HARI itu di kantor kecamatan Bruno Purworejo, Jawa Tengah, ada upacara pemberian anugerah. Anehnya, wajah Pak Camat, Parmo, dan para undangan lain tampak murung dan lesu. Ketika Drs. Guntawan yang mewakili bupati Purworejo menyerahkan anugerah pun, tak ada yang bertepuk tangan. Apa pasal? Anugerah 6erupa bendera hitam berukuran 40 cm X 60 cm itu memang disambut dengan rasa duka. "Ini benar-benar merupakan kenangan pahit," ujar Parmo dengan sedih. Bendera hitam tersebut diberikan oleh bupati kepada kecamatan yang paling seret dalam hal pengumpulan Ipeda. Dan untuk kesempatan pertama, Kecamatan Bruno adalah yang paling sere,t dibanding 15 kecamatan lain. Kecamatan berpenduduk 36 ribu jiwa itu dalam semester pertama 1984 hanya bisa mengumpulkan Rp 9 juta dari hampir Rp 12 juta yang ditargetkan, atau hanya sekitar 76%. Gagasan memberikan anugerah datang dari bupati sendiri, Soepantho. Tahun 1983 lalu, ia bertekad akan menjadikan kabupatennya sebagai yang tercepat dalam menyelesaikan Ipeda se-Jawa Tengah. Untuk itulah ia memacu para camat dengan anugerah bendera hitam bagi yang seret, sedangkan yang paling cepat mengumpulkan Ipeda diberi anugerah bendera kuning, yang kali ini jatuh ke Kecamatan Bagelen. Camat Parmo rupanya tak ingin menikmati kedukaannya seorang diri. Sebab, ia kemudian memberikan juga bendera hitam kepada kepala desa yang alot pengumpulan Ipeda. Namun, katanya, itu bukan balas dendam, melainkan memang sudah diinstruksikan Bupati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini