Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kolom

Masih ada peluang

Tak hanya udang, komoditi ekspor lainnya harganya anjlok juga. menurunnya harga udang sifatnya sementara, jepang kelebihan suplai. ekspor udang Indonesia ke AS dan eropa sangat kecil.

19 Agustus 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berita berjudul "Yang Jatuh di Pasar Jepang" (TEMPO, 3 Juni 1989, Bisnis Sepekan) memang membuat pengusaha tambak udang bukan saja kecut, tetapi sudah limbun dan frustrasi. Penjelasan kongkret pihak berwenang, yang bisa membuat petani tambak tetap optimistis, belum ada. Kasus melorotnya harga udang, sebagai komoditi ekspor, merupakan kelanjutan dari jatuhnya harga komoditi-komoditi ekspor lainnya, yang sudah lebih dulu keok. Yang lebih dulu keok itu, misalnya vanili cokelat, rotan, produk dari karet, dan terakhir gaplek. Semua itu tadinya sangat dibanggakan sebagai primadona ekspor nonmigas. Kalau semuanya begitu, apa lagi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Kondisi ini betul-betul membuat penusaha trauma. Sehingga, kapok untuk berusaha di bidang yang berorientasi pada pasaran ekspor. Betul juga kata pakar ekonomi kita bahwa lonjakan ekspor nonmigas tahun-tahun terakhir ini belum merupakan jaminan untuk diandalkan kelanggengannya. Khusus untuk udang, karena profesi saya petambak dan calon pengusaha cold storage, saya ingin mencoba memberikan sedikit masukan bagi para pengusaha tambak. Ini saya maksudkan agar tak terlalu kecut dalam menghadapi situasi runyam sekarang ini. Melorotnya harga udang sekarang ini, menurut saya, hanya bersifat sementara. Sebab, adanya kelebihan suplai di Jepang, yang sangat mempengaruhi harga jual udang kita, karena pemasaran udang kita sangat tergantung Jepang (71,43% ekspor udang kita dalam 1988 ke Jepang). Di mana pun di dunia ini, harga pokok untuk memproduksi udang (tangkapan lauVbudidaya tambak) pasti di atas Rp 6.000 per kg. Hanya negara kita mungkin, yang mampu menekan harga pokok di bawah Rp 6.000 per kg. Sebab, kita mempunyai keunggulan dari negara lain, misalnya musim yang memungkinkan kita dapat berproduksi sepanjang tahun, upah buruh yang relatit lebih murah, areal yang sangat luas, jarang terjadi bencana alam, perairan kita yang belum terlalu tercemar, dan sebagainya. Kebutuhan udang dunia dalam 1989 ini, yang diperkirakan sebesar 1 juta ton, tampaknya masih belum dapat dipenuhi, baik tangkapan dari laut maupun dari hasil budidaya. Pada 1988 konsumsi udang dunia kira-kira 600.000 ton, 60% diperoleh dari tangkapan dari laut dan sisanya dari budidaya (80% udang budidaya diproduksi oleh Asia, yaitu Indonesia, Cina, India, Taiwan, Muangthai, Filipina, Bangladesh, Jepang, dan Malaysia). Tangkapan dari laut pasti akan berkurang jumlahnya. Indikasi ini menunjukkan bahwa komoditi udang masih tetap andal sebagai komoditi ekspor yang sangat menguntungkan . Ekspor udang Indonesia dalam 1988 berjumlah 56.552 ton dan 40.397 ton (71l43%) diekspor ke Jepang. Impor udang Jepang dalam 1988 diperkirakan 275.000 ton. Jadi, share Indonesia di Jepang kira-kira 20% (nomor 1 di antara negara pengekspor udang ke lepang). Kebutuhan udang di AS (1 kg per kapita) dan Eropa (0,85 kg per kapita) dua kali kebutuhan Jepang. Tetapi sangat disayangkan ekspor Indonesia ke sana masih sangat kecil (ke AS hanya kira-kira 3% dan ke Eropa kira-kira 10%) Potensi pasar AS dan Eropa ini untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang pasti dapat ditingkatkan eksportir kita. Apalagi, sebentar lagi pemerintah kita sudah menjanjikan akan ada Memorandum of Understandin (MOU) antara negara kita dan USFDA. Ini sebagai hasil kunjungan mereka ke Indonesia awal tahun ini, Kesimpulannya, tambak udang tetap berpeluang baik. Saya menyarankan kepada para pengusaha tambak agar tak frustrasi men hadapi situasi sekarang ini. Tetapi marilah kita berikhtiar, agar bisa mengatasi situasi sulit ini dengan memperbaiki semua sistem, sehingga mengarah ke efisiensi. Sebab, yang keluar sebagai pemenang dalam persaingan yang ketat ini adalah para pengusaha yang betu-betul efisien dalam mengelola usahanya.ASWANDI C. PAMUNTJAK Jalan Akasia 19 Telepon (0333) 41188 Banyuwangi Jawa Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus