SAYA tertarik sekali akan artikel TEMPO 15 September, Kulit
Tomat, Isi Ubi. Bukan tertarik untuk melanjutkan kegemaran saya
makan saus tomat yang ubi --jauh daripada itu kini. Tapi
tertarik pada penjelasan dr. Midian Sirait, serta cara
penanganan yang begitu naif terhadap kasus yang demikian gawat
terasa.
Mengetahui, bahwa pihak produsen sudah melakukan tindak
pelanggaran/kejahatan yang bisa membahayakan kesehatan
masyarakat/ konsumen, masih juga seakan-akan dicarinya suatu
gulden middenveg dengan bertindak "bijaksana-sini" -- dengan
dalih bukan saja melindungi konsumen, tapi juga produsen.
Satu prinsip yang bisa kita hargai, selama yang dihadapi itu
produsen yang mau mengerti. Kalau tidak? Sedang masyarakat
umumnya tahunya cuma tomat sungguhan yang dibotolkan secara
menarik--dan tetap saja melahapnya tanpa disadarinya, bahwa
hati atau entah jeroan apanya lagi bisa lumer atau terkikis oleh
methanil yellow, rhodanin B dan sebagainya.
Saya himbau dr. Midian Sirait! Saya harap dan minta dengan
sangat untuk hari-hari mendatang agar selekasnya, dan tanpa
ragu-ragu lagi, terus saja memberi tahu masyarakat/konsumen --
bila sudah pasti diketemukan barang/bahan yang aneh-aneh dalam
makanan/ minuman yang dibungkus/botol/kalengkan. Jangan menunggu
sampai banyak orang menjadi sakit karena selera makannya
digairahkan oleh singkong-papaya-rhodanin B.
Produsen yang begituan sih, masyarakat tak memerlukan
eksistensinya. Percayalah! Semakin cepat dibuat "gim", semakin
bagus. Opgeruimd staat netjes, kata Pier.
SUHADI d/a Jl. Adipati Kertabumi No. 5
Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini