Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Lihatlah kashmir

Para ahli menyelidiki kain kafan yesus. di kashmir, india terdapat kuburan nabi isa, dan perkampungan di sekitarnya mirip nama-nama murid yesus, sedangkan orang kashmir bentuknya mirip orang israel. (kom)

14 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO 5 Agustus 1978, halaman 20, menerangkan Betulkah kain kafan Yesus?. Kendati sebagian sekte Kristen tidak mengakuinya, peristiwa itu sangat dihebohkan dewasa ini. Sehingga di Amerika Serikat diadakan satu tim khusus untuk menyelidikinya, dipimpin Pendeta Adam Atterbein dari Hamton, Virginia. Juga 2 orang sarjana NASA John Jackson dan Eric Jumper turut disibukkan. Selain itu sudah ada Sidang Riset Jerman yang telah berhasil meneliti kain kafan itu selama 8 tahun. Mereka berpendapat bahwa di dalam kain kafan itu terdapat 28 gambar noda. Dan yang terlihat dalam gambar itu gumpalan-gumpalan darah yang mengalir dari luka-luka yang ada di seluruh tubuh Yesus. Darah mengalir, satu tanda bahwa jantung masih bekerja --dia hanya pingsan saja. Bacalah buku "Jesus Nicht Gestarben (Jesus Tidak Mati di Kayu Salib) karangan Dr. Kurt Berna Sekretaris Sidang Riset Jerman. Sekarang timbul pertanyaan: sesudah dia siuman kembali, ke mana dia pergi? Pada summer vacation yang lalu saya mendapat kesempatan berkunjung ke Kashmir, India. Di samping untuk melihat kuburan Nabi Isa a.s. yang kabarnya terletak di Srinagar, juga ingin melihat keindahan alam Kashmir yang masyhur dengan sebutan second paradise. Tapi setelah saya lihat sendiri, tidaklah kalah keindahan alam Indonesia seperti Gundaling, Brastagi, Danau Toba, Ngarai Sianok, Puncak dan Leles. Kuburan Nabi Isa a.s. terletak di kota tua Mahallah Khanyaar, Srinagar. Di dinding kuburan itu tergantung satu tulisan yang berbunyi Yus Asaph seorang suci yang datang dari negeri luar". Di atas kuburan itu terletak sebuah batu empat persegi dan di atasnya terukir sepasang telapak kaki. Beberapa bulan yang lalu Prof. Fida Mohammad Hasnain M.A.LLB. D.Arch., seorang ahli purbakala India, mengirimkan foto kedua telapak kaki itu kepada Dr. Kurt Berna. Menurut keterangan Prof. Hasnain, baru-baru ini Kurt Berna mengirim surat kepada beliau: bahwa foto telapak kaki itu sama benar dengan telapak kaki yang ada dalam kain kafan Yesus itu. Untuk penyelidikan selanjutnya: Kurt Berna meminta supaya kepingan batu telapak kaki itu dikirimkan untuk diteliti, sudah beberapa tahun usianya. Prof. Hasnain sedang berusaha mengirimkannya. Selain itu saya merasa takjub sekali melihat nama-nama perkampungan di sekitar Lembah Kashmir itu mirip nama-nama kaum Hawari (murid-murid Nabi Isa a.s.). Seperti Ketrus mirip Petrus, Mattipura yang berarti kampung Matius. Ada lagi Matti Bagh yang berarti Kebun Matius, mirip Paulus dan di dekatnya lagi ada juga nama Pauleen. Di Pakistan juga terdapat nama-nama persamaan seperti Muree, yang berasal dari Maryam. Di Muree saya telah melihat sebuah kuburan tua yang dikenal penduduk asli setempat sebagai kuburan Mai Maryam. Ada lagi nama Gilgit yang mirip Golgota. Satu hal lagi: orang-orang Kashmir mengenai marhame isa, nama satu tumbuh-tumbuhan yang dipakai untuk obat-obatan. Ini sudah tertulis dalam resep tabib-tabib Kashmir sejak ratusan tahun. Ada lagi yang sangat menarik. Orang Kashmir mempunyai bentuk dan rupa yang mirip orang Israel. Wanitanya mengenakan kerudung dengan ikat di kepalanya dengan cara yang khas dan benar-benar sama dengan cara wanita Israel menutupi dan mengikat kepalanya. Ini bukan suatu kebiasaan yang baru, melainkan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Semua bukti ini mengundang para scientist, anthropolog, arkeolog dan para ahli budaya untuk menyelidiki, apakah Nabi Isa a.s., Ibunda Maryam r.a., disertai murid-muridnya dan suku-suku Israil yang hilang benar-benar bermukim di Lembah Kashmir. KHAIRUDDIN BARUS Missionary Training College, Rabwah, Pakistan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus