Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Menanggulangi Jatuhnya Korban

Olah raga mendaki gunung, banyak minta korban. penyebabnya tidak mampu menguasai alam, pertolongan dan pengetahuan ilmiah. diusulkan agar pemerintah/koni dapat mengorganisir.

24 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARET 1977 merupakan bulan kelabu untuk olahraga mendaki gunung. Dalam bulan ini musibah menimpa silih berganti. Musibah ini dapat digolongkan yang terbesar dalam 8 tahun terakhir-bukan saja bagi olahraga mendaki gunung, tapi untuk dunia olahraga umumnya. Sejak meninggalnya Soe Hok Gie (adik Arief Budiman) dan Idhan Lubis dari MAPALA UI Jakarta (1969) di Gunung Semeru, berlanjut tewas pula Subyanto dan Tony Wahyu dari Young Pioneers Malang (1972) di Mahameru juga Disambung dengan wafatnya Bambang yang mahasiswa Tambang ITB (1972) di Gunung Pangrango. Ditambah, Maret 1977, 5 mahasiswa Teknik UGM di Gunung Sumbing dan 3 siswa SMAN IV Yogyakarta di Gunung Merapi. Tampaknya belum ada olahraga lain yang meminta korban sebanyak itu dalam waktu 8 tahun. Balap mobil, terjun payung -- yang tergolong olahraga berbahaya - tidak minta korban demikian banyak. Belum termasuk para penduduk yang mendaki puncak gunung untuk bersemadi dan "mencari wangsit". Dalam 4 kali gladian (semacam kongres) Para pendaki gunung se Indonesia pertama di Citatah (1970), kedua di Batu Malang (1971) ketiga di Pantai Carita Ujung Kulon (1972), dan keempat di Ujung Pandang (1974) - telah banyak dibicarakan masalah korban yang berjatuhan. Di tiap gladian itu pula selalu dicanangkan bahwa: pendaki gunung bukan penentang alam, tapi harus bersahabat dengan alam. Ia harus mampu hidup dan menyesuaikan diri dengan alam sekeliling, serta harus belajar pula dari alam sendiri. Dari itu telah dirumuskan: seorang pendaki gunung harus mempunyai 3 kemampuan pokok yaitu: kemampuan untuk tetap hidup (survival), kemampuan untuk melakukan pertolongan, dan kemampuan pengetahuan/ilmiah. Dus tidak semua orang -- meskipun bersemangat mendaki gunung - dapat menjadi pendaki gunung. Disebabkan kesadaran ini masih kurang, ditambah dengan emosi hati muda, maka banyak para pendaki yang jadi korban. Ini terlepas dari persoalan takdir yang mutlak. Sehubungan dengan hal di atas dan mengingat aspirasi pemuda untuk mendaki gunung semakin meningkat, saya ingin mengusulkan agar pemerintah, dalam hal ini Dirjen Olah Raga/Pemuda dan KONI dapat mengorganisir setiap kegiatan yang berhubungan dengan olah raga mendaki gunung dan menjelajah rimba. Caranya: dengan membuat jadwal tertentu bagi yang mau mendaki, semacam tourlah. Pelaksanaanilya diserahkan kepada pengurus. KONI daerah, dibantu organisasi-organisasi pendaki gunung. Cara begini akan lebih bermanfaat, terarah, dan tidak liar. Apalagi hampir di seluruh daerah ada organisasi pendaki gunung dan penjelajah rimba. Sekedar contob: MAPALA UI, Sabha Mandala IMADA, REPALA (Jakarta), Cara-cara Camping Club (Bogor), Wanadri, Extemazs, Crosser, Mounstera (Bandung), TMS.7, Young Pioneer, Saltigrada (Malang), Kapuronto (Surabaya), Libra Double Cross, Antariksa (Ujung Pandang). Bagi daerah yang belum ada organisasi, dapat saja pengurus KONI setempat meminta bantuan organisasi pendaki gunung daerah lain yang terdekat, asal jadwalnya diberitahukan 3 bulan sebelum pelaksanaan. Untuk seterusnya seara bertahap dapat membentuk satu organisasi pendaki gunung di daerahnya. Saya rasa dengan mengorganisir dan kerja sama ini, insya Allah korban tak akan berjatuhan. RIDWAN ENBE Gudep Pramuka Sorong 55 & 48, Jl. A Yani, Sorong, Irian Jaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus