Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak dulu Kwik sudah dikenal keberpihakannya kepada rakyat. Ia seorang lone ranger. Namun, kali ini ia merasa goyah sehingga berpaling ke para wakil rakyat di DPR. Mujur, ia tidak bertepuk sebelah tangan. Kasus penjualan perusahaan induk Grup Salimyang direncanakan BPPN berdasarkan MSAAmemang tidak eksplisit ditanggapi DPR, tapi dasar hukumnya, yakni MSAA itu sendiri, oleh DPR disarankan agar ditinjau kembali. Akhirnya, Kwik menang, dan ini berarti kemenangan masyarakat pembayar pajak.
Ketika Kamis pekan silam Kwik Kian Gie memutuskan untuk mundur dari jabatan Menko Ekuin, tak syak lagi, sang lone ranger sudah menjatuhkan bom yang kedua. Alasan pengunduran dirinya, yakni agar Gus Dur bebas membentuk kabinet baru, juga cukup masuk akal. Tapi motivasinya sukar ditebak. Ada yang melihat tindakan Kwik semata-mata sebagai isyarat bahwa tokoh PDI-P ini siap untuk tidak lagi menjadi partisipan, pada saat tokoh nomor satu PDI-P, Megawati Sukarnoputri, diundang Abdurrahman Wahid untuk menjadi partisipan. Masalahnya, bagaimana menafsirkan isyarat itu. Apakah Kwik meragukan ketulusan Gus Dur pada Megawati? Ataukah ia sangat berhati-hati menyikapi rencana duet Gus Dur-Megawati, yang mungkin bisa menjadi doomsday scenario? Ataupun ia memang mencoba agar menteri-menteri lain ikut mundur, sehingga move itu bisa memperlemah posisi tawar Gus Dur? Wallahualam.
Setelah Kwik mundur, banyak hal bisa terjadi. Kepergian Kwik mungkin sangat dinanti-nantikan oleh para konglomeratyang selama ini melihatnya sebagai musuh besar mereka. Kepergian Kwik juga agaknya sangat disyukuri oleh sejumlah teknokrat, yang tak bosan-bosan menyesali kelemahan manajerial Kwik dan tiadanya strategi pemulihan ekonomi Indonesia. Padahal, mereka sendiri bukan tidak mengetahui, strategi itu tak mungkin disusun sebelum Indonesia terbebas dari ikatan utang dengan IMF. Dan mereka juga cukup menyadari bahwa ikatan dengan IMF itu sedemikian "mencekik", hingga kalaupun muncul lone ranger yang lain, ia pasti takluk juga kelak, ditebas "pedang" IMF.
Di sisi lain, kelalaian Kwik dan timnya telah menyebabkan penandatanganan LoI dengan IMF ditunda April lalu. Sejak itu Kwik dinilai tidak terlalu mampu mengoptimalkan kerja tim yang ada di bawah koordinasinya. Perannya hampir tidak diperhitungkan, kendati indikator ekonomi sedikit membaik pada semester I tahun 2000.
Pokoknya, Kwik belum sempat berbuat banyak dan ia meninggalkan masalah pemulihan ekonomi yang berat itu kepada calon penggantinya. Ini tugas raksasa, kunci bagi keberhasilan pemerintahan Gus Dur. Untuk itu, diperlukan orang yang punya integritas dan siap melakukan the dirty worksseperti yang diperlihatkan Kwiktapi dengan kelicinan seorang politisi piawai, ketegaran pembunuh berdarah dingin, dan kecerdikan pengusaha. Dan tiga kelebihan itu, kebetulan, tidak dipunyai Kwik Kian Gie.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo