KUASA tidak muncul dalam dunia tani. Tidak muncul juga dalam alam kaum buruh. Tani bekerja secara kolektif dan tidak mempunyai individualitas. Sedang karyawan berkarya sendiri: di pasar hasil karyanya dibuat dan dipamerkan. Kuasa muncul kalau orang berkumpul dan mulai bicara dan bertindak. Dalam "berada bersama" itu muncul relasi-relasi interpersonal yang lekas rusak dan cepat berubah. Usaha itu seperti ombak di laut, tidak diketahui di mana mulai atau di mana berhenti. Satu perkataan sering mempunyai akibat yang dirasa seperti alea iacta est dari Julius Caesar atau lelucon Reagan yang pura-pura mau mulai penghancuran dunia. Kuasa di Erapa muncul dalam kota (polis) di alun-alun bekas pahlawan yang kembali dari dunia perang mencari kemasyhuran dalam sport lan diskusi. Gejala yang murni yang cepat hilang kemurniannya. Kalau usaha polis (politik) merosot menjadi pembuatan undang-undang (legislatif), mencari kemakmuran (welfarestate), atau kemajuan (negara pembangunan) alam politik dari mereka yang bisa bicara, telah diserbu kaum karyawan yang suka membuat barang yang bisa dipakai (Hertstellen). Kemungkinan terjadi pemerintahan satu orang (turannos) sehingga terjadi suatu negara yang stabil, dengan produksi yang tinggi, dan keamanan yang besar. Yang mempunyai pendapat lain disuruh tutup mulut, gali ditembak, dan setiap orang bergerak sesuai dengan pelbagai aturan dengan kepatuhan robot. Dengan bangga pelbagai bangsa di dunia Timur, seperti di India, Indonesia, Filipina, dan Pakistan, dikatakan bahwa penjajahan sudah hilang dan diganti kemerdekaan. Apa yang dimaksud dengan kemerdekaan? Gejala itu hanya muncul secara murni dalam suatu forum publikum: pembicaraan mendapat reaksi dan refleksi sehingga terjadi suatu realita. Tani yang omong dengan anaknya, buruh yang minum bir dan bersenda gurau dengan temannya, tidak menciptakan realita dan tidak menciptakan kuasa. Hanya forum publikum dari dunia "berada bersama" ialah alam riil dan hanya dalam dunia itu terjadi kemerdekaan dan kuasa. Kalau produksi atau kemakmuran menjadi tujuan utama (pembangunan), kalau tani dan buruh menerbu forum publikum, kuasa Yang merdeka bisa diancam. Di Eropa hal itu sudah mulai pada Abad Tengah dan berkembang waktu Renaissance. Turannos mengisolasikan orang, menghancurkan "berada bersama" supaya umat menjadi stabil, keamanan terjamin, dan produksi naik. Machiavelli dalam II Principe menjelaskan bagaimana dengan perbuatan baik dan jahat tujuan itu bisa tercapai. Caesare Borgia, anak Paus Alexander VI, menjadi contoh murni dari pembangunan yang mulia itu. Lain lagi kuasa demokratis, kuasa yang muncul dan berkembang dalam kemerdekaan. Kalau kita membaca pidato-pidato Saint Just, Mirabeau, dan Robespierre, kita bisa melihat betapa sulit orang menciptakan suatu alam, tempat kuasa berkembang dalam kemerdekaan. Revolusi Prancis harus mulai dari permulaan, sesudah batas antara jajahan dan kemerdekaan dibuat, yaitu suatu garis yang lewat leher Raja Louis XVI yang dibunuh di guillotine. Revolusi Amerika lebih gampang. Di kapal Mayflower orang sudah mulai dengan membuat suatu corak yang di dalamnya tingkah laku diatur dengan undang-undang. Apakah Indonesia suatu negara yang merdeka? Abdurrahman Wahid berpendapat, tidak ada hubungan antara individu dan pusat kuasa. Andai kata itu benar, harus dikatakan bahwa di Indonesia tidak ada "berada bersama", tidak ada forum publikum demokratis dan tidak ada kuasa yang berdasar kemerdekaan. Dawam Raharjo (majalah Prisma) berpendapat, negara Indonesia dapat diperbandingkan dengan negara korporatif, pelbagai corak, seperti dunia wanita, dunia kaum muda, buruh tani, dan cendekiawan, bisa bicara, mengurus kepentingan sendiri dan memberi petunjuk untuk pusat. Kuasa dibagi ABRI dan rakyat, suatu keseimbangan dengan adanya koordinator dan stabilisator. Segala hal itu menjadi soal yang rumit dan sepuluh buku tidak cukup membahas pemikiran itu dengan lengkap. Mungkin baik merenungkan hal itu dengan suatu contoh'. Banyak orang masih ingat waktu para mahasiswa berperan di bidang politik aktif. Bung Karno, presiden Indonesia pertama, suka omong dengan mahasiswa. Dan dalam demonstrasi, petisi, atau deputasi para calon cendekiawan suka menyatakan pendapat mereka. Hal itu pasti boleh disebut suatu forum publikum, kuasa muncul dalam suasana merdeka dan dalam pembicaraan kreatif muncul suatu realita. Meskipun begitu, semua orang merasa senang para calon cendekiawan pulang masuk kandang, telah menjadi aman dalam KNPI dan tidak ada demonstrasi lagi. Produksi naik, keamanan sudah bagus, dan situasi politik menjadi stabil. Tidak heran kita dipuji oleh Amerika dan orang Bank Dunia karena di antara semua NIC (new industrialising countries) Indonesia menjadi nomor wahid. Tetap berlaku yang dikatakan Abdurrahman Wahid bahwa orang masing-masing merasa kehilangan mulut Kenegaraan menjadi suatu proses yang terjadi jauh dari tempat tidur kita dan semua orang merasa setuju. Kadang-kadang muncul suatu isu seperti Tampomas, deforestasi hutan Kalimantan, tembakan gali, korupsi Brongkos, hegemoni ekonomis nonpri. Tapi surat kabar tidak bisa mengulang keluhan lebih dari tiga kali, dan persoalan hilang, beres atau tidak beres. Situasi kuli pelabuhan, status pembantu rumah tangga (babu dan jongos), keamanan kerja kaum buruh, pemerataan income pri dan nonpri segala hal itu pasti akan diselesaikan seperti orang Belanda berjanji menyelesaikan kemerdekaan Indonesia: Mereka pasti mau, tapi kapan impian akan diperwujudkan, tidak jelas. Pembangunan atau kemerdekaan? Di dunia ini tidak ada firdaus. Hannah Arendt (Vita Activa) memuji forum publikum di agora (alun-alun) Athena (Yunani): dalam suasana keterbukaan orang mencari kemasyhuran dan kemuliaan dalam realita dunia politik. Tapi hal itu mungkin, karena ratusan ribu budak belian yang tidak bisa bicara mencari nafkah untuk mereka yang omong dan omong dan omong. Contoh dari alam produksi terdapat di AS, suatu dunia turannos yang nyata, tempat orang pergi ke kakus diawasi secara elektronis dan kalau tidak membuang air besar dengan cukup cepat harus membayar denda. Buruh, tani, dan kaum salariat (pegawai) dikuasai aturan robot. Tidak mempunyai kuasa, tapi mempunyai mobil. Tidak berkelakar di alun-alun, tapi bisa mencuci pakaiannya dengan empat macam detergen. Waktu tidur dia masih berhitung. Dan waktu bersetubuh dengan istrinya dia mau cepat-cepat karena merasa diawasi secara elektronis dan bisa didenda. Dia makmur dan kaya, tapi Big Brother is Watching Him
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini