Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Terpapar ‘un-’

Kata unboxing yang berseliweran di kanal YouTube (tapi nihil dalam kamus), misalnya, paling logis untuk mengatakan membuka kemasan berbentuk kotak/peti (kayu, karton, plastik). Nyatanya, meski cuma guyon, membuka nasi jamblang terbungkus daun jati pun dinarasikan unboxing.

26 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kata Inggris berawalan un- seperti undo, unfriend, dan unfollow tak hanya beredar di Indonesia, tapi juga di semua penjuru dunia.

  • Perangkat komputer dan aneka platform media sosial disebut sebagai penyebar dan pengembang kosakata tersebut.

  • Pemanfaatan kata berawalan un- kadang terkesan eksesif dan latah.

Kasijanto Sastrodinomo*

BOSAN lantaran menunggu hujan tak kunjung reda di sebuah kedai kopi, seorang perempuan belia berujar kepada pacarnya (mungkin), “Cuacanya unfriend, nih.” Tentu tak sulit menebak maksud kalimat pendek bernada mengeluh itu: cuaca sedang “tidak bersahabat” atau “tidak ramah” seperti biasa terdengar. Dalam perbincangan meteorologis, ungkapan itu berbunyi “cuaca buruk”—merupakan istilah populer perkiraan (atau prakiraan) cuaca untuk mengenali suasana hawa yang ditandai dengan angin kencang atau badai, hujan deras disertai petir, dan gelombang laut yang menggelegak tinggi.

Tapi perempuan di kedai kopi itu jelas tak sedang meramal cuaca. Ia, sepertinya, telah “terpapar” salah satu kata Inggris berawalan un- bentukan baru (belum tercatat dalam kamus cetak konvensional) yang menjalar bagai wabah penyakit menular belakangan ini. Mungkin pula ia penggemar Greyson Chance, penyanyi pop yang punya lagu “Unfriend You” (2011). Lirik lagu itu antara lain berbunyi: so it’s over yeah we’re through/ so Imma [I’m going to] unfriend you/ you’re the best liar ever knew/ so Imma unfriend you. Jadi lagu itu melukiskan cuaca hati yang sedang keruh karena si dia ternyata pendusta parah sehingga tali asmara pun, apa boleh buat, harus diretas.

Paparan kata Inggris berawalan un- bentukan baru itu tak hanya berembus di sini, tapi merayapi penjuru lain bumi ini. Cukup alasan untuk mendakwa perangkat komputer dan aneka platform media sosial sebagai penyebar dan pengembang kosakata tersebut. Ingat kata sejenis, undo (sudah dientri dalam kamus tercetak), yang terpasang sebagai fasilitas teknis pada komputer. Artinya, peredaran kata-kata (terutama bentukan baru) itu terjadi lewat rekayasa instalasi atau aplikasi teknologi canggih, alih-alih proses natural layaknya dalam human communication—mengutip frasa ilmuwan komunikasi Stephen Littlejohn (1996).

Verba unfriend menjalar luas lewat Facebook pada sekitar 2003. Sebelumnya, kata itu tak terdaftar dalam jejar kamus umum bahasa Inggris tercetak (sebatas koleksi pribadi). Yang tercatat ialah adjektiva unfriended, unfriendly, dan unfriendliness, antara lain dalam kamus Grolier (1971); Echols/Shadily (1976); Oxford (1987); Longman (2010); Collins (2011); dan Cambridge (2013). Kamus yang disebut terakhir memuat unfriend, tapi dirujuk silang ke lema defriend. Barulah dalam Merriam-Webster (daring), unfriend dientri dengan takrif “to remove (someone) from a list of designated friends on a person’s social networking website” alias mencabut seseorang dari daftar pertemanan di jaringan media sosial.

Kata kerja sejenis lain, unfollow, tersiar lewat Instagram pada 2005, juga via tombol Twitter, dan baru dicatat dalam kamus tercetak belakangan. Seperti halnya unfriend, verba unfollow mendeklarasikan pengakhiran suatu relasi. Kamus Cambridge, yang merekam kata itu, jelas-jelas menautkannya dengan pemutusan cuitan di media sosial: “to stop following someone on Twitter” atau “stop reading the messages that they have published”. Sementara itu, Merriam-Webster memperjelas maksud unfollow dengan contoh kalimat yang dikutip dari Emma Barnet, seorang warganet, “I had to recently defriend on Facebook and unfollow on Twitter several men and women for this very reason.”

Bagi sebagian penutur bahasa di sini, khususnya pemakai berat media digital, “tombol-tombol un-” tadi, begitu dipencèt, bisa melantarkan keterusterangan (“tidak berteman” atau “tidak ikutan lagi”) yang, bila diucapkan langsung, mungkin menimbulkan rasa sungkan. Namun tak jarang pula aksi meng-unfriend atau meng-unfollow mengungkit reaksi bagi yang merasa terkena alamat. Meski kadang hanya untuk “bersenang-senang”, unfriend bisa jadi kenyataan yang berdampak psikologis serius. Survei kecil Christopher Sibona di Universitas Colorado, Amerika Serikat, memergoki bahwa mereka yang di-unfriend merasa harga dirinya turun, tak bermakna, dan terkucil (dikutip AntaraNews.com, 7 Februari 2013).

Soalnya juga pemanfaatan kata berawalan un- itu kadang terkesan eksesif dan latah. Kata unboxing yang berseliweran di kanal YouTube (tapi nihil dalam kamus), misalnya, paling logis untuk mengatakan membuka kemasan berbentuk kotak/peti (kayu, karton, plastik). Nyatanya, meski cuma guyon, membuka nasi jamblang terbungkus daun jati pun dinarasikan unboxing. Di negeri jiran, pemakaian kata itu sempat menyenggol sisi moral dan agama lantaran disulap jadi frasa unboxing istri: memamerkan adegan seorang suami memerètèli “properti” sang istri pada malam pertama pengantin mereka di media sosial. Kontan, alim-ulama di negeri itu murka dan berfatwa: unboxing istri itu menjijikkan, lucah, bahkan bidaah dhalalah bin sesat.

Setitik harapan lalu dilontarkan: seyogianya tak gampang menutul kenop unfriend di perangkat digital, atau mengumbar kata-kata sejenis kelewat lewah di ruang umum. Jika pun niat menidakkan, menyangkal, mengingkari, dan yang senada itu, tak terelakkan, sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-hati. Akan bermakna positif bila kata-kata tertentu berawalan un- terpilih dikerahkan untuk memegat hoaks dan mengubur kebencian.

*) PEKOLOM INDEPENDEN, PENGAJAR PADA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA (1988-2018)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Kasijanto Sastrodinomo

Kasijanto Sastrodinomo

Pekolom independen, pengajar pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (1988-2018)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus