FILM tentang Nabi Muhammad kini sedang beredar di kota-kota di
Jerman Barat - dan tentu saja berjudul: Mohammed Der Gessandte
Gottes. Sesuai dengan politik propaganda dan "chauvinisme"
Jerman, film-film yang diputar terlebih dahulu terkena
sinkronisasi dalam Bahasa Jerman
Menurut Mingguan terkemuka Jerman Der Spiegel, 5 Juli 1977,
pelarangan film ini tidak tepat. Der Spiegel mengutip pendapat
wartawan Kairo dalam Al-Ahram. Pendapat mingguan ini lebih
lanjut: isi film tersebut lebih menonjolkan peranan Nabi
Muhammad sebagai tokoh yang memperjuangkan keadilan dan
menegakkan hak-hak asasi manusia, dalam hal ini hak-hak wanita
dan memerangi perbedaan kaya-miskin yang menyolok.
Kalau film ini didemonstrasi di kotakota hesar Jerman seperti
Hamburg, Munchen, Berlin dan Stuttgart, maka protes yang
diajukan oleh tidak kurang 4000 orang Islam asal Turki di Negara
Bagian Baden-Wurttemberg adalah karena "melukai dan menyinggung
perasaan beragama", dan "tidak sesuai dengan sejarah Islam" --
demikian kantor berita L)PA yang dikutip surat kabar Suddeutsehe
Zeitung yang terbit di Munchen, 25 Juli 1977. Keheranan surat
kabar tersebut adalah: setelah dua minggu pemutaran film, baru
timbul protes (!).
Surat kabar beroplag besar Frankfurter Allgemeine Zeitung
menduga bahwa penolakan film ini oleh sebagian Ummat Islam
karena ikut sertanya Anthony Quinn dan Irene Papas yang bukan
Muslim.
Pendapat kritikus film Inggeris adalah: "film yang paling
berhasil dari semua film yang bertemakan agama dan berdasarkan
kitab suci". Demikian FAZ 20 Juli 1977.
Surat kabar terkemuka beraliran konservatif Die Welt, 25 Juli
1977, lain lagi. [a merasa heran mengapa film yang berjudul
'Muhammad' dan menggambarkan suka-duka Nabi justru tidak
menampilkan figur yang bersangkutan. Bukankah Nabi Muhammad
dipuja Ummat Islam? Mengapa tidak diperkenankan? demikian
Kritikus Pankraz dari Die Welt mengakhiri ulasannya.
Penilaian surat kabar di Jerman cukup kontroversiil mengenai
mutu film. Misalnya surat kabar aliran liberal menilai sebagai
"film yang dapat ditonton" (rankfurter Ruudchau, 22 Juli 1977).
Mingguan Die Zeit 22 Juli menceritakan secara singkat tapi
lengkap film yang memakan biaya 20 juta dolar (dari Kuweit,
laroko dan Libya) sebagai 'film pertama tentang sejarah Islam"
dan berisikan "pelajaran agama Islam yang patut dihormati."
Saya sendiri yang menonton film tersebut menganggap film ini
patut ditonton. Saya cukup terkesan dengan nilai dakwan, yang
saya fikir paling sedikit agarditonton pemuka-pcmuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat dan pers kita. Apakah film ini akan
menyesatkan orang Islam? Menurut saya, tidak. Malah bagi saya
mempertebal Iman.
Bagi orang bukan Islam, dapat memberi gambaran sepintas yang
lengkap, sehingga mengundang untuk mempelajari dan mengetahui
Islam lebih mendalam. Keagungan dan kemegahan Islam pada
saat-saat terakhir film, cukup menggugah hati. Paling sedikit
kita melihat Ummat Islam bersujud di hadapan Allah SWT, tanpa
perbedaan ras dan bangsa.
Apa boleh buat. Saya usul kepada Panitia Sensor: agar Film ini
lolos masuk Indonesia.
BACHTIAR ALY
D - 44 Munster, Bismarckallee 3
Jerman Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini