SULIT dibayangkan, kondektur kereta api sebagai pemakai me- sin canggih seperti komputer. Namun, sekitar 500 pegawai lapangan perusahaan kereta api Southern Pacific Transportation Co., di AS, ternyata akan segera mela- kukannya. Bahkan bukan sembarang komputer. Mereka akan mendapatkan mesin pintar yang dibuat dengan teknologi paling canggih saat ini. Komputer, sementara ini, umumnya memang baru menjadi perangkat kantor. Tapi hal ini tampaknya akan segera berubah. Pasalnya, sudah mulai dipasarkan komputer bagi petugas lapangan seperti para kondektur kereta api tadi. Artinya, komputer itu berukuran kecil, ringan, dan sangat mudah digunakan. Kalau hanya soal ukuran dan bobot yang minim, sebenarnya sekarang pun sudah banyak di pasarkan komputer jenis laptop. Hanya saja, komputer yang biasa dibawa oleh para eksekutif ini masih berbau kantor. Artinya, pemakaiannya masih sepert mesin ketik dan fungsinya pun untuk menyelesaikan pekerjaan kantor, seperti surat-menyurat atau perhitungan bisnis. Adapun kebutuhan di lapangan umumnya sederhana saja. Biasanya menyangkut membuat order pengecekan barang atas pengecekan rutin inventaris di gudang. Secara manual umumnya dilakukan dengan mengisi sejumlah angka atau memberi kode tertentu pada formulir yang sudah dibuat sebelumnya. Kendati terlihat sederhana, informasi dari lapangan ini berharga mahal. Kecepatan dan ketepatan penyampaiannya dapat berarti milyaran rupiah bagi perusahaan besar. Tak heran jika banyak pemimpin konglomerat di AS mulai melirik kemung- kinan penggunaan mesin pintar dalam bidang ini. Hanya saja, komputer yang ada sekarang tak cocok bagi keperluan ini. Maklum, petugas lapangan yang biasa mengisi formulir dengan pensil tentu tak begitu saja dapat dilatih menggunakan komputer. Walhasil, para pakar komputer pun merancang komputer yang menggunakan pensil elektronik sebagai pengganti papan ketik (keyboard)-nya. Upaya ini tampaknya mulai memperlihatkan hasil. Pakar komputer Mark Breitfeller dari perusahaan roti Best Food Ba- king Group di AS adalah orang yang mulai menyadari hal ini. Ia membawa komputer berpensil elektronik buatan Grid Pad ke ruang istirahat para sopir pengantar roti dan meninggalkannya di atas meja, lalu pergi ke luar. Beberapa jam kemudian ia kembali ke ruang itu dan menjumpai para sopir sedang menggunakan komputer tersebut kendati belum pernah mendapat latihan. "Ketika itu saya langsung sadar bahwa komputer ini cocok untuk kami," tutur Breitfeller kepada wartawan majalah Business Week. Pada perkiraan Breitfeller, penggunaan komputer oleh sekitar 1.500 sopir truk perusahaannya ini akan menghemat hampir tiga milyar rupiah setiap tahun. Pasalnya, penyampaian informasi lapangan secara lebih cepat dan akurat akan menurunkan kesalahan penagihan, meningkatkan arus dana, dan menurunkan jumlah roti yang basi. Itulah sebabnya Best Food tak sungkan merogoh kocek untuk membeli ribuan komputer berbobot dua seperempat kilogram ini. Demikian pula perusahaan kereta api Southern Pacific beranggapan, investasinya dalam membeli komputer ini akan kembali paling lama dalam tiga tahun. Padahal, harga sebuah mesin pintar Grid Pad buatan AS ini tidaklah murah: lebih dari empat juta rupiah sebuah. Mahalnya harga ini bisa dimaklumi. Komputer yang mulai dipasarkan September lalu ini baru mempunyai order 5.000 buah. Selain itu, teknologi yang digunakan juga mutakhir. Yakni memanfaatkan terobosan baru di bidang layar komputer, microchip, dan program yang piawai. Penggunaan pensil elektronik, misalnya, hanya dimungkinkan karena ditemukannya pelapis layar komputer yang mampu mengalirkan listrik. Bila pensil elektronik ditempelkan ke layar, tegangan ini akan disalurkan, dan dengan mengukur besar tegangan, microchip dapat menentukan secara pasti letak pensil elektronik tersebut di layar. Bila pensil elektronik digerakkan untuk menulis, otak komputer -- alias si microchip -- akan menerjemahkan goresan tadi dalam kode digital. Ini mengakibatkan komputer dapat mengenal tulisan yang digoreskan tadi dengan ketepatan 95%. Hanya saja, saat ini komputer baru dapat mengenal goresan yang dibuat dengan huruf cetak. Sedangkan untuk mengenal huruf miring, kira-kira masih diperlukan waktu 10 tahun lagi. Tapi untuk keperluan Best Food ataupun Southern Pacific, teknologi sekarang sudah memadai. Pasalnya, para kondektur ataupun sopir truk hanya perlu mengisi angka sederhana atau kode pada formulir yang ditampilkan layar komputer. Hasil pengisian ini lalu dikirimkan melalui telepon -- tentu yang dilengkapi perangkat modem -- ke komputer kantor pusat. Dan komputer kantor pusat yang canggih itulah yang akan mengolah data tadi sesuai dengan kebutuhan. Hasil pengolahan data ini yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaannya. Belum jelas benar kapan komputer jenis ini akan masuk ke Indonesia. Yang pasti, Grid Pad bukanlah satu-satunya perusahaan yang memproduksi komputer berpensil elektronik ini. Selain beberapa perusahaan AS lainnya seperti Momenta dan Superscript, perusahaan Jepang seperti Sony. Toshiba, dan Canon juga berminat. Masuknya perusahaan Jepang ke dalam teknologi ini tak bisa diremehkan. Pasalnya, pasar di negeri berhuruf kanji ini tentu sangat besar bagi teknologi pensil elektronik. Lagi pula, kepiawaian Jepang untuk meminiaturkan ukuran dan harga produk elektronik memang legendaris. Karena itu, jangan heran jika komputer elektronik yang laku di Indonesia nanti mungkin bertuliskan Made in Japan. Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini