Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Matra dan kinerja

Bahasa merupakan hasil kesepakatan. walaupun ada sejumlah istilah yang dibentuk secara tidak tepat tetapi bila produktif akan dapat diterima dan mem- perkaya kosakata suatu bahasa.

18 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Matra dan Kinerja SLAMET DJABARUDI SEORANG wartawan muda di Bali bertanya kepada saya mengapa kita memakai istilah kebijaksanaan uang ketat dan tidak memilih tight money policy. Seorang wartawan lain mempersoalkan pemakaian kata kinerja yang terasa asing baginya. Untuk menjawab soal kebijaksanaan uang ketat, hanya dapat saya berikan jawaban, "Kalau bukan kita, orang Indonesia, siapa lagi yang akan menghargai bahasa Indonesia?" Wartawan itu lebih senang tight money policy karena lebih ringkas. Policy lebih ringkas daripada kebijakan, apalagi dibanding dengan kebijaksanaan. Bila faktor kehematan itu yang diutamakan, bahasa Indonesia akan habis digilas bahasa Inggris karena bahasa Inggris lebih ringkas. Terjemahan dalam bahasa Indonesia biasanya lebih panjang sekitar 30% daripada naskah aslinya dalam bahasa Inggris. Lebih dari sepuluh tahun ini, untuk terjemahan policy ternyata kebijakan lebih produktif daripada kebijaksanaan. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bijak mendapat penjelasan lebih banyak daripada bijaksana. Kini policy atau beleid sebagai padanan kebijakan mulai mapan, sedangkan kebijaksanaan hanya dipakai sebagai padanan kepandaian menggunakan akal budi. Ada beberapa kata yang mengalami pergeseran makna. Dahulu tegar hanya bermakna kaku, keras kepala. Karena banyak orang mengatakan tegar untuk tabah (yang berkonotasi positif), orang menggunakan tegar untuk keperluan baik tabah maupun kaku dan keras kepala. Dahulu kata semena-mena harus didahului tak menjadi tak semena-mena (artinya sewenang-wenang). Karena banyak orang menghilangkan tak itu, sekarang sewenang-wenang sama dengan semena-mena. Dahulu reli (serapan rally) hanya dipakai untuk kepentingan perlombaan (misalnya reli sepeda motor), tetapi tahun lalu Menteri Dalam Negeri memperluas makna reli dengan pawai, rapat raksasa, arak-arakan. Dalam epilog Gestapu/PKI orang memunculkan kata isu sebagai padanan desas-desus atau kabar angin. Kini isu diberi makna sesuai dengan issue yang berarti soal, masalah, atau edisi. Pada awal tahun 1970-an, mulai sering terdengar kata kasus (soal, perkara) sebagai padanan case. Namun, sering orang tidak lagi merasakan bahwa kasus sebagai soal atau perkara sehingga di koran sering terlihat kasus perkara atau perkara kasus. Sukses menonjol dalam pemberian makna baru dialami oleh kata canggih. Pada mulanya, kata itu bermakna bawel, cerewet, nyinyir. Kita lalu memberikan tugas kepada canggih untuk memikul padanan sophisticated. Hasilnya menggembirakan. Bagaimana kinerja? Istilah itu sebenarnya sudah lama muncul karena sekitar 15 tahun yang lalu sudah diperkenalkan. Hanya saja, tampaknya kinerja kurang "laku". Belakangan kinerja mulai digalakkan lagi. Ada beberapa cara yang dilakukan orang dalam menghadapi performance. Sebagian membentuk istilah performa. Bila kita ikuti analogi romance menjadi roman, kata performance (yang bermakna penampilan) lebih dekat diindonesiakan menjadi performan. Yang lain lagi mengupayakan lewat kekayaan sendiri dengan memanfaatkan sisipan in sehingga kerja (atau yang dikerjakan) menjadi kinerja. Namun, sisipan in dalam bahasa Indonesia jauh kurang produktif daripada dalam bahasa Jawa. Kita hanya memiliki bersinambung (kontinu) dan kesinambungan (kontinuitas). Dalam bahasa Jawa ada beberapa, misalnya kinamaru (dimadu), kinangaya (dianiaya), dan kinasihan (dikasihi). Bahasa adalah hasil kesepakatan. Terkadang ada sejumlah istilah yang dibentuk secara tidak tepat, tetapi bila istilah-istilah itu produktif akan diterima penuturnya dan akhirnya akan memperkaya kosakata suatu bahasa. Kita sudah tidak sadar lagi bahwa kata bahasa berasal dari bahasa Sanskerta (yang belakangan dijauhi sebagian orang). Kita sering "brilyan" membentuk istilah. Umpamanya kata kompromistis. Dalam bahasa Prancis ada compromission dan compromissoire, dan dalam bahasa Inggris ada compromise, tetapi tidak ada compromistic. Mungkin karena ada pessimistic dan optimistic, yang kita serap menjadi pesimistis dan optimistis, kita merekayasa kompromistis. Kita membentuk universitas, relativitas, aktivitas dari university, relativity, activity. Sejalan dengan hal tersebut, commodity mestinya diserap menjadi komoditas, seperti yang tertulis di Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988). Namun, komoditas menghadapi persaingan ketat dari komoditi yang sudah muncul lebih awal dan terekam dalam Kamus Bahasa Indonesia (1983). Bertahun-tahun kata matra (yang bermakna dimensi) hanya dipakai di kalangan terbatas, yakni ABRI. Kata itu terasa menggelikan sejumlah orang. Setelah orang berangsur-angsur memakai tiga dimensi dipersaingkan dengan trimatra, kini matra makin populer saja. Apalagi setelah kehadiran majalah Matra dalam lima tahun belakangan ini, matra makin bergengsi. Mungkin beberapa tahun lagi penyelia (pengindonesiaan supervisor) akan bergengsi karena di pesawat kita selalu mendengar pramugari mengucapkan penyelia kabin sebagai terjemahan cabin supervisor. Lama-kelamaan sigi akan mendapat tempat setara dengan survey bila penyigi kita beri makna sebagai padanan sur- veyor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus