Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Memburu tersangka pembawa aids

Penderita AIDS wisatawan asing Ian Kenneth meninggal di Bali, setelah berkencan dengan pemandu wisata IWS. Polisi dan petugas kesehatan berusaha menangkap IWS yang diduga kena AIDS dan membunuh kenneth.

23 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IAN Kenneth, seorang wisatawan asing, meninggal di Bali. Ia seorang penderita AIDS. Tapi, konon, ia meninggal bukan karena penyakit itu. Ia diduga meninggal karena dibunuh. Ia, sebelum ajal, ternyata sempat berkencan dengan seorang lelaki pemandu wisata bernama IWS. Ada kecurigaan IWS terlibat dalam kasus meninggalnya wisatawan penderita AIDS itu. IWS, teman kencan Kenneth, yang dilukiskan sebagai pemuda ganteng, berperawakan agak tinggi, dan rambut sedikit gondrong, sampai saat ini tidak diketahui rimbanya. Maka, kisah pun menjadi semakin menarik. Perburuan terhadap IWS menjadi semakin menegangkan. Karena kini bukan hanya polisi yang berminat mencari IWS, tapi Juga petugas kesehatan. Mari kita mengkhayalkan sebuah skenario -- siapa tahu laku difilmkan. Kita sudah tahu bahwa AIDS adalah penyakit infeksi virus, yang ditularkan melalui hubungan seks. Selain darah, air mani penderita penyakit itu juga mengandung sejumlah besar virus AIDS yang bisa menulari orang lain. Hubungan seks secara anal, baik oleh kaum homoseks maupun kaum heteroseks merupa~kan cara penularan paling utama, karena dalam dinding usus terdapat sel-sel yang dapat menjadi "reseptor" virus AIDS. Dari sel-sel reseptor inilah kemudian virus itu disebarkan ke dalam darah, lalu menyerang sel-sel darah putih tertentu, yang merupakan benteng pertahanan tubuh manusia. Atas dasar dugaan IWS sudah melakukan hubungan seks (dan besar kemungkinan dilakukan secara anal), maka kini pemuda yang ganteng itu sudah membawa virus AIDS dalam tubuhnya. Terlepas IWS saat ini belum mengidap penyakit itu secara nyata, ia sudah mempunyai potensi untuk menularkannya kepada orang lain. Kisah perburuan ini akan menjadi lebih seru kalau ternyata IWS juga seorang heteroseks. Artinya, ia juga dapat berkencan dengan kaum wanita, selain bersedia meladeni kaum pria seperti Kenneth. Selain ganteng, IWS tampaknya juga punya cukup banyak uang, entah dari hasil halal sebagai pemandu wisata maupun hasil yang kurang halal, kalau dugaan kencan dan pembunuhan tadi benar. Karena kini sudah buron, besar dugaan ia telah meninggalkan Bali. Yang menjadi pertanyaan: apakah sementara ini ia sudah melakukan hubungan seks dengan orang lain, terutama wanita Indonesia? Bagi petugas kesehatan, teman kencannya itu pun harus dicari. Skenario gila ini menjadi semakin menarik jika ternyata ia bersembunyi di balik perlindungan seorang nyonya iseng yang terpukau oleh kegantengannya. Ini berarti suami nyonya itu juga terancam virus AIDS. Lebih gila lagi kalau suami sang nyonya ternyata juga seorang hidung belang, lalu menebarkan virus ini ke sana kemari. Akan terjadi reaksi berantai, yang beberapa tahun kemudian akan meledak sebagai munculnya kasus-kasus AIDS secara hampir serentak di Indonesia. Adegan perburuan berlangsung terus. Secara bergantian tampak adegan pelarian IWS dari tempat yang satu ke tempat yang lain, adegan polisi yang melacak pelariannya, dan adegan petugas kesehatan yang melacak orang-orang yang pernah bergaul dengan IWS. Sekali-sekali terjadi ketegangan antara polisi dan petugas kesehatan. Polisi kesal karena jebakan-jebakan yang mereka pasang terbongkar lantaran ulah petugas kesehatan yang tidak paham siasat polisi. Petugas kesehatan kesal karena polisi merahasiakan identitas orang-orang yang pernah digauli IWS. ~Pada adegan lain tampak wanita-wanita yang terbujuk IWS mati-matian melindungi kekasihnya tanpa mengetahui laki-laki itu juga membawa virus AIDS. Apalagi mungkin mereka tidak pernah tahu tentang AIDS dan bahayanya. Sebagai klimaks, mari kita khayalkan bahwa akhirnya IWS tertangkap di sebuah kompleks pelacuran setelah bersembunyi dan berkencan dengan beberapa penghuninya -- selama beberapa hari. Tugas polisi selesai. Tapi tugas pihak kesehatan masih belum tuntas. Mereka masih harus mencari siapa saja yang sudah diajak IWS berkencan selama bersembunyi di sana. Dan siapa-siapa yang pernah berkencan dengan pelacur yang sudah digauli IWS. Ini tentu bukan pekerjaan yang mudah. Antiklimaksnya, ternyata di antara pelanggan kompleks pelacuran itu, dan sempat bersantai di sana sewaktu IWS bersembunyi di tempat tersebut, terdapat seorang pahlawan yang juga ikut mengejar sang buronan. Meski dalam kehidupan sehari-harinya pahlawan kita ini sebagai suami ideal yang tampak mesra dengan istrinya. Film ini sebaiknya tidak ditutup dengan kata "tamat". Tapi dengan "akhir dari sebuah awal". Nah, siapa yang bersedia membuatnya menjadi film? Semua bumbu sudah siap, dari kekerasan, seks, sampai perburuan yang menegangkan tersedia di sana. Tinggal pilih sutradara yang baik, agar kisah menarik ini tidak dihidangkan secara serampangan. Dan saya sendiri mengakhiri khayalan ini dengan minta maaf sebesar-besarnya kepada tokoh IWS yang asli. Betapapun juga, saya menghormati asas praduga tak bersalah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus