhadap daging sapi dari feedlot bermasalah sebelum masuk pasar.

Pengawasan itu sangat urgen lantaran kebutuhan konsumsi daging sapi di negeri ini masih tinggi. Kuartal pertama dan kedua ini saja, total sapi impor yang masuk feedlot sekitar 350 ribu ekor, setara dengan 12 persen kebutuhan nasional tahun ini. Sebagian kini menunggu masuk rumah jagal untuk memenuhi kebutuhan daging di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi hingga Lebaran nanti.

Pemerintah seharusnya menyempurnakan sistem pengawasan makanan dan bahan pangan. Pengusaha peternakan harus sadar bahwa beta2-agonist terlarang bagi hewan. Karena itu, siapa pun yang melanggar harus dikenai sanksi dan penalti. Kementerian Kesehatan perlu mengawasi peredaran obat-obatan berbahaya ini agar tak disalahgunakan. Ketiga instansi itu juga harus proaktif mengendus dugaan penyelewengan asupan sapi.

Langkah tercela ini bisa menggerus kepercayaan dunia terhadap kualitas pangan kita. Mari belajar ke Negeri Cina. Sejak ditemukan melamin dalam susu formula di sana pada 2008, banyak negara menutup pintu. Akibatnya, industri susu negeri itu merugi miliaran dolar. Kita tentu tak ingin pengalaman buruk itu terjadi di negeri ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus