Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senyum lebar segera terpampang di bibir Wan Azizah ketika menerima kartu simpatik itu. Senyum yang sudah dua hari hilang dari wajahnya sejak vonis 9 tahun penjara dijatuhkan hakim kepada Anwar Ibrahim, Selasa pekan lalu. Ditambah lagi kepedihan akibat penolakan pemerintahan dr. Mahathir terhadap permintaannya untuk menengok suami tercinta di sel penjara saat merayakan hari jadinya ke-53. Rasanya sulit untuk memungkiri kesan kuat bahwa tindakan pemerintahan Mahathir Mohammad sudah "terlalu berlebihan".
Dengan segala hormat kita kepada kepala pemerintahan negara jiran itu, rasanya sebuah protes keras layak dilayangkan. Betul bahwa secara umum pengadilan di Indonesia lebih bobrok dari di Malaysia, tapi setidaknya kita menyadari hal itu dan sedang berupaya keras membenahinya. Sebaliknya, Mahathirkerap dipanggil dengan julukan Dokter Mjustru berteriak lantang tentang supremasi hukum untuk menutupi berbagai kejanggalan dalam sidang pengadilan Anwar Ibrahim. Sepertinya ia tak sadar bahwa perbuatannya itu telah menggeser citra Malaysia dari negara yang berdasarkan hukum (rule of law) menjadi pemerintahan yang menyalahgunakan hukum demi kekuasaan (rule by law).
Kekuasaan, kita tahu, adalah sebuah hal yang memabukkan. Dokter M, yang rajin membaca dan menimba ilmu, tentu paham betul dengan hal ini. Ia selayaknya mafhum bahwa ketidakbijakannya dalam mengelola kasus Anwar Ibrahim adalah tanda-tanda zaman tentang akhir masa kekuasaannya. Sebagai pihak yang sering berdecak kagum terhadap kepiawaian dr. M dalam membawa masyarakat Malaysia ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, sungguh terasa pahit untuk menyadari bahwa Mahathir sedang mencoreng citra emasnya sendiri.
Manusia memang tak ada yang sempurna. Namun, tak ada salahnya untuk berdoadan berharap-harap cemasbahwa dr. M akan disadarkan Tuhan dari kekeliruannya. Barangkali inilah ucapan hari ulang tahun yang tepat bagi Anwar Ibrahim: "Yang penting adalah terus berdoa hingga Tuhan mengabulkannya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo