SEORANG pemuda yang dikenal sebagai pemakai dan pengedar narkotik, Yudi Saleh, meninggal secara misterius di Rumah Sakit Immanuel, Bandung. Putra kolonel polisi itu tewas pada Kamis, 17 Mei sore, konon, karena overdosis. "Sejak anak tanggung dia sudah make narkotik," kata seorang rekannya. Sejauh ini, polisi tampaknya menemui jalan buntu. Sebab, kunci kasus ini, yaitu kawan akrab korban, Roy, hingga pekan ini menghilang. "Pokoknya, kalau Roy tertangkap, persoalan ini akan lebih jelas," ujar sumber TEMPO di bagian narkotik Polwiltabes Bandung. Kematian bujangan berumur 27 tahun itu memang bertepatan dengan saat sedang digalakkannya penggerebekan sarang nar- kotik di kota tersebut. Pada Kamis malam 12 Mei itu, misalnya, polisi menggasak pusat peredaran ganja di Jalan Jurang. Dua pengedarnya, Wawan (23 tahun) dan Harry (24 tahun), ditangkap berikut barang bukti 375 amplop ganja. Seminggu kemudian, atau setelah kematian Yudi, dua pengedar lainnya yang mangkal di Buah Batu Dalam, yang biasa mensuplai brown sugar -- narkotik berwarna cokelat yang disuntikkan -- juga ditangkap. Toh penangkapan itu belum menguak tabir kematian Yudi. Dua hari sebelum tewas, Yudi konon mampir ke rumah Roy, di Jalan Ciateul. Waktu itu mukanya tampak bengap, pelipisnya diplester. Kepada Roy, almarhum mengatakan baru saja berantem dengan polisi. Tanpa menjelaskan masalahnya, Yudi mengaku melawan. "Biar sampai mati, gua lawan," katanya. Karena itu, tambahnya, ia sempat mendekam di sel polisi empat jam. Pada 17 Mei siang, Yudi muncul lagi di rumah Roy. Keadaannya ketika itu, kabarnya, malah lebih parah. Tubuhnya lemah. Dari mulutnya tercium bau minuman keras, penuh busa. Selain bertato. lengannya penuh luka bekas suntikan. Roy, yang tahu rekannya itu overdosis, konon mencoba memberikan pertolongan pertama dengan memberi minuman air garam. Tapi keadaan Yudi semakin gawat, tubuhnya mengejang. Pukul 16.00, bapak empat anak itu terpaksa membawa Yudi ke Rumah Sakit Immanuel dengan taksi. Kepada petugas jaga, Roy mengaku bernama Dedi. Tapi hanya beberapa menit ditangani dokter, Yudi sekarat. Entah kenapa, beberapa saat sebelum Yudi mengembuskan napas, pukul 16.30, Roy kabur. Petugas rumah sakit tentu saja kebingungan. Untunglah, polisi mengenal korban dar membawa almarhum ke Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk divisum. Malam itu juga, pukul 22.00, keluarga korban dikabari. "Ya, memang sudah nasib, kematiannya begitu," kata ayah korban, Kolonel Pol. Moch. Saleh, yang kini sedang menunggu SK pensiunnya. Menurut Saleh, Yudi -- anak keempat dari sembilan bersaudara -- sudah lama menjauhi narkotik dan sibuk mengurusi kursus komputer bersama temannya di Jakarta. Tapi mengapa Yudi mati? "Ah, itu kan urusan polisi. Saya sudah menyerahkan persoalan ini sepenuhnya kepada pihak kepolisian," kata Moch. Saleh, yang pernah menjabat asisten intel Polda Nusa Tenggara di Bali. Ketika ayahnya bertugas di Bali itulah Yudi disebut-sebut terlibat kasus "Denpasar Connection", yaitu percobaan pembunuhan terhadap Boyke -- konon, seorang pengedar narkotik di situ (TEMPO, 12, 19 & 26 April 1986). Boyke ketika itu bentrok dengan Yudi dan kakaknya, Letda. Iriawan, Wakil Kapolsek Sanur, Bali. Suatu ketika Yudi dan Iriawan mengundang Boyke ke rumahnya. Ternyata, di tengah perjalanan leher Boy dipelintir. Dalam keadaan sekarat, Boy di turunkan dari mobil di tempat sepi dan didor -- ternyata hanya mengenai kaki sebelum dibuang ke jurang. Boy, yang dikira sudah tewas, ternyata masih hidup. Ia lalu lapor ke Polres Bangli. Celakanya, Kapolres Bangli, Letnan Kolonel Mucharam, ternyata berkomplot dengan Iriawan dan Yudi. Mucharam, ketika itu, malah menjemput Boy dan membawa- nya ke seorang dukun untuk dilenyapkan. Tapi dukun itu menolak. Karena itulah kasusnya terbongkar. Di Mahkamah Militer Denpasar, Mucharam dihukum 6 tahun penjara serta dipecat dari dinas. Sedang Iriawan dihukum 5 tahun dan dipecat. Dan Yudi, kabarnya, diganjar 2 tahun penjara. Apa sebenarnya motif percobaan pembunuhan itu tak terungkap tuntas di persidangan. Boy sendiri tak mau bicara banyak di persidangan. Adakah kematian Yudi masih berhubungan dengan kasus Bali itu? Polisi masih menyidiknya. "Kami masih menyidiknya, juga soal berantem dengan polisi. Tapi penyebab kematian masih belum kami ketahui," kata Kapolwiltabes Bandung, Kolonel Drs. Atok Soenarto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini