Ini hasil pengamatan seorang wartawan. Kamus yang dilengkapi dengan penjelasan dan latar belakang. KAMUS SINGKATAN DAN AKRONIM, BARU DAN LAMA Penulis: Ateng Winarno Penerbit: Kanisius, Yogyakarta, 1991, 723 halaman KITA sering bingung dan mabuk sinkatan. Kini ada obatnya. Sebuah kamus kecil dengan 7.500 entri, yang oleh penulisnya sama sekali tak dimaksudkan sebagai cuma kamus istilah. Setiap singkatan atau akronim dilengkapi dengan latar belakang secukupnya, bukan sekadar kepanjangannya. Hal itu ditempuh agar kita mengetahui lebih tepat makna yang hendak diungkapkan lewat singkatan. Pemberian informasi tambahan ini membuatnya berbeda dengan kamus-kamus singkatan yang pernah ada. Dalam keadaan santai orang sering menyebut sebel, padahal maksudnya senang betul atau asnawi alias asli Cina Betawi. "Singkatan gila" (istilah penulisnya) tidak dicantumkan dalam buku ini. Penulis menemukan pola yang tidak seragam mengenai cara membentuk singkatan dan akronim. Begitu pula cara menulis kepanjangannya. Untuk mengatasi hal ini, penulis mencantumkan pedoman penggunaan huruf besar dan penulisan singkatan dan akronim menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kendala itu dialami oleh penulis sehingga tampaknya ada standar ganda. Di satu pihak penulis ingin mengikuti aturan Pedoman EYD, tetapi di pihak lain terasa terbawa oleh kemauan pemilik singkatan. Misalnya INTI (Industri Telekomunikasi Indonesia -- dengan tiga kata) dengan huruf besar sama dengan INRA (International National Rubber Agreement -- yang terdiri atas empat kata). Gasfi (Gabungan Studio Film Indonesia) hanya huruf pertana yang kapital sedangkan GEPKI (Gereja Pantekosta Kudus Indonesia) -- sama-sama empat kata -- ditulis dengan semua huruf kapital. Terkadang terasa penulis -- seorang wartawan harian Suara Karya -- terlalu berani menulis nama organisasi, sehingga terdapat kesalahan, umpamanya USI (Usaha Sistim Informasi) dieja Usaha Sistem Informasi. Perbanas, yang berarti Perhimpunan Bank-Bank Nasional Swasta, diubah menjadi Perhimpunan Bank-Bank Swasta Nasional. Penulis berani melawan arus dengan menulis Indonesia Visit Year, menyimpang dari kelaziman (walaupun belum tentu benar) Visit Indonesia Year. Penyuntingan buku ini kurang cermat, sehingga untuk singkatan yang sama terdapat penulisan yang berbeda. Ambil saja contoh Hotel Indonesia International. Nama itu ditulis benar dalam entri HII, tetapi dieja menjadi Hotel Indonesia Internasional dalam penyebutan hotel-hotel lain, misalnya Ambarrukmo Palace Hotel. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sering ditulis Persatuan Bangsa-Bangsa, misalnya dalam entri IMF. Contoh lain tentang advokat. Di Ikadin tertulis Ikatan Advokad Indonesia, sedangkan di Peradin tertulis Persatuan Advokat Indonesia. Kajati disebut kejaksaan tinggi (tanpa kepala) sedangkan persis di atasnya ada entri kajari (kepala kejaksaan negeri). ATNI hanya disebut Akademi Teater Nasional (tanpa Indonesia). Proses penyuntingan buku kurang integratif. Akibatnya, tampak banyak lubang. Tidak ada pelda (pembantu letnan dua) dan peltu (pembantu letnan satu), padahal ada letda (letnan dua) dan lettu (letnan satu). BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) tidak ada, padahal ada KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) dan KLM (Koninklijke Luchvaart Maatschappij). Ada BSc (bachelor of science), tapi tak ada M.Sc. (master of science). Padahal, ada pemakaian M.Sc. di entri yang lain. Tanpa mengurangi keuletan dan ketelatenan penulis melengkapi kamusnya, yang disusun sendirian selama tiga tahun, saya melihat ada kekurangan menyampaikan informasi terbaru. Umpamanya untuk LEN (Lembaga Engineering Nasional), yang kemudian berubah menjadi Lembaga Elektronika Nasional, tidak ditampilkan data terbarunya. Kesalahan fakta juga muncul pun ada. Misalnya AP (Associate Press), padahal seharusnya (Associated Press). Dalam entri ACC, Wisma Metropolitan II disebutkan di Jln. M.H. Thamrin, padahal sebenarnya di Jalan Sudirman. Sebagai acuan, buku ini agak mengabaikan kecermatan ejaan, apalagi kata-kata asing. B/L ditulis bill of loading, padahal seharusnya ditulis bill of lading. Ada Century Textil Industri (tentunya dimaksud Industry) dalam entri Centex. ICCI ditulis Indonesian Consortium of Construction Industri. Mungkin penulis kecele bila melihat kesalahan akibat kekurangcermatan seter dan korektor. Misalnya ada melalukan (melakukan), poluler (populer), depertemen (departemen). Pada entri BDE tertulis Bank duta untuk menyebut Bank Duta. Ada kesalahan koreksi yang sulit ditenggang bagi sebuah kamus. KISS alias koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi sampai ditulis rangkap. Penulisan huruf kapital dan kecil sering tidak taat asas. APE (angka pengenal ekspor) dengan huruf kecil, tetapi API (Angka Pengenal Impor) dengan huruf besar pada tiap awal kata, dan kecil lagi pada APIS (angka pengenal impor sementara). Mungkin TEMPO ikut terlibat dalam ketidaktertiban itu, karena penulis menampilkan daftar bacaan, yakni buku-buku, majalah, dan surat kabar, yakni Hidup, TEMPO, Kompas, Suara Karya (tempat kerja penulis), dan Suara Pembaharuan (yang semestinya Suara Pembaruan). Yang patut dipuji, penulis bukan cuma menyingkirkan "singkatan gila", tapi juga tak memasukkan akronim yang terlalu "lokal" di suatu tempat atau instansi. Slamet Djabarudi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini